25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Kasek Silangkitang Tepis Isu Mutasi

Zulkarnaen warga Desa Ulu Mahuam, Kecamatan Silangkitang, Kabupaten Labusel membantu pelajar SD saat menyebrang sungai untuk pergi ke sekolah setiap harinya. Zulkarnaen menggendong para pelajar itu menyeberangi sungai karena tidak ada jembatan.

LABUSEL, SUMUTPOS.CO -Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 115501 Desa Ulumahuam, Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) menepis isu pemutasian dirinya, pascapemberitaan siswa digendong menyeberangi sungai untuk sekolah menjadi viral ketika menjelang Hari Mendiknas kemarin. Hal tersebut dikatakan Kepala SDN 115501 Silangkitang Fatimah Hanum, Kamis(4/5). “Iya, memang saya sempat dipanggil pak Wabup Labusel dihadiri pak sekda, pak kadis, camat, Kepala KUPT Silangkitang, di sana semuanya sudah saya jelaskan dan pimpinan memahaminya,” ucapnya.

Namun dalam persoalan tersebut, kata dia, hanya terjadi miskomunikasi saja meskipun dirinya sempat dipanggil dalam rapat internal di dinas pendidikan pemerintahan daerah Labuhanbatu Selatan.

Menurutnya, untuk persoalan ini memang pemerintahan daerah Labusel cukup sangat bijaksana dan arif mengambil keputusan serta tindakkan.

Ketika disinggung bahwa informasi sengaja diciptakan terkait infrastruktur, dia menjelaskan, kemungkinan itu bisa saja namun kurang tahu past. “Jadi sekali lagi, ini hanya miskomunikasi,” katanya.

Hal senada, dikatakan, Plt Kadisdik Syahrul Tanjung. Dia juga mengakui tidak ada pemutasian terhadap Kepala SDN 115501 Silangkitang. “Tidak benar itu, tidak ada pemutasian kepala sekolah karena viral pemberitaan dari mana dapat informasinya”, sebutnya.

Sementara, mantan Camat Silangkitang Zulkifli Siregar menjelaskan, bahwa para siswa/i sekolah yang melalui sungai Ulumahuam, itu berasal dari Dusun Salak Desa Aek Goti yang terdapat 53 Kepala Keluarga ((KK) berbatasan dengan Desa Ulumahuam, Kec Silangkitang. Namun bilamana musim kemarau aliran sungai dapat dilompati saja. Karena yang dalam itu, hanya berkisar semeter meskipun dahulunya pernah ada titi, tetapi telah rusak.

“Jadi, memang ini berkaitan dengan jarak tempuh dalam menuju sekolah, kemungkinan lebih dekat bila dibandingkan jalur pintasan utama dari dusun salak menuju sekolah”, paparnya.

Kemungkinan, kata dia, timbullah rasa kepedulian dari seorang warga berinisial ZS tentang infrastruktur tentu ini menjadi masukkan untuk pemerintahan yang ketepatan kala itu, menjelang Mekdinas kemarin. Dimana waktu itu, kata dia, pada musim penghujan makanya jarak tempuh dilalui dari sungai salak ke sekolah jauh lebih dekat dibandingkan pada jalan pintasan utama.

Namun demikian tidak menjadikan hambatan bagi para murid dari Dusun Aek salak untuk melanjutkan aktivitas pendidikan karena masih ada 2 jalan umum menuju sekolah walaupun jarak tempuhnya lebih jauh kalau dari kantor camat berkisaran 8 km, sementara bila dari jalan pelintasan dimaksud jaraknya hanya berkisar 2 km.

Padahal, pemerintah setempat telah berulang kali memohon kepada pemilik lahan untuk berkenan dibangunkan titi penyeberangan namun pemilik lahan tidak berkenan, semoga dengan viralnya pemberitaan dapat menjadikan notifikasi kepada pemilik lahan untuk peduli terhadap warga dan pendidikan.

