31.8 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Sajak Seratus Kata tentang Alquran dan Rasulullah

CHENG HO

Pembersihan terhadap sisa-sisa pengikut Dinasti Yuan di daerah-daerah yang jauh dari ibu kota memang memakan waktu lama. Kota kelahiran Cheng Ho, Kunyang, baru berhasil ditaklukkan pada 1381. Dalam penaklukan itu, ayah Cheng Ho, Ma Hazhi, yang merupakan pejabat Dinasti Yuan ikut menjadi korban. Kekalahan di Kunyang tersebut menjadi awal munculnya kisah kepahlawanan Cheng Ho. Setelah ayahnya mati, Cheng Ho yang berusia 10 tahun dibawa ke Nanjing, dikebiri, dan menjadi kasim Pangeran Zhu Di (anak Kaisar Zhu Yuanzhang).

Setelah mengalahkan Dinasti Yuan, para jenderal muslim itu dianugerahi jabatan tinggi untuk memimpin pemerintahan di beberapa daerah. Sistem penanggalan Islam pun sangat dihormati kaisar. Bahkan, Kaisar Zhu meminta penerjemahan tarikh Islam dan buku astronomi karya para ilmuwan Islam ke bahasa Mandarin.

Selain itu, Kaisar Zhu Yuanzhang menyatakan bahwa siapa pun yang merobohkan atau menghina Masjid Jingjue sama saja dengan merobohkan atau menghina dirinya. Selanjutnya, Kaisar Zhu juga meminta seorang ulama Arab bernama Haji Amir untuk datang ke Tiongkok dan menyiarkan agama Islam. Dikenal sebagai Haji Miri dalam bahasa Mandarin, Haji Amir kemudian berkeliling ke Guangzhou, Yangzhou, Fuzhou, dan tempat-tempat lainnya di Tiongkok untuk berdakwah.

Sebagai bekal, Amir membawa semacam titah kaisar. Titah itu kemudian dibuatkannya prasasti di tiap kota. Intinya, titah tersebut menerangkan bahwa Haji Amir adalah ulama yang mendakwahkan agama Islam. Untuk itu, kaisar meminta semua pihak, baik pejabat sipil maupun militer, tidak mengganggu keberadaannya. Ataupun memandang rendah dan menghina.

Barang siapa yang tidak mematuhi titah itu sama dengan menantang kaisar. Demikianlah titah yang disampaikan kaisar pada 11 Mei tahun 5 Yong Le (1407) tersebut. Menurut Zheng Zhi Hai, titah itu memainkan peran penting untuk melindungi ulama dan masjid-masjid yang ada di Tiongkok.

CHENG HO

Pembersihan terhadap sisa-sisa pengikut Dinasti Yuan di daerah-daerah yang jauh dari ibu kota memang memakan waktu lama. Kota kelahiran Cheng Ho, Kunyang, baru berhasil ditaklukkan pada 1381. Dalam penaklukan itu, ayah Cheng Ho, Ma Hazhi, yang merupakan pejabat Dinasti Yuan ikut menjadi korban. Kekalahan di Kunyang tersebut menjadi awal munculnya kisah kepahlawanan Cheng Ho. Setelah ayahnya mati, Cheng Ho yang berusia 10 tahun dibawa ke Nanjing, dikebiri, dan menjadi kasim Pangeran Zhu Di (anak Kaisar Zhu Yuanzhang).

Setelah mengalahkan Dinasti Yuan, para jenderal muslim itu dianugerahi jabatan tinggi untuk memimpin pemerintahan di beberapa daerah. Sistem penanggalan Islam pun sangat dihormati kaisar. Bahkan, Kaisar Zhu meminta penerjemahan tarikh Islam dan buku astronomi karya para ilmuwan Islam ke bahasa Mandarin.

Selain itu, Kaisar Zhu Yuanzhang menyatakan bahwa siapa pun yang merobohkan atau menghina Masjid Jingjue sama saja dengan merobohkan atau menghina dirinya. Selanjutnya, Kaisar Zhu juga meminta seorang ulama Arab bernama Haji Amir untuk datang ke Tiongkok dan menyiarkan agama Islam. Dikenal sebagai Haji Miri dalam bahasa Mandarin, Haji Amir kemudian berkeliling ke Guangzhou, Yangzhou, Fuzhou, dan tempat-tempat lainnya di Tiongkok untuk berdakwah.

Sebagai bekal, Amir membawa semacam titah kaisar. Titah itu kemudian dibuatkannya prasasti di tiap kota. Intinya, titah tersebut menerangkan bahwa Haji Amir adalah ulama yang mendakwahkan agama Islam. Untuk itu, kaisar meminta semua pihak, baik pejabat sipil maupun militer, tidak mengganggu keberadaannya. Ataupun memandang rendah dan menghina.

Barang siapa yang tidak mematuhi titah itu sama dengan menantang kaisar. Demikianlah titah yang disampaikan kaisar pada 11 Mei tahun 5 Yong Le (1407) tersebut. Menurut Zheng Zhi Hai, titah itu memainkan peran penting untuk melindungi ulama dan masjid-masjid yang ada di Tiongkok.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/