31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Tampung Luapan Ekonomi Singapura, Dirut BRK Gagas Bank Kepri Riau Syariah

“Intinya kalau membeli bank tentulah bukan sisi baik bank itu saja. Sisi lain seperti NPL atau kredit macet, utang dengan pihak ketiga dan sebagainya tentu jadi tanggungan pembeli dan ini tentunya tidak mudah. Apalagi kita tidak mengenal luar dalam bank itu,” ujar Irvandi.

Lewat diskusi intens kedua orang ini, lahirlah gagasan untuk mewujudkan Bank Kepri Riau Syariah yang berpusat di Kepri. Caranya adalah dengan melakukan spin of (pemisahan) Bank Riau Kepri Syariah yang saat ini menjadi unit bisnis di BRK menjadi perusahaan sendiri berbadan hukum PT.

“Alhamdulillah pak Gub setuju, maka saya langsung melakukan proses untuk melakukan spin of ke Jakarta,” ujarnya.

Menurutnya dengan melakukan hal ini risiko bisnis bagi Provinsi Kepri jauh lebih kecil karena selama ini semua asset dan kinerja keuangan dapat diakses oleh pemegang saham yang dalam hal ini adalah termasuk Provinsi Kepri. “Jadi ini tidak sama dengan membeli kucing dalam karung,” ujarnya mengibaratkan.

Menurut Irvandi secara menyeluruh peluang untuk perbankan syariah di Provinsi Kepri sangat besar. “Potensi market di Kepri untuk perbankan syariah besar ya. Tinggal bagaimana mengembangkan pasar yang telah ada ini menjadi lebih baik,” ujarnya.

Soal lokasi bank daerah tersebut, Irvandi menyebutkan bahwa sejak spin off diurus ke Jakarta maka posisi kantor pusat sudah dicanangkan di Provinsi Kepri. Sedangkan soal nama menurutnya adalah Bank Kepri Riau Syariah. Keinginan ini sudah diprogramkan di 2018, tetapi karena perlu segera maka dipercepat menjadi program di 2017 sudah harus rampung.

Ditanya soal kondisi terkini perekonomian yang menghadapi krisis hinga di akhir tahun ini Irvandi tidak menepis anggapan itu. Menurutnya kondisinya perbankan ada gejala peningkatan NPL. “Solusinya memang kehati-hatian diutamakan,” ujarnya.

Kata dia, yang tidak tumbuh itu saat ini di perbankan adalah di kredit investasi. Sedangkan kredit consumer tetap berjalan seperti biasa.Menurutnya lagi prediksi tahun depan sampai kuartal I perbankan masih wait and see dengan prinsi kehati-hatian.

“Soal optimis, perbankan tetap optimis. Apalagi asumsi APBN perekonomian diprediksi tumbuh 5,3 persen,” ujarnya. Prediksi di rata-rata perbankan target kredit malah tumbuh 15 persen. Begitu juga sector funding juga prediksi pertumbuhan kreditnya mencapai 15 persen. “Artinya optimismenya melebihi APBN malah,” ujarnya lagi.

Usai paparan materi dilanjutkan dengan diskusi yang juga berlangsung hangat. Berbagai pertanyaan kritis dari para Pemred se Riau Pos Group dijawab santai oleh Dirut BRK itu. Misalnya mengapa di BRK budaya nepotisme lewat titpan ini titipan itu masih kental hingga sekarang. Hingga benarkah isu bahwa BRK sebenarnya banyak untung dengan ‘tidak berkeringat’ seperti menaruhkan dana di sertifikat bank Indonesia (SBI).

“Saya tak mau mengkaji budaya yang sudah lalu. Ke depan saya sudah menerapkan bahwa setiap bidang dikawal oleh mereka yang punya kompetensi. Jadi bukan lagi SDM itu diletak di situ karena rekomendasi kepala ini atau itu,” ujarnya. Menurutnya ia melakukan upaya mengubah mindset dari menunggu bola jadi menjemput bola. “Ada banyak hal yang harus kita benahi tetapi Insya Allah itu telah dan sedang berjalan,” ujarnya.

Sedangkan soal untung dari meletakkan modal di SBI dibantahnya. “Berapalah bunga dari SBI jika dibanding dengan penghasilan dari pemutaran dana itu lewat kredit. Jadi tidak benar kita mengandalkan bunga SBI tetapi dari kinerja dan pertumbuhan kredit,” ujarnya.

