Tanpa diduga, sejumlah massa melakukan aksi pembakaran dan pengrusakan vihara setelah gagal merusak rumah warga Tionghoa yang melayangkan protes tersebut.
Kapolda Sumut Irjen Pol Raden Budi Winarso, Pangdam I/BB, Lodewyk Pusung bersama tokoh masyarakat H Zulkifli Amsar Batubara, kemarin meninjau vihara, klenteng, dan rumah Yayasan Sosial Kemalangan yang dirusak massa.
“Semua masih dalam penyelidikan. Kita belum mendapat data konkret mengenai pemicu atau oknum yang memprovokasi terjadinya pembakaran dan perusakan. Jika terungkap dan terbukti ada yang memprovokasi, maka siapapun akan mendapat konsekwensi hukum sesuai peraturan dan undang-undang yang berlaku,” kata Kapoldasu.
Sebelumnya, Kapolres Tanjungbalai AKBP Ayep Wahyu Gunawan Sik menyatakan, situasi keamanan dan ketertiban di Tanjungbalai sudah aman dan terkendali pascakerusuhan berbau SARA. Situasi sudah terkendali dan massa tidak lagi bergerombol. Kendati demikian, Polisi dan tentara masih disiagakan di vihara dan klenteng di Tanjungbalai untuk pengamanan dan mencegah kerusuhan susulan.
”Kita ingin Tanjungbalai kondusif dan terkendali dan semua pihak diimbau untuk menahan diri.” ucapnya.
Wali Kota Tanjungbalai melalui Sekdakot Drs Abdi Nusa menyatakan, Pemko Tanjungbalai sudah melakukan keksepakatan bersama unsur FKPD, MUI, maupun FKUB. “Kita akan terus berupaya mengantisipasi agar persoalan itu tidak terulang, dan hal ini merupakan tanggungjawab bersama untuk menciptaan Tan jungbalai kembali terkendali dan kondusif,” tandas Abdi Nusa.
Sementara Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia(PSMTI) Andi Asamara alias Taifing di halaman Vihara Triratna, menmgaku sangat menyesalkan pristiwa itu terjadi. ”Seharusnya tidak terjadi. Berapa banyak pula dana untuk memperbaikinya dan saya berharap hal-hal seperti ini tidak terulang lagi,” kata Taifing yang dikenal sebagai pengusaha ini. (ilu/ted/ain)