27.8 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Pingsan Dipukuli Guru, Siswa SMA di Nisel Harus Operasi

“Hasil diagnosa dokter, ada penyumbatan pembuluh darah ke otaknya. Gara-gara itu Jurdil mengalami kekurangan pasokan oksigen ke otak. Sebelum-sebelumnya dia nggak pernah mengalami masalah di kepalanya,” ungkap Murniati.

Keluarga menduga, penyempitan pembuluh darah ke otak kecil Jurdil adalah akibat penganiayaan yang dilakukan gurunya, Agustus tahun lalu.

Selanjutnya, Jurdil dioperasi di bagian kepala. Operasi dilakukan sekira dua pekan lalu di RS Murni Teguh.

Usai operasi, Jurdil tetap menjalani perobatan. “Kondisi adik kami sekarang sudah mulai membaik. Proses pemulihanlah sekarang,” katanya.

Meski demikian, menurut dokter, Jurdil masih perlu menjalani operasi lanjutan. “Tadi sudah check up lanjutan di Murni Teguh. Nanti akan dilakukan operasi lanjutan,” kata Murniati.

Dilaporkan ke Polisi

Abang korban, Boi Mendrofa, yang dihubungi Sumut Pos via telepon menyebut, sikap guru olahraga yang menganiaya Jurdil itu, bukan lagi bentuk pembinaan. Melainkan sebuah penganiayaan.

“Selama ini adik kami itu tidak ada sakit di kepalanya, dia baik-baik saja. Tapi, setelah dipukuli gurunya, adik kami itu sering merasa sakit di kepalanya,” ungkap Boi, Rabu (28/2).

Dia mengatakan,  pascapemukulan tersebut, belum ada itikad baik sang guru meminta maaf kepada keluarga mereka. Hanya keluarga si guru yang diutus untuk meminta maaf dan berdamai. “Itu yang kita kecewakan. Sampai sekarang belum ada permintaan maaf langsung guru tadi,” terangnya.

Atas kejadian ini, keluarga korban melaporkan kasusnya ke Polres Nisel. Tapi saat ini prosesnya masih pemeriksaan saksi-saksi, yakni teman-teman Jurdil yang menyaksikan kejadian pemukulan itu.

Kasat Reskrim Polres Nias Selatan, AKP Antoni Tarigan, saat dikonfirmasi via telepon selulernya, kemarin membenarkan pihaknya telah menerima laporan keluarga korban tentang dugaan penganiayaan itu. “Anggota telah melakukan penyidikan. Namun agak terkendala karena baru ada 2 dari 9 saksi yang bersedia diperiksa. Sementara 7 lainnya tidak mau menghadiri undangan polisi. Kalau hasil visum korban sudah kita peroleh,” katanya.

“Hasil diagnosa dokter, ada penyumbatan pembuluh darah ke otaknya. Gara-gara itu Jurdil mengalami kekurangan pasokan oksigen ke otak. Sebelum-sebelumnya dia nggak pernah mengalami masalah di kepalanya,” ungkap Murniati.

Keluarga menduga, penyempitan pembuluh darah ke otak kecil Jurdil adalah akibat penganiayaan yang dilakukan gurunya, Agustus tahun lalu.

Selanjutnya, Jurdil dioperasi di bagian kepala. Operasi dilakukan sekira dua pekan lalu di RS Murni Teguh.

Usai operasi, Jurdil tetap menjalani perobatan. “Kondisi adik kami sekarang sudah mulai membaik. Proses pemulihanlah sekarang,” katanya.

Meski demikian, menurut dokter, Jurdil masih perlu menjalani operasi lanjutan. “Tadi sudah check up lanjutan di Murni Teguh. Nanti akan dilakukan operasi lanjutan,” kata Murniati.

Dilaporkan ke Polisi

Abang korban, Boi Mendrofa, yang dihubungi Sumut Pos via telepon menyebut, sikap guru olahraga yang menganiaya Jurdil itu, bukan lagi bentuk pembinaan. Melainkan sebuah penganiayaan.

“Selama ini adik kami itu tidak ada sakit di kepalanya, dia baik-baik saja. Tapi, setelah dipukuli gurunya, adik kami itu sering merasa sakit di kepalanya,” ungkap Boi, Rabu (28/2).

Dia mengatakan,  pascapemukulan tersebut, belum ada itikad baik sang guru meminta maaf kepada keluarga mereka. Hanya keluarga si guru yang diutus untuk meminta maaf dan berdamai. “Itu yang kita kecewakan. Sampai sekarang belum ada permintaan maaf langsung guru tadi,” terangnya.

Atas kejadian ini, keluarga korban melaporkan kasusnya ke Polres Nisel. Tapi saat ini prosesnya masih pemeriksaan saksi-saksi, yakni teman-teman Jurdil yang menyaksikan kejadian pemukulan itu.

Kasat Reskrim Polres Nias Selatan, AKP Antoni Tarigan, saat dikonfirmasi via telepon selulernya, kemarin membenarkan pihaknya telah menerima laporan keluarga korban tentang dugaan penganiayaan itu. “Anggota telah melakukan penyidikan. Namun agak terkendala karena baru ada 2 dari 9 saksi yang bersedia diperiksa. Sementara 7 lainnya tidak mau menghadiri undangan polisi. Kalau hasil visum korban sudah kita peroleh,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/