28.9 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Banjir di Lima Daerah di Sumut, BPBD: Hujan & Pendangkalan Sungai

Kampung Semut Kota Tebing tinggi direndam banjir, Kamis (18/6). Meski sedang banjir, warga tetap melakukan aktivitas.
Kampung Semut Kota Tebing tinggi direndam banjir, Kamis (18/6). Meski sedang banjir, warga tetap melakukan aktivitas.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Banjir yang melanda sedikitnya lima kota/kabupaten di Sumatera Utara secara serentak pada Kamis (18/6) pagi, diakibatkan intensitas hujan yang tinggi terutama di wilayah pantai timur Sumut— dipadu banyaknya pendangkalan sungai.

“Setiap bulan, Pak Gubernur Sumut Edy Rahmayadi konsisten memberi peringatan dini kepada para kepala daerah di 33 kabupaten/kota dan masyarakat tentang peringatan banjir, longsor, dan gerakan tanah berdasarkan data BMKG dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (Badan Geologi). Dan sebagai upaya antisipasi, BPBD selalu menyiagakan posko 24 jam untuk penanganan darurat di seluruh daerah terutama pada daerah rawan bencana,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Riadil Akhir Lubis, menjawab Sumut Pos, Jumat (19/6).

Posko BPBD, lanjutnya, siaga 24 jam melakukan pertolongan dan pengungsian sementara warga ke daerah tinggi, atau yang tidak terkena banjir.

Di samping SE Gubsu, pihaknya juga selalu memberi penekanan ke seluruh pemda, agar memerhatikan prakiraan cuaca dan potensi bencana, yang secara periodik dikeluarkan BMKG dan PVMBG. “Surat Edaran dan prakiraan cuaca untuk Juni hingga Agustus 2020 sedang dalam proses analisis kami. Pada prinsipnya semua daerah harus selalu waspada akan potensi bencana alam di wilayahnya masing-masing,” katanya.

Diberitakan kemarin, guyuran hujan semalaman menyebabkan banjir melanda lima kota/kabupaten di Sumut Kamis (18/6) pagi. Kelimanya yakni Kota Medan, Kota Tebingtinggi, Kabupaten Asahan, KabuPaten Batu Bara, dan Kabupaten Simalungun. Di Medan, 4 kecamatan terendam banjir. Di Tebingtinggi, air merendam tiga kelurahan. Di Asahan, 7 desa tergenang banjir. Di Batu Bara, banjir melanda Desa Nenas Siam, Kecamatan Medang Deras. Sementara di Simalungun, banjir terjadi di Sinaksak.

Ratusan rumah terendam banjir dengan ketingian 30 cm hingga 1meter. Jalan raya juga terendam banjir di beberapa lokasi.

BPBD-Dinas PU Koordinasi

Setelah banjir pada Kamis pagi, genangan air di sejumlah kawasan di Kota Medan mulai surut atau kembali normal pada Jumat.

Kepala Badan Penanggulangan Kencan Daerah (BPBD) Kota Medan, Arjuna Sembiring, mengakui kawasan yang terkena banjir telah kembali normal. “Kemarin dinihari sampai pagi, memang ada banjir di 4 kecamatan (Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Johor, dan Medan Sunggal). Rata-rata ketinggian air 50 cm. Tapi petugas kita sudah melihat kondisi langsung ke lapangan. Hasilnya, hari ini banjir sudah surut dan permukiman kembali normal,” ucap Arjuna, Jumat (19/6).

Menurut Arjuna, banjir murni karena curah hujan yang tinggi dan terjadi secara merata di seluruh Kota Medan dan sekitarnya. Namun fungsi drainase yang tidak maksimal, juga menjadi salahsatu penyebabnya.

“BPBD fokus kepada proses penanggulangan dan evakuasi. Tetapi dari kejadian kemarin, tidak ada masyarakat yang mau dievakuasi. Mereka memilih bertahan, karena yakin banjir akan segera surut dan itu memang terbukti,” katanya.