Diharapkan memberikan persetujuan kepada pemkab untuk membangun jalan, dengan demikian para warga Aek Salah lebih dekat untuk menuju pekan dan anak didik lebih mudah dan cepat menuju sekolah dari kediaman mereka. (mag-3/azw)

Zulkarnaen warga Desa Ulu Mahuam, Kecamatan Silangkitang, Kabupaten Labusel membantu pelajar SD saat menyebrang sungai untuk pergi ke sekolah setiap harinya. Zulkarnaen menggendong para pelajar itu menyeberangi sungai karena tidak ada jembatan.

LABUSEL, SUMUTPOS.CO -Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 115501 Desa Ulumahuam, Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) menepis isu pemutasian dirinya, pascapemberitaan siswa digendong menyeberangi sungai untuk sekolah menjadi viral ketika menjelang Hari Mendiknas kemarin. Hal tersebut dikatakan Kepala SDN 115501 Silangkitang Fatimah Hanum, Kamis(4/5). “Iya, memang saya sempat dipanggil pak Wabup Labusel dihadiri pak sekda, pak kadis, camat, Kepala KUPT Silangkitang, di sana semuanya sudah saya jelaskan dan pimpinan memahaminya,” ucapnya.

Namun dalam persoalan tersebut, kata dia, hanya terjadi miskomunikasi saja meskipun dirinya sempat dipanggil dalam rapat internal di dinas pendidikan pemerintahan daerah Labuhanbatu Selatan.

Menurutnya, untuk persoalan ini memang pemerintahan daerah Labusel cukup sangat bijaksana dan arif mengambil keputusan serta tindakkan.

Ketika disinggung bahwa informasi sengaja diciptakan terkait infrastruktur, dia menjelaskan, kemungkinan itu bisa saja namun kurang tahu past. “Jadi sekali lagi, ini hanya miskomunikasi,” katanya.

Hal senada, dikatakan, Plt Kadisdik Syahrul Tanjung. Dia juga mengakui tidak ada pemutasian terhadap Kepala SDN 115501 Silangkitang. “Tidak benar itu, tidak ada pemutasian kepala sekolah karena viral pemberitaan dari mana dapat informasinya”, sebutnya.

Sementara, mantan Camat Silangkitang Zulkifli Siregar menjelaskan, bahwa para siswa/i sekolah yang melalui sungai Ulumahuam, itu berasal dari Dusun Salak Desa Aek Goti yang terdapat 53 Kepala Keluarga ((KK) berbatasan dengan Desa Ulumahuam, Kec Silangkitang. Namun bilamana musim kemarau aliran sungai dapat dilompati saja. Karena yang dalam itu, hanya berkisar semeter meskipun dahulunya pernah ada titi, tetapi telah rusak.

“Jadi, memang ini berkaitan dengan jarak tempuh dalam menuju sekolah, kemungkinan lebih dekat bila dibandingkan jalur pintasan utama dari dusun salak menuju sekolah”, paparnya.

Kemungkinan, kata dia, timbullah rasa kepedulian dari seorang warga berinisial ZS tentang infrastruktur tentu ini menjadi masukkan untuk pemerintahan yang ketepatan kala itu, menjelang Mekdinas kemarin. Dimana waktu itu, kata dia, pada musim penghujan makanya jarak tempuh dilalui dari sungai salak ke sekolah jauh lebih dekat dibandingkan pada jalan pintasan utama.

Namun demikian tidak menjadikan hambatan bagi para murid dari Dusun Aek salak untuk melanjutkan aktivitas pendidikan karena masih ada 2 jalan umum menuju sekolah walaupun jarak tempuhnya lebih jauh kalau dari kantor camat berkisaran 8 km, sementara bila dari jalan pelintasan dimaksud jaraknya hanya berkisar 2 km.

Padahal, pemerintah setempat telah berulang kali memohon kepada pemilik lahan untuk berkenan dibangunkan titi penyeberangan namun pemilik lahan tidak berkenan, semoga dengan viralnya pemberitaan dapat menjadikan notifikasi kepada pemilik lahan untuk peduli terhadap warga dan pendidikan.

Diharapkan memberikan persetujuan kepada pemkab untuk membangun jalan, dengan demikian para warga Aek Salah lebih dekat untuk menuju pekan dan anak didik lebih mudah dan cepat menuju sekolah dari kediaman mereka. (mag-3/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/