27.8 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Kapolres: 500 Warga Serang 75 Polisi, Jadi Ada Tembakan ke Udara

Saat ditanya apakah warga yang tewas dalam kericuhan itu akibat tembakan dari anggotanya, Pangasian menyatakan hal tersebut masih dalam penyelidikan. Akan tetapi, ia meyakini kematian korban bukan karena terkena tembakan.

Saat itu ada sekira 20 personel yang menggunakan senjata api, termasuk dirinya. “Jadi kalau kita menembak warga dengan peluru tajam, tentunya yang tewas bukan satu. Ini masih diselidiki penyebab kematiannya. Tapi informasi yang beredar, tewasnya akibat benda tumpul,” tandasnya.

Begitu juga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), turun ke Tanah Karo.

Komnas HAM telah menerima laporan bahwa ada warga yang tewas, dan satu kritis serta puluhan lainnya luka-luka saat terjadi kerusuhan Jumat (29/7) lalu. “Sesuai dengan laporan warga Desa Lingga ke Komnas HAM RI, kita memutuskan untuk turun ke desa ini untuk mengusut kasus ini hingga tuntas,” ujar Ketua Komisioner Komnas HAM RI, Natalius Pigai saat menggelar pertemuan dengan ribuan warga Desa Lingga di Losd Desa Lingga, Rabu (3/8).

Komnas HAM akan memintai keterangan puluhan warga Desa Lingga yang menjadi korban akibat dampak kerusuhan beberapa hari lalu. “Kami mengharapkan agar warga yang dimintai keterangan untuk memberikan keterangan sesuai dengan fakta,” pintanya.

Dalam penyelidikan ini, kata Natalius Pigai, tentunya harus dilakukan secara objektif, imparsial dan berimbang. Hal ini harus berdasarkan input data, fakta dan informasi yang diperoleh. Baik dari korban, saksi, masyarakat dan institusi kepolisian dan penegak hukum lainnya.

Natalius Pigai meminta agar para warga bersabar menunggu hasil pemeriksaan, karena proses ini membutuhkan waktu. “Komnas HAM bekerja dengan detail dan serius. Untuk itu, kami harapkan agar warga bersabar, kami akan mengungkap kasus ini dengan sesungguh-sungguhnya,” kata dia.

Dikatakan, pihaknya sebagai pengawas pelaksana kebijakan pemerintah, akan mengusut hingga tuntas bagi siapa yang terlibat mencederai atau menganiaya hingga menyebabkan kematian, agar ditindak sesuai hukum yang berlaku. Meski sekalipun itu adalah aparat penegak hukum yang tidak melindungi dan mengayomi rakyat.

Usai memintai keterangan terhadap puluhan korban di Balai Desa Lingga nantinya, pihaknya berencana akan mendatangi Mapolres Karo. Selanjutnya, Jumat (5/8) mendatang, pihaknya juga akan mendatangi Polda Sumut.

“Malam ini kita akan menemui korban kritis di Medan,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, jika ada aparat yang terbukti melakukan tindakan penganiayaan hingga menyebabkan kematian, maka akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku di kepolisian.

Pun demikian, jika pihak keluarga menginginkan penyelesaian secara damai (restoratif justice) juga akan pihaknya hormati. “Mudah-mudahan minggu depan kita sudah dapat menyampaikan rekomendasi kepada Mabes Polri dan pihak-pihak terkait untuk dapat mengambil kesimpulan. Kita sangat mengharapkan agar kasus ini dapat terungkap tanpa adanya kejanggalan,” harap Natalius.

Sementara salah seorang korban, Paguh Sinulingga (65) warga Desa Lingga kepada POSMETRO menjelaskan, saat berlangsungnya bentrokan malam itu, dirinya sedang berada di depan Makam Pahlawan, Jalan Veteran Kabanjahe.

Singkat cerita, kata dia, saat rombongan personel Polres Karo menyerang warga desanya, ia langsung berupaya meninggalkan lokasi tersebut. “Saat aku mau lari, tiba-tiba kepalaku dipukul polisi dari belakang. Darah langsung bercucuran dari kepalaku. Setelah itu aku dibawa anak kampungku ke RS Ester,” jelasnya sembari menunjuk luka di kepalanya.

