25.6 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Danau Toba Tak Cukup Jual Air, Kelola Juga Atraksi & Fasilitas

Foto: Net Panorama Danau Toba dinilai tidak cukup hanya menjual air, tetaoi harus membenahi atraksi dan fasilitas.
Foto: Net
Panorama Danau Toba dinilai tidak cukup hanya menjual air, tetaoi harus membenahi atraksi dan fasilitas.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pengelolaan Danau Toba perlu belajar dari lokasi wisata andalan DKI Jakarta, yakni Taman Impian Jaya Ancol. Sama-sama menjual panorama alam, Ancol berkembang pesat, sedangkan Danau Toba begitu-begitu saja.

Pengamat pariwisata M Faried Moertolo mengatakan, hal ini karena pengelola Ancol kreatif, terus melakukan inovasi. Ancol, yang dulunya bernama Bina Ria Ancol, sudah moncer sejak jaman Gubernur DKI Ali Sadikin. Tapi, kata Faried, saat itu, di era 1970-an, Ancol dikenal sebagai lokasi wisata berbau mesum.

“Semakin larut malam, semakin banyak mobil goyang. Ramai, terkenal, tapi setelah itu langsung ada perubahan, dibenahi ke arah pengelolaan yang lebih modern, dengan fasilitas-fasilitas modern, sehingga yang berkunjung bukan mereka yang ingin melakukan mobil goyang,” ujar Faried di Jakarta, Minggu (25/3).

Hingga akhirnya tahun 1984 ada namanya Dunia Fantasi (Dufan), dengan menggunakan teknologi tinggi. Sekarang lengkap, ada kereta gantung, Sea Wordl, Gelanggang Samudera, dan masih banyak lagi. Selagi malam, terutama malam Minggu, live musik semarak di panggir pantai.

Pagi hari, terutama saat hari libur, lokasi wisata yang terletak di Jakarta Utara itu sudah riuh warga berolah raga. Sarana olah tubuh juga lengkap disediakan di sejumlah titik di pinggir pantai. Nyaman, tak ada preman.

Faried menjelaskan, perubahan variasi atraksi dan fasilitas di lokasi wisata sangat penting. “Siklus harus dibaca secara jeli. Ketika sebuah atraksi sudah membosankan, maka harus cepat berinovasi menampilkan yang baru,” ucap Faried.

Bagaimana dengan Danau Toba? “Dari dulu hanya air saja. Kalau pun ada atraksi, itu-itu saja, sudah membosankan karena tidak membaca siklus keinginan wisatawan,” terang mantan Direktur Pemasaran Dalam Negeri Kementerian Pariwisata itu.

Sekedar mengingatkan, untuk Danau Toba, sempat mengemuka adanya investor asal Austria yang ingin membangun sarana kereta gantung (cable car). Hans R Jost, staf kantor perwakilan Doppelmayr di Jakarta, telah mengirimkan surat resmi kepada Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Priovinsi Sumut Dr Drs Arsyad MM pada 27 November 2014 lalu, tentang rencana kunjungannya ke daerah ini, untuk presentasi, sekaligus meninjau lokasi di Danau Toba.

Foto: Net Panorama Danau Toba dinilai tidak cukup hanya menjual air, tetaoi harus membenahi atraksi dan fasilitas.
Foto: Net
Panorama Danau Toba dinilai tidak cukup hanya menjual air, tetaoi harus membenahi atraksi dan fasilitas.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pengelolaan Danau Toba perlu belajar dari lokasi wisata andalan DKI Jakarta, yakni Taman Impian Jaya Ancol. Sama-sama menjual panorama alam, Ancol berkembang pesat, sedangkan Danau Toba begitu-begitu saja.

Pengamat pariwisata M Faried Moertolo mengatakan, hal ini karena pengelola Ancol kreatif, terus melakukan inovasi. Ancol, yang dulunya bernama Bina Ria Ancol, sudah moncer sejak jaman Gubernur DKI Ali Sadikin. Tapi, kata Faried, saat itu, di era 1970-an, Ancol dikenal sebagai lokasi wisata berbau mesum.

“Semakin larut malam, semakin banyak mobil goyang. Ramai, terkenal, tapi setelah itu langsung ada perubahan, dibenahi ke arah pengelolaan yang lebih modern, dengan fasilitas-fasilitas modern, sehingga yang berkunjung bukan mereka yang ingin melakukan mobil goyang,” ujar Faried di Jakarta, Minggu (25/3).

Hingga akhirnya tahun 1984 ada namanya Dunia Fantasi (Dufan), dengan menggunakan teknologi tinggi. Sekarang lengkap, ada kereta gantung, Sea Wordl, Gelanggang Samudera, dan masih banyak lagi. Selagi malam, terutama malam Minggu, live musik semarak di panggir pantai.

Pagi hari, terutama saat hari libur, lokasi wisata yang terletak di Jakarta Utara itu sudah riuh warga berolah raga. Sarana olah tubuh juga lengkap disediakan di sejumlah titik di pinggir pantai. Nyaman, tak ada preman.

Faried menjelaskan, perubahan variasi atraksi dan fasilitas di lokasi wisata sangat penting. “Siklus harus dibaca secara jeli. Ketika sebuah atraksi sudah membosankan, maka harus cepat berinovasi menampilkan yang baru,” ucap Faried.

Bagaimana dengan Danau Toba? “Dari dulu hanya air saja. Kalau pun ada atraksi, itu-itu saja, sudah membosankan karena tidak membaca siklus keinginan wisatawan,” terang mantan Direktur Pemasaran Dalam Negeri Kementerian Pariwisata itu.

Sekedar mengingatkan, untuk Danau Toba, sempat mengemuka adanya investor asal Austria yang ingin membangun sarana kereta gantung (cable car). Hans R Jost, staf kantor perwakilan Doppelmayr di Jakarta, telah mengirimkan surat resmi kepada Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Priovinsi Sumut Dr Drs Arsyad MM pada 27 November 2014 lalu, tentang rencana kunjungannya ke daerah ini, untuk presentasi, sekaligus meninjau lokasi di Danau Toba.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/