Pun begitu, pihaknya tetap berkoordinasi dengan Dinas PU soal normalisasi fungsi drainase di Kota Medan. Ia mengaku, BPBD dan Dinas PU sering turun bersama ke lapangan, guna melihat hal-hal yang menyebabkan banjir.

Arjuna juga mengimbau masyarakat Kota Medan untuk sama-sama menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah secara sembarangan. “Pantauan di lapangan, masih banyak drainase yang penuh dengan sampah. Ini soal kedisiplinan juga. Kita berharap masyarakat disiplin membuang sampah pada tempatnya,” tandasnya.

Wakil Ketua DPRD Medan, Ihwan Ritonga, sepakat dengan imbauan pemerintah untuk menggalakkan kedisplinan membuang sampah di tempatnya. Sebab, sampah menjadi penyumbang terbesar rusaknya fungsi drainase, yang memicu banjir saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.

“Sampah memang penyebab utama drainase tidak berfungsi, di samping memang ada juga drainase yang tidak dibangun dengan baik, sehingga tidak dapat mengalirkan debit air dalam jumlah besar dengan waktu yang cepat. Disiplin membuang sampah di tempatnya sangat penting,” katanya.

Tetapi, lanjut Ihwan, Pemko Medan juga diharapkan tak hanya mengimbau masyarakat agar disiplin, tetapi juga membangun fasilitas persampahan di Kota Medan dengan sangat baik, minimal hingga ke tingkat kelurahan.

“Kadang masyarakat mau buang sampah, tapi tempat sampahnya yang tidak ada. Masyarakat tidak tahu mau dibuang ke mana. Untuk masyarakat yang rendah kesadarannya, ya dibuang saja ke parit atau ke sungai. Harusnya ada fasilitas persampahan minimal di setiap kelurahan, atau kalau bisa hingga ke setiap lingkungan,” ungkapnya.

Meski alasan itu tidak dapat dibenarkan, namun menurutnya itu menjadi bukti minimnya dukungan Pemko Medan dalam membantu masyarakat mengatasi masalah sampah di lingkungannya.

“Harus ada sinergi. Sebab permasalaham sampah adalah masalah kita bersama, yang harus kita tuntaskan bersama. Pemerintah harus menjadi pioneer dalam hal ini,” pungkasnya.

BMKG Imbau Waspada Banjir

Terkait ancaman banjir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat Kota Medan agar mewaspadai ancaman banjir di wilayah-wilayah yang rawan. Sebab sesuai perkiraan cuaca, curah hujan masih tinggi hingga 21 Juni 2020.

“Curah hujan di Kota Medan diperkirakan akan terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang serta badai petir. Kondisi cuaca seperti ini diprakirakan akan terjadi untuk 3 hari ke depan, terutama di wilayah pegunungan hingga pantai timur Sumatera Utara (Sumut),” jelas prakirawan BBMKG Wilayah 1 Medan, Nora Sinaga, kepada Sumut Pos di Medan, Jumat (19/6).

Adanya gangguan cuaca berupa sirkulasi Eddy di Samudera Hindia Barat Sumatera, menyebabkan wilayah Sumut mengalami konvergensi yang memicu curah hujan yang tinggi. “Berdasarkan hal-hal tersebut, BMKG mengimbau agar masyarakat di wilayah perkotaan waspada adanya genangan-genangan air,” imbaunya.

Nora juga mengingatkan masyarakat di wilayah bantaran sungai agar tetap waspadai banjir kiriman. Begitu juga masyarakat di wilayah pegunungan, agar mewaspada longsor akibat curah hujan tinggi.

“Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi terbaru BMKG seperti prakiraan cuaca dan informasi peringatan dini cuaca ekstrim. BMKG juga akan menginformasikanya kepada instansi terkait seperti BPBD dan unit satker di daerah,” tukasnya. (prn/map/mag-1)

Kampung Semut Kota Tebing tinggi direndam banjir, Kamis (18/6). Meski sedang banjir, warga tetap melakukan aktivitas.
Kampung Semut Kota Tebing tinggi direndam banjir, Kamis (18/6). Meski sedang banjir, warga tetap melakukan aktivitas.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Banjir yang melanda sedikitnya lima kota/kabupaten di Sumatera Utara secara serentak pada Kamis (18/6) pagi, diakibatkan intensitas hujan yang tinggi terutama di wilayah pantai timur Sumut— dipadu banyaknya pendangkalan sungai.

“Setiap bulan, Pak Gubernur Sumut Edy Rahmayadi konsisten memberi peringatan dini kepada para kepala daerah di 33 kabupaten/kota dan masyarakat tentang peringatan banjir, longsor, dan gerakan tanah berdasarkan data BMKG dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (Badan Geologi). Dan sebagai upaya antisipasi, BPBD selalu menyiagakan posko 24 jam untuk penanganan darurat di seluruh daerah terutama pada daerah rawan bencana,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Riadil Akhir Lubis, menjawab Sumut Pos, Jumat (19/6).

Posko BPBD, lanjutnya, siaga 24 jam melakukan pertolongan dan pengungsian sementara warga ke daerah tinggi, atau yang tidak terkena banjir.

Di samping SE Gubsu, pihaknya juga selalu memberi penekanan ke seluruh pemda, agar memerhatikan prakiraan cuaca dan potensi bencana, yang secara periodik dikeluarkan BMKG dan PVMBG. “Surat Edaran dan prakiraan cuaca untuk Juni hingga Agustus 2020 sedang dalam proses analisis kami. Pada prinsipnya semua daerah harus selalu waspada akan potensi bencana alam di wilayahnya masing-masing,” katanya.

Diberitakan kemarin, guyuran hujan semalaman menyebabkan banjir melanda lima kota/kabupaten di Sumut Kamis (18/6) pagi. Kelimanya yakni Kota Medan, Kota Tebingtinggi, Kabupaten Asahan, KabuPaten Batu Bara, dan Kabupaten Simalungun. Di Medan, 4 kecamatan terendam banjir. Di Tebingtinggi, air merendam tiga kelurahan. Di Asahan, 7 desa tergenang banjir. Di Batu Bara, banjir melanda Desa Nenas Siam, Kecamatan Medang Deras. Sementara di Simalungun, banjir terjadi di Sinaksak.

Ratusan rumah terendam banjir dengan ketingian 30 cm hingga 1meter. Jalan raya juga terendam banjir di beberapa lokasi.

BPBD-Dinas PU Koordinasi

Setelah banjir pada Kamis pagi, genangan air di sejumlah kawasan di Kota Medan mulai surut atau kembali normal pada Jumat.

Kepala Badan Penanggulangan Kencan Daerah (BPBD) Kota Medan, Arjuna Sembiring, mengakui kawasan yang terkena banjir telah kembali normal. “Kemarin dinihari sampai pagi, memang ada banjir di 4 kecamatan (Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Johor, dan Medan Sunggal). Rata-rata ketinggian air 50 cm. Tapi petugas kita sudah melihat kondisi langsung ke lapangan. Hasilnya, hari ini banjir sudah surut dan permukiman kembali normal,” ucap Arjuna, Jumat (19/6).

Menurut Arjuna, banjir murni karena curah hujan yang tinggi dan terjadi secara merata di seluruh Kota Medan dan sekitarnya. Namun fungsi drainase yang tidak maksimal, juga menjadi salahsatu penyebabnya.

“BPBD fokus kepada proses penanggulangan dan evakuasi. Tetapi dari kejadian kemarin, tidak ada masyarakat yang mau dievakuasi. Mereka memilih bertahan, karena yakin banjir akan segera surut dan itu memang terbukti,” katanya.