Bahkan, lanjutnya, BRK saat ini menempati rangking 3 se Indonesia untuk bank daerah. “Artinya kinerja kita terus membaik dan bukan tak mungkin kita meraih rangking 1,” ujarnya disambut applaus hadirin. Sesi Tanya jawab diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan oleh CEO RPG kepada Dirut BRK yang dilanjutkan foto bersama Pemred se Riau Pos Group.(fiz)

“Intinya kalau membeli bank tentulah bukan sisi baik bank itu saja. Sisi lain seperti NPL atau kredit macet, utang dengan pihak ketiga dan sebagainya tentu jadi tanggungan pembeli dan ini tentunya tidak mudah. Apalagi kita tidak mengenal luar dalam bank itu,” ujar Irvandi.

Lewat diskusi intens kedua orang ini, lahirlah gagasan untuk mewujudkan Bank Kepri Riau Syariah yang berpusat di Kepri. Caranya adalah dengan melakukan spin of (pemisahan) Bank Riau Kepri Syariah yang saat ini menjadi unit bisnis di BRK menjadi perusahaan sendiri berbadan hukum PT.

“Alhamdulillah pak Gub setuju, maka saya langsung melakukan proses untuk melakukan spin of ke Jakarta,” ujarnya.

Menurutnya dengan melakukan hal ini risiko bisnis bagi Provinsi Kepri jauh lebih kecil karena selama ini semua asset dan kinerja keuangan dapat diakses oleh pemegang saham yang dalam hal ini adalah termasuk Provinsi Kepri. “Jadi ini tidak sama dengan membeli kucing dalam karung,” ujarnya mengibaratkan.

Menurut Irvandi secara menyeluruh peluang untuk perbankan syariah di Provinsi Kepri sangat besar. “Potensi market di Kepri untuk perbankan syariah besar ya. Tinggal bagaimana mengembangkan pasar yang telah ada ini menjadi lebih baik,” ujarnya.

Soal lokasi bank daerah tersebut, Irvandi menyebutkan bahwa sejak spin off diurus ke Jakarta maka posisi kantor pusat sudah dicanangkan di Provinsi Kepri. Sedangkan soal nama menurutnya adalah Bank Kepri Riau Syariah. Keinginan ini sudah diprogramkan di 2018, tetapi karena perlu segera maka dipercepat menjadi program di 2017 sudah harus rampung.

Ditanya soal kondisi terkini perekonomian yang menghadapi krisis hinga di akhir tahun ini Irvandi tidak menepis anggapan itu. Menurutnya kondisinya perbankan ada gejala peningkatan NPL. “Solusinya memang kehati-hatian diutamakan,” ujarnya.

Kata dia, yang tidak tumbuh itu saat ini di perbankan adalah di kredit investasi. Sedangkan kredit consumer tetap berjalan seperti biasa.Menurutnya lagi prediksi tahun depan sampai kuartal I perbankan masih wait and see dengan prinsi kehati-hatian.

“Soal optimis, perbankan tetap optimis. Apalagi asumsi APBN perekonomian diprediksi tumbuh 5,3 persen,” ujarnya. Prediksi di rata-rata perbankan target kredit malah tumbuh 15 persen. Begitu juga sector funding juga prediksi pertumbuhan kreditnya mencapai 15 persen. “Artinya optimismenya melebihi APBN malah,” ujarnya lagi.

Usai paparan materi dilanjutkan dengan diskusi yang juga berlangsung hangat. Berbagai pertanyaan kritis dari para Pemred se Riau Pos Group dijawab santai oleh Dirut BRK itu. Misalnya mengapa di BRK budaya nepotisme lewat titpan ini titipan itu masih kental hingga sekarang. Hingga benarkah isu bahwa BRK sebenarnya banyak untung dengan ‘tidak berkeringat’ seperti menaruhkan dana di sertifikat bank Indonesia (SBI).

“Saya tak mau mengkaji budaya yang sudah lalu. Ke depan saya sudah menerapkan bahwa setiap bidang dikawal oleh mereka yang punya kompetensi. Jadi bukan lagi SDM itu diletak di situ karena rekomendasi kepala ini atau itu,” ujarnya. Menurutnya ia melakukan upaya mengubah mindset dari menunggu bola jadi menjemput bola. “Ada banyak hal yang harus kita benahi tetapi Insya Allah itu telah dan sedang berjalan,” ujarnya.

Sedangkan soal untung dari meletakkan modal di SBI dibantahnya. “Berapalah bunga dari SBI jika dibanding dengan penghasilan dari pemutaran dana itu lewat kredit. Jadi tidak benar kita mengandalkan bunga SBI tetapi dari kinerja dan pertumbuhan kredit,” ujarnya.

Bahkan, lanjutnya, BRK saat ini menempati rangking 3 se Indonesia untuk bank daerah. “Artinya kinerja kita terus membaik dan bukan tak mungkin kita meraih rangking 1,” ujarnya disambut applaus hadirin. Sesi Tanya jawab diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan oleh CEO RPG kepada Dirut BRK yang dilanjutkan foto bersama Pemred se Riau Pos Group.(fiz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/