26.7 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Hari Kedua dan Ketiga Pilih Diwakilkan

Foto: AFP PHOTO / AHMAD GHARABLI Peziarah Muslim melemparkan kerikil selama "Jamarat" ritual, rajam Setan, di Mina dekat kota suci Mekkah, pada 12 September 2016. Peziarah melempari pilar yang melambangkan setan dengan batu kerikil, pada hari ketiga haji menandai Idul Adha atau Hari Raya Kurban.
Foto: AFP PHOTO / AHMAD GHARABLI
Peziarah Muslim melemparkan kerikil selama “Jamarat” ritual, rajam Setan, di Mina dekat kota suci Mekkah, pada 12 September 2016. Peziarah melempari pilar yang melambangkan setan dengan batu kerikil, pada hari ketiga haji menandai Idul Adha atau Hari Raya Kurban.

Hari pertama melempar jumrah diwarnai banyaknya jamaah yang kelelahan. Mereka duduk dan berbaring di dalam terowongan yang menghubungkan Jamarat dengan tenda-tenda maktab di Mina. Para jamaah itu akhirnya dievakuasi menggunakan kursi roda menuju klinik kesehatan di Mina.

——————————-

FATHONI P NANDA – Makkah
——————————-

Hampir semua jamaah haji, termasuk yang sudah lanjut usia, berusaha melaksanakan lempar jumrah hari pertama. Dampaknya, banyak yang kelelahan.

Setelah menjalani wukuf di Arafah dan mabit (menginap, red) di Muzdalifah pada 9 Zulhijjah (11/9), jamaah haji memang diarahkan menuju Mina. Pada 10 Zulhijjah (12/9), jamaah melakukan prosesi lempar jumrah aqobah. Hampir semua jamaah asal Indonesia berangkat melempar jumrah setelah ashar. Itu juga sesuai dengan saran Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dengan mempertimbangkan padatnya waktu lain yang dipilih mayoritas jamaah haji dari berbagai negara.

”Semua jamaah haji ingin merasakan melempar jumrah. Mereka memilih hari pertama pada saat hanya melempar jumrah aqobah,” ujar Kepala Satop Armina PPIH Jaetul Muchlis kemarin.

Jarak terdekat antara maktab jamah haji reguler Indonesia dengan Jamarat sekitar empat kilometer. Dari lantai tiga jamarat, jarak itu ditempuh dengan jalan kaki melewati Terowongan Muaisim yang terhubung dengan lokasi tenda-tenda jamaah. Tidak ada sarana transportasi yang bisa melewati terowongan itu.

”Jamaah kita banyak yang sudah lanjut usia. Fisik mereka sudah kelelahan setelah menjalani wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah. Ditambah berjalan kaki sangat jauh untuk melempar jumrah, jadinya kelelahan,” ujar Jaetul yang kemarin mendorong jamaah lansia dengan kursi roda di sekitar jamarat.

Jamaah yang kelelahan hanya bisa menunggu pertolongan dari tim kesehatan. Karena jumlahnya tak sebanding, sebagian terpaksa harus menunggu terlalu lama. Pada hari kedua lempar jumrah kemarin (13/9), kepadatan jamaah mulai menurun. Banyak di antara jamaah yang mewakilkan prosesi itu ke suami, istri, rekan atau ketua rombongan. ”Saya kira besok juga sudah tidak sepadat hari pertama. Jamaah lansia sudah merasakan lelahnya berjalan pulang pergi dari maktab di Mina ke Jamarat, dan akhirya memutuskan untuk mewakilkan prosesi itu,” ujarnya.

Foto: AFP PHOTO / AHMAD GHARABLI Peziarah Muslim melemparkan kerikil selama "Jamarat" ritual, rajam Setan, di Mina dekat kota suci Mekkah, pada 12 September 2016. Peziarah melempari pilar yang melambangkan setan dengan batu kerikil, pada hari ketiga haji menandai Idul Adha atau Hari Raya Kurban.
Foto: AFP PHOTO / AHMAD GHARABLI
Peziarah Muslim melemparkan kerikil selama “Jamarat” ritual, rajam Setan, di Mina dekat kota suci Mekkah, pada 12 September 2016. Peziarah melempari pilar yang melambangkan setan dengan batu kerikil, pada hari ketiga haji menandai Idul Adha atau Hari Raya Kurban.

Hari pertama melempar jumrah diwarnai banyaknya jamaah yang kelelahan. Mereka duduk dan berbaring di dalam terowongan yang menghubungkan Jamarat dengan tenda-tenda maktab di Mina. Para jamaah itu akhirnya dievakuasi menggunakan kursi roda menuju klinik kesehatan di Mina.

——————————-

FATHONI P NANDA – Makkah
——————————-

Hampir semua jamaah haji, termasuk yang sudah lanjut usia, berusaha melaksanakan lempar jumrah hari pertama. Dampaknya, banyak yang kelelahan.

Setelah menjalani wukuf di Arafah dan mabit (menginap, red) di Muzdalifah pada 9 Zulhijjah (11/9), jamaah haji memang diarahkan menuju Mina. Pada 10 Zulhijjah (12/9), jamaah melakukan prosesi lempar jumrah aqobah. Hampir semua jamaah asal Indonesia berangkat melempar jumrah setelah ashar. Itu juga sesuai dengan saran Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dengan mempertimbangkan padatnya waktu lain yang dipilih mayoritas jamaah haji dari berbagai negara.

”Semua jamaah haji ingin merasakan melempar jumrah. Mereka memilih hari pertama pada saat hanya melempar jumrah aqobah,” ujar Kepala Satop Armina PPIH Jaetul Muchlis kemarin.

Jarak terdekat antara maktab jamah haji reguler Indonesia dengan Jamarat sekitar empat kilometer. Dari lantai tiga jamarat, jarak itu ditempuh dengan jalan kaki melewati Terowongan Muaisim yang terhubung dengan lokasi tenda-tenda jamaah. Tidak ada sarana transportasi yang bisa melewati terowongan itu.

”Jamaah kita banyak yang sudah lanjut usia. Fisik mereka sudah kelelahan setelah menjalani wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah. Ditambah berjalan kaki sangat jauh untuk melempar jumrah, jadinya kelelahan,” ujar Jaetul yang kemarin mendorong jamaah lansia dengan kursi roda di sekitar jamarat.

Jamaah yang kelelahan hanya bisa menunggu pertolongan dari tim kesehatan. Karena jumlahnya tak sebanding, sebagian terpaksa harus menunggu terlalu lama. Pada hari kedua lempar jumrah kemarin (13/9), kepadatan jamaah mulai menurun. Banyak di antara jamaah yang mewakilkan prosesi itu ke suami, istri, rekan atau ketua rombongan. ”Saya kira besok juga sudah tidak sepadat hari pertama. Jamaah lansia sudah merasakan lelahnya berjalan pulang pergi dari maktab di Mina ke Jamarat, dan akhirya memutuskan untuk mewakilkan prosesi itu,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/