Pun begitu, pihaknya tetap berkoordinasi dengan Dinas PU soal normalisasi fungsi drainase di Kota Medan. Ia mengaku, BPBD dan Dinas PU sering turun bersama ke lapangan, guna melihat hal-hal yang menyebabkan banjir.

Arjuna juga mengimbau masyarakat Kota Medan untuk sama-sama menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah secara sembarangan. “Pantauan di lapangan, masih banyak drainase yang penuh dengan sampah. Ini soal kedisiplinan juga. Kita berharap masyarakat disiplin membuang sampah pada tempatnya,” tandasnya.

Wakil Ketua DPRD Medan, Ihwan Ritonga, sepakat dengan imbauan pemerintah untuk menggalakkan kedisplinan membuang sampah di tempatnya. Sebab, sampah menjadi penyumbang terbesar rusaknya fungsi drainase, yang memicu banjir saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.

“Sampah memang penyebab utama drainase tidak berfungsi, di samping memang ada juga drainase yang tidak dibangun dengan baik, sehingga tidak dapat mengalirkan debit air dalam jumlah besar dengan waktu yang cepat. Disiplin membuang sampah di tempatnya sangat penting,” katanya.

Tetapi, lanjut Ihwan, Pemko Medan juga diharapkan tak hanya mengimbau masyarakat agar disiplin, tetapi juga membangun fasilitas persampahan di Kota Medan dengan sangat baik, minimal hingga ke tingkat kelurahan.

“Kadang masyarakat mau buang sampah, tapi tempat sampahnya yang tidak ada. Masyarakat tidak tahu mau dibuang ke mana. Untuk masyarakat yang rendah kesadarannya, ya dibuang saja ke parit atau ke sungai. Harusnya ada fasilitas persampahan minimal di setiap kelurahan, atau kalau bisa hingga ke setiap lingkungan,” ungkapnya.

Meski alasan itu tidak dapat dibenarkan, namun menurutnya itu menjadi bukti minimnya dukungan Pemko Medan dalam membantu masyarakat mengatasi masalah sampah di lingkungannya.

“Harus ada sinergi. Sebab permasalaham sampah adalah masalah kita bersama, yang harus kita tuntaskan bersama. Pemerintah harus menjadi pioneer dalam hal ini,” pungkasnya.

BMKG Imbau Waspada Banjir

Terkait ancaman banjir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat Kota Medan agar mewaspadai ancaman banjir di wilayah-wilayah yang rawan. Sebab sesuai perkiraan cuaca, curah hujan masih tinggi hingga 21 Juni 2020.

“Curah hujan di Kota Medan diperkirakan akan terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang serta badai petir. Kondisi cuaca seperti ini diprakirakan akan terjadi untuk 3 hari ke depan, terutama di wilayah pegunungan hingga pantai timur Sumatera Utara (Sumut),” jelas prakirawan BBMKG Wilayah 1 Medan, Nora Sinaga, kepada Sumut Pos di Medan, Jumat (19/6).

Adanya gangguan cuaca berupa sirkulasi Eddy di Samudera Hindia Barat Sumatera, menyebabkan wilayah Sumut mengalami konvergensi yang memicu curah hujan yang tinggi. “Berdasarkan hal-hal tersebut, BMKG mengimbau agar masyarakat di wilayah perkotaan waspada adanya genangan-genangan air,” imbaunya.

Nora juga mengingatkan masyarakat di wilayah bantaran sungai agar tetap waspadai banjir kiriman. Begitu juga masyarakat di wilayah pegunungan, agar mewaspada longsor akibat curah hujan tinggi.

“Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi terbaru BMKG seperti prakiraan cuaca dan informasi peringatan dini cuaca ekstrim. BMKG juga akan menginformasikanya kepada instansi terkait seperti BPBD dan unit satker di daerah,” tukasnya. (prn/map/mag-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/