Seperti diketahui, puluhan warga Desa Lingga telah melaporkan kasus tersebut ke Kantor Komnas HAM di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (1/8). Mereka didampingi Kepala Desa Lingga, Serpis Ginting, kuasa hukum pelapor Jhonson Manik dan para korban. (par)

Saat ditanya apakah warga yang tewas dalam kericuhan itu akibat tembakan dari anggotanya, Pangasian menyatakan hal tersebut masih dalam penyelidikan. Akan tetapi, ia meyakini kematian korban bukan karena terkena tembakan.

Saat itu ada sekira 20 personel yang menggunakan senjata api, termasuk dirinya. “Jadi kalau kita menembak warga dengan peluru tajam, tentunya yang tewas bukan satu. Ini masih diselidiki penyebab kematiannya. Tapi informasi yang beredar, tewasnya akibat benda tumpul,” tandasnya.

Begitu juga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), turun ke Tanah Karo.

Komnas HAM telah menerima laporan bahwa ada warga yang tewas, dan satu kritis serta puluhan lainnya luka-luka saat terjadi kerusuhan Jumat (29/7) lalu. “Sesuai dengan laporan warga Desa Lingga ke Komnas HAM RI, kita memutuskan untuk turun ke desa ini untuk mengusut kasus ini hingga tuntas,” ujar Ketua Komisioner Komnas HAM RI, Natalius Pigai saat menggelar pertemuan dengan ribuan warga Desa Lingga di Losd Desa Lingga, Rabu (3/8).

Komnas HAM akan memintai keterangan puluhan warga Desa Lingga yang menjadi korban akibat dampak kerusuhan beberapa hari lalu. “Kami mengharapkan agar warga yang dimintai keterangan untuk memberikan keterangan sesuai dengan fakta,” pintanya.

Dalam penyelidikan ini, kata Natalius Pigai, tentunya harus dilakukan secara objektif, imparsial dan berimbang. Hal ini harus berdasarkan input data, fakta dan informasi yang diperoleh. Baik dari korban, saksi, masyarakat dan institusi kepolisian dan penegak hukum lainnya.

Natalius Pigai meminta agar para warga bersabar menunggu hasil pemeriksaan, karena proses ini membutuhkan waktu. “Komnas HAM bekerja dengan detail dan serius. Untuk itu, kami harapkan agar warga bersabar, kami akan mengungkap kasus ini dengan sesungguh-sungguhnya,” kata dia.

Dikatakan, pihaknya sebagai pengawas pelaksana kebijakan pemerintah, akan mengusut hingga tuntas bagi siapa yang terlibat mencederai atau menganiaya hingga menyebabkan kematian, agar ditindak sesuai hukum yang berlaku. Meski sekalipun itu adalah aparat penegak hukum yang tidak melindungi dan mengayomi rakyat.

Usai memintai keterangan terhadap puluhan korban di Balai Desa Lingga nantinya, pihaknya berencana akan mendatangi Mapolres Karo. Selanjutnya, Jumat (5/8) mendatang, pihaknya juga akan mendatangi Polda Sumut.

“Malam ini kita akan menemui korban kritis di Medan,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, jika ada aparat yang terbukti melakukan tindakan penganiayaan hingga menyebabkan kematian, maka akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku di kepolisian.

Pun demikian, jika pihak keluarga menginginkan penyelesaian secara damai (restoratif justice) juga akan pihaknya hormati. “Mudah-mudahan minggu depan kita sudah dapat menyampaikan rekomendasi kepada Mabes Polri dan pihak-pihak terkait untuk dapat mengambil kesimpulan. Kita sangat mengharapkan agar kasus ini dapat terungkap tanpa adanya kejanggalan,” harap Natalius.

Sementara salah seorang korban, Paguh Sinulingga (65) warga Desa Lingga kepada POSMETRO menjelaskan, saat berlangsungnya bentrokan malam itu, dirinya sedang berada di depan Makam Pahlawan, Jalan Veteran Kabanjahe.

Singkat cerita, kata dia, saat rombongan personel Polres Karo menyerang warga desanya, ia langsung berupaya meninggalkan lokasi tersebut. “Saat aku mau lari, tiba-tiba kepalaku dipukul polisi dari belakang. Darah langsung bercucuran dari kepalaku. Setelah itu aku dibawa anak kampungku ke RS Ester,” jelasnya sembari menunjuk luka di kepalanya.

Seperti diketahui, puluhan warga Desa Lingga telah melaporkan kasus tersebut ke Kantor Komnas HAM di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (1/8). Mereka didampingi Kepala Desa Lingga, Serpis Ginting, kuasa hukum pelapor Jhonson Manik dan para korban. (par)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/