28.9 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Tak Bisa Baca, Guru Lempar Buku, Bukk… Mata Murid Lebam

Foto: Eko Hendriawan/Metro Siantar/JPNN RS didampingi ibu dan ayahnya, saat melaporkan guru bahasan Indonesia kasus pemukulan, ke Polsek Tiga Balata, Jumat (25/9).
Foto: Eko Hendriawan/Metro Siantar/JPNN
RS didampingi ibu dan ayahnya, saat melaporkan guru bahasan Indonesia kasus pemukulan, ke Polsek Tiga Balata, Jumat (25/9).

SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Seorang murid kelas 5 SD Negeri 091488 Bah Sampuran, Kecamatan Jorlang Hataran mengalami lebam pada mata kirinya. Si murid, RS (11), ia dipukul guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, karena tidak bisa membaca.

Murid yang tinggal bersama orangtuanya di Kampung Tengah, Nagori Bah Sampuran ini menuturkan, peristiwa pemukulan terjadi Selasa (22/9) sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu mata pelajaran Bahasa Indonesia (BI).

Ketika ia disuruh membaca oleh SS, guru kelas 5 yang memegang mata pelajaran BI, RS merasa kesulitan. Akibatnya SS emosi dan melayangkan buku berukuran tebal ke bagian wajah korban. “Mataku dipukul pakai buku tebal sama guru BI,” aku korban.

Setelah memukul korban pakai buku tebal, guru yang dikenal galak itu juga mencubit tangan kanannya berulang kali. “Tanganku dicubit sampai berdarah,” katanya.

Rostiana Marbun (35), ibu korban mengaku kejadian tersebut sempat disembunyikan anaknya. Ketika ditanya, RS, anak pertama dari empat anaknya mengaku matanya lebam karena terjatuh.

Berselang waktu, diduga karena tidak tahan merasakan sakit yang dialami korban, RS pun pun menceritakan, bahwa matanya lebam karena dipukul guru di sekolah.

Tak terima atas perlakuan guru dimaksud, Rostiana didampingi saudaranya melapor ke Polsek Tiga Balata. “Sebelum melapor kami lebih dulu visum ke Puskesmas Tiga Balata,” ujar Rostiana.

Binsar Silitonga (38) orangtua korban, seorang sopir truk jurusan Medan-Sibolga, mengaku kesal atas perbuatan guru tersebut. Ia meminta supaya pelaku dapat bertanggungjawab atas kejadian pemukulan itu. “Aku sebagai orangtua kandungnya, tidak pernah memukul sampai lebam/memar. Guru sekarang masih saja tega,” kesalnya.

Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Tiga Balata IPTU J Manurung mengatakan sudah menerima laporan orangtua korban. Sekarang ini pihaknya sedang melakukan pemeriksaan terhadap saksi. “Untuk proses selanjutnya kita masih memeriksa saksi-saksi,” ujar Kanit singkat, Jumat (25/9). (end)

Foto: Eko Hendriawan/Metro Siantar/JPNN RS didampingi ibu dan ayahnya, saat melaporkan guru bahasan Indonesia kasus pemukulan, ke Polsek Tiga Balata, Jumat (25/9).
Foto: Eko Hendriawan/Metro Siantar/JPNN
RS didampingi ibu dan ayahnya, saat melaporkan guru bahasan Indonesia kasus pemukulan, ke Polsek Tiga Balata, Jumat (25/9).

SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Seorang murid kelas 5 SD Negeri 091488 Bah Sampuran, Kecamatan Jorlang Hataran mengalami lebam pada mata kirinya. Si murid, RS (11), ia dipukul guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, karena tidak bisa membaca.

Murid yang tinggal bersama orangtuanya di Kampung Tengah, Nagori Bah Sampuran ini menuturkan, peristiwa pemukulan terjadi Selasa (22/9) sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu mata pelajaran Bahasa Indonesia (BI).

Ketika ia disuruh membaca oleh SS, guru kelas 5 yang memegang mata pelajaran BI, RS merasa kesulitan. Akibatnya SS emosi dan melayangkan buku berukuran tebal ke bagian wajah korban. “Mataku dipukul pakai buku tebal sama guru BI,” aku korban.

Setelah memukul korban pakai buku tebal, guru yang dikenal galak itu juga mencubit tangan kanannya berulang kali. “Tanganku dicubit sampai berdarah,” katanya.

Rostiana Marbun (35), ibu korban mengaku kejadian tersebut sempat disembunyikan anaknya. Ketika ditanya, RS, anak pertama dari empat anaknya mengaku matanya lebam karena terjatuh.

Berselang waktu, diduga karena tidak tahan merasakan sakit yang dialami korban, RS pun pun menceritakan, bahwa matanya lebam karena dipukul guru di sekolah.

Tak terima atas perlakuan guru dimaksud, Rostiana didampingi saudaranya melapor ke Polsek Tiga Balata. “Sebelum melapor kami lebih dulu visum ke Puskesmas Tiga Balata,” ujar Rostiana.

Binsar Silitonga (38) orangtua korban, seorang sopir truk jurusan Medan-Sibolga, mengaku kesal atas perbuatan guru tersebut. Ia meminta supaya pelaku dapat bertanggungjawab atas kejadian pemukulan itu. “Aku sebagai orangtua kandungnya, tidak pernah memukul sampai lebam/memar. Guru sekarang masih saja tega,” kesalnya.

Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Tiga Balata IPTU J Manurung mengatakan sudah menerima laporan orangtua korban. Sekarang ini pihaknya sedang melakukan pemeriksaan terhadap saksi. “Untuk proses selanjutnya kita masih memeriksa saksi-saksi,” ujar Kanit singkat, Jumat (25/9). (end)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/