30 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Nelayan Khawatir Ikan dan Udang Bisa Mati

Foto: Fachrul Rozi/Sumut Pos
Kapal MV KPS Onur Sultan sandar di dermaga PLTGU Sicanang, Belawan. Kebaradaan kapal pembangkit listrik ini mulai diprotes warga, Selasa (23/5).

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Penyewaan Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) atau Marine Vessel Power Plant (MVPP) memberi harapan baru bagi masyarakat Sumatera Utara. Kehadiran kapal listrik dari Turki ini diharapkan mampu mengatasi krisis listrik di Sumut, khususnya selama Ramadan. Namun di sisi lain, muncul penolakan dari masyarakat sekitar. Pasalnya mereka khawatir, jika kapal raksasa itu beroperasi akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan dan bangunan rumah mereka.

Masyarakat Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan tampaknya masih trauma dengan keberadaan mesin PLTGU Sicanang Belawan. Pasalnya, akibat getaran mesin pembangkit listrik itu, dinding rumah mereka retak-retak.

“Mesin PLN hidup, dinding rumah warga di sini pada retak. Apalagi kapal besar itu beroperasi, mau runtuh rumah kami,” kata Hasan (42), warga Blok C, Kelurahan Sicanang, Medan Belawan kepada wartawan, Selasa (23/5).

Warga yang bertahun-tahun menjadi korban mesin pembangkit listrik PLTGU, kata Hasan, sudah kerap dijanjikan pihak PLN. Namun kenyataannya, dinding rumah mereka yang retak tidak kunjung diperbaiki.

“Dampak dari mesin PLTGU selama ini, belum ada solusi dari PLN. Sekarang, muncul lagi masalah baru kapal listrik,” tuturnya.

Hasan mengakui, beberapa hari sebelum MV KPS Onur Sultan tiba di Belawan, warga sempat dikumpulkan di aula kantor lurah. Hanya saja, dalam sosialisasi tersebut pihak perwakilan dari PLN belum dapat menjawab soal dampak ganti rugi lingkungan yang timbul apabila kapal listrik berkapasitas 480 MW (Megawatt) itu beroperasi.

“Getaran mesin pasti mempengaruhi bangunan rumah. Itu belum lagi limbahnya menyebabkan ikan dan udang mati,” ungkap Hasan.

Senada, Ketua Gabungan Kelompok Nelayan Perikanan (Gapokan) Kelurahan Sicanang, Anuar turut menolak keberadaan kapal listrik asal Turki. Dia menilai, dampak lingkungan yang timbul akan berpengaruh terhadap penghasilan nelayan. “Apa yang dikeluhkan nelayan mesti diperhatikan PLN. Pendapatan kami bisa berkurang disebabkan habitat udang dan ikan mati,” katanya.

Dia menambahkan jika pihak PLN tidak peduli dengan nasib masyarakat nelayan di Belawan, mereka mengancam siap menggelar unjukrasa ke PLTGU dan kantor PLN Wilayah Sumbagut di Medan. “Nelayan masih menunggu jawaban dan niat baik dari mereka (PLN,red). Kalau tak juga ada solusi, kami siap melakukan unjukrasa,” ancam Anuar.

Foto: Fachrul Rozi/Sumut Pos
Kapal MV KPS Onur Sultan sandar di dermaga PLTGU Sicanang, Belawan. Kebaradaan kapal pembangkit listrik ini mulai diprotes warga, Selasa (23/5).

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Penyewaan Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) atau Marine Vessel Power Plant (MVPP) memberi harapan baru bagi masyarakat Sumatera Utara. Kehadiran kapal listrik dari Turki ini diharapkan mampu mengatasi krisis listrik di Sumut, khususnya selama Ramadan. Namun di sisi lain, muncul penolakan dari masyarakat sekitar. Pasalnya mereka khawatir, jika kapal raksasa itu beroperasi akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan dan bangunan rumah mereka.

Masyarakat Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan tampaknya masih trauma dengan keberadaan mesin PLTGU Sicanang Belawan. Pasalnya, akibat getaran mesin pembangkit listrik itu, dinding rumah mereka retak-retak.

“Mesin PLN hidup, dinding rumah warga di sini pada retak. Apalagi kapal besar itu beroperasi, mau runtuh rumah kami,” kata Hasan (42), warga Blok C, Kelurahan Sicanang, Medan Belawan kepada wartawan, Selasa (23/5).

Warga yang bertahun-tahun menjadi korban mesin pembangkit listrik PLTGU, kata Hasan, sudah kerap dijanjikan pihak PLN. Namun kenyataannya, dinding rumah mereka yang retak tidak kunjung diperbaiki.

“Dampak dari mesin PLTGU selama ini, belum ada solusi dari PLN. Sekarang, muncul lagi masalah baru kapal listrik,” tuturnya.

Hasan mengakui, beberapa hari sebelum MV KPS Onur Sultan tiba di Belawan, warga sempat dikumpulkan di aula kantor lurah. Hanya saja, dalam sosialisasi tersebut pihak perwakilan dari PLN belum dapat menjawab soal dampak ganti rugi lingkungan yang timbul apabila kapal listrik berkapasitas 480 MW (Megawatt) itu beroperasi.

“Getaran mesin pasti mempengaruhi bangunan rumah. Itu belum lagi limbahnya menyebabkan ikan dan udang mati,” ungkap Hasan.

Senada, Ketua Gabungan Kelompok Nelayan Perikanan (Gapokan) Kelurahan Sicanang, Anuar turut menolak keberadaan kapal listrik asal Turki. Dia menilai, dampak lingkungan yang timbul akan berpengaruh terhadap penghasilan nelayan. “Apa yang dikeluhkan nelayan mesti diperhatikan PLN. Pendapatan kami bisa berkurang disebabkan habitat udang dan ikan mati,” katanya.

Dia menambahkan jika pihak PLN tidak peduli dengan nasib masyarakat nelayan di Belawan, mereka mengancam siap menggelar unjukrasa ke PLTGU dan kantor PLN Wilayah Sumbagut di Medan. “Nelayan masih menunggu jawaban dan niat baik dari mereka (PLN,red). Kalau tak juga ada solusi, kami siap melakukan unjukrasa,” ancam Anuar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/