33 C
Medan
Friday, May 3, 2024

WHO: Jumlah Anak Penderita Obesitas Naik 10 Kali Lipat

Foto: Dok VOA
Seorang balita laki-laki berumur delapan bulan digendong ibunya sambil menunggu konsultasi dokter di klinik untuk menangani masalah obesitas di Bogota, Maret 2014.

SUMUTPOS.CO – Sebuah penelitian menunjukkan jumlah anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas meningkat sepuluh kali lipat di seluruh dunia hanya dalam waktu 40 tahun.

Dalam salah satu penelitian epidemiologi terbesar yang pernah dilakukan, ilmuwan dari Organisasi Kesehatan Dunia dan Imperial College London menganalisis data tinggi dan berat badan untuk 130 juta orang sejak 1975, untuk mendapatkan Indeks Massa Tubuh mereka.

Perubahan paling dramatis telah terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah di kawasan seperti Asia Timur, Timur Tengah dan Afrika Utara, dan Amerika Latin. Penulis utama, Profesor Majid Ezzati dari Imperial College London terkejut dengan kecepatan perubahan itu.

“Tempat-tempat yang beberapa dekade lalu mungkin hanya ada sedikit kasus obesitas dan cukup banyak jumlah anak dengan berat badan kurangjumlah anak-anak dengan berat badan yang memadai, tiba-tiba sudah hampir mengalami epide

Di negara berpenghasilan lebih tinggi, tingkat obesitas anak-anak sudah tidak berubah, namun tetap tinggi. Dalam kelompok pendapatan tersebut, Amerika Serikat memiliki tingkat obesitas tertinggi.

Para peneliti mengatakan epidemi obesitas global adalah hasil dari pemasaran makanan dan pembuatan kebijakan yang buruk di seluruh dunia.

Obesitas adalah penyebab utama banyak penyakit di kemudian hari, termasuk penyakit jantung, stroke, diabetes dan beberapa jenis kanker. Tapi Ezzati mengatakan itu juga memiliki dampak besar di masa kanak-kanak.

“Ini terkait dengan stigma, jadi konsekuensi psiko-sosial untuk anak-anak. Ada beberapa bukti bahwa hal itu benar-benar mempengaruhi hasil pendidikan bagi anak-anak.”

Penelitian ini juga melihat jumlah anak-anak dengan berat badan kurang, yang masih merupakan tantangan kesehatan utama di bagian paling miskin di dunia. India memiliki prevalensi tertinggi kaum muda dengan berat badan moderat dan sangat kurus selama empat dekade.

“Kami benar-benar perlu menangani dua isu sekaligus. Jadi kita tidak bisa menunggu untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, dan baru kemudian khawatir kelebihan berat badan dan obesitas. Transisi terjadi sangat cepat dan semuanya adalah bentuk-bentukmalnutrisi yang berbeda,” kata Ezzati.

Penulis laporan tersebut meminta agar para pembuat kebijakan menemukan cara untuk membuat lebih banyak makanan sehat dan bergizi tersedia di rumah dan sekolah, terutama di keluarga dan masyarakat miskin, di samping pajak yang lebih tinggi untuk makanan yang tidak sehat. (voa)

Foto: Dok VOA
Seorang balita laki-laki berumur delapan bulan digendong ibunya sambil menunggu konsultasi dokter di klinik untuk menangani masalah obesitas di Bogota, Maret 2014.

SUMUTPOS.CO – Sebuah penelitian menunjukkan jumlah anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas meningkat sepuluh kali lipat di seluruh dunia hanya dalam waktu 40 tahun.

Dalam salah satu penelitian epidemiologi terbesar yang pernah dilakukan, ilmuwan dari Organisasi Kesehatan Dunia dan Imperial College London menganalisis data tinggi dan berat badan untuk 130 juta orang sejak 1975, untuk mendapatkan Indeks Massa Tubuh mereka.

Perubahan paling dramatis telah terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah di kawasan seperti Asia Timur, Timur Tengah dan Afrika Utara, dan Amerika Latin. Penulis utama, Profesor Majid Ezzati dari Imperial College London terkejut dengan kecepatan perubahan itu.

“Tempat-tempat yang beberapa dekade lalu mungkin hanya ada sedikit kasus obesitas dan cukup banyak jumlah anak dengan berat badan kurangjumlah anak-anak dengan berat badan yang memadai, tiba-tiba sudah hampir mengalami epide

Di negara berpenghasilan lebih tinggi, tingkat obesitas anak-anak sudah tidak berubah, namun tetap tinggi. Dalam kelompok pendapatan tersebut, Amerika Serikat memiliki tingkat obesitas tertinggi.

Para peneliti mengatakan epidemi obesitas global adalah hasil dari pemasaran makanan dan pembuatan kebijakan yang buruk di seluruh dunia.

Obesitas adalah penyebab utama banyak penyakit di kemudian hari, termasuk penyakit jantung, stroke, diabetes dan beberapa jenis kanker. Tapi Ezzati mengatakan itu juga memiliki dampak besar di masa kanak-kanak.

“Ini terkait dengan stigma, jadi konsekuensi psiko-sosial untuk anak-anak. Ada beberapa bukti bahwa hal itu benar-benar mempengaruhi hasil pendidikan bagi anak-anak.”

Penelitian ini juga melihat jumlah anak-anak dengan berat badan kurang, yang masih merupakan tantangan kesehatan utama di bagian paling miskin di dunia. India memiliki prevalensi tertinggi kaum muda dengan berat badan moderat dan sangat kurus selama empat dekade.

“Kami benar-benar perlu menangani dua isu sekaligus. Jadi kita tidak bisa menunggu untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, dan baru kemudian khawatir kelebihan berat badan dan obesitas. Transisi terjadi sangat cepat dan semuanya adalah bentuk-bentukmalnutrisi yang berbeda,” kata Ezzati.

Penulis laporan tersebut meminta agar para pembuat kebijakan menemukan cara untuk membuat lebih banyak makanan sehat dan bergizi tersedia di rumah dan sekolah, terutama di keluarga dan masyarakat miskin, di samping pajak yang lebih tinggi untuk makanan yang tidak sehat. (voa)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/