27.8 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Dukung Industri Pariwisata: Mulai Penenun, Homestay, hingga Even Wisata

Tak lupa, bank yang didirikan Margono Djojohadikusumo juga menggagas dan mengelola perkampungan wisata. Seperti Kampung BNI di Borobudur Jawa Tengah. Di sana, BNI membantu para penggiat wisata dalam bentuk kredit kemitraan pada perajin, pemilik homestay, dan pedagang hasil bumi. “BNI juga terlibat dalam capacity building pengembangan wisata Candi Borobudur, dan penerbitan kartu kredit serta pemberian kredit,” sebutnya.

Di Padang, bank yang menjadi penerbit dan pengelola pertama mata uang RI ini juga telah mendirikan sebuah tugu yang terkenal dan menjadi objek selfie dan wefie pengunjung. Yaitu Tugu IORA di Pantai Padang yang begitu identik dengan pengunjung. “Nah, di Sumatera banyak program yang dapat dikembangkan,” katanya.

Jani memastikan, program e-commerce dapat digunakan untuk para pengelola pariwisata. Seperti yang dilakukan pada banyuwangi-mall.com; situs online pertama Indonesia yang mengkhususkan pada pemasaran produk-produk spesifik daerah dalam upaya mendukung sektor pariwisata dan perkembangan UMKM.

“Selain itu, bermacam kredit yang bisa digunakan untuk mendukung pariwisata adalah dengan bunga 9,00 persen per tahun. Bahkan, dengan maksimal Rp500 juta melalui BNI KUR, kredit usaha rakyat, cepat mudah hingga lima tahun,” kata Jani promo programnya.

Para pelaku usaha wisata juga bisa mendapatkan pembiayaan sarana prasarana pariwisata seperti travel agent, transportasi, restoran, fasilitas rekreasi, entertainment dan hiburan, homestay, objek wisata, souvenir, handicraft dan shopping center. Melayani kredit pendukung pariwisata segmen kecil maksimal Rp100 juta, KUR Rp500 juta, BNI Wira Usaha Rp1 miliar, dan BCM Rp15 miliar. “Segmen menengah-sentra kredit menengah maksimal Rp15-300 miliar dan segmen korporasi lebih dari Rp300 miliar,” katanya.

Jani menegaskan, upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan sektor pariwisata juga telah dipelajari dan disimpulkan BNI. Karena itu lahirlah rekomendasi partnership antara pemerintah, pelaku usaha wisata, perbankan dan masyarakat lokal. Selanjutnya peningkatan kesadaran dan sikap masyarakat dalam melayani wisatawan. “Juga peningkatan akses, infrastruktur dan branding destinasi wisata sert percepatan investasi,” sebutnya.

Jani menyebut, investasi di bidang wisata adalah satu keharusan. Karena gambaran industri pariwista, adalah sektor andalan pemerintah untuk meraih devisa. Memiliki angka yang fantastis, pad 2014 mencapai USD 11.166,13 juta, berada pada posisi ke-4 di bawah migas 30.318,80, batubara (20.819,30) dan kelapa sawit (17.464,90).

“Pariwisata adalah bisnis yang menjanjikan, saat sektor migas terhempas saat ini. Karena itu, di mana saya mengabdi, di situ saya berbuat. Berbuat maksimal untuk fokus mendukung kegiatan pariwisata. Karena akan ada multiplier effect atau dampak positifnya,” kata Jani yang berharap, media se-Sumatera mendorong menjual pariwisata dan terus menggugah dengan kondisi apapun agar bergerak memajukan pariwisata. (***)

Tak lupa, bank yang didirikan Margono Djojohadikusumo juga menggagas dan mengelola perkampungan wisata. Seperti Kampung BNI di Borobudur Jawa Tengah. Di sana, BNI membantu para penggiat wisata dalam bentuk kredit kemitraan pada perajin, pemilik homestay, dan pedagang hasil bumi. “BNI juga terlibat dalam capacity building pengembangan wisata Candi Borobudur, dan penerbitan kartu kredit serta pemberian kredit,” sebutnya.

Di Padang, bank yang menjadi penerbit dan pengelola pertama mata uang RI ini juga telah mendirikan sebuah tugu yang terkenal dan menjadi objek selfie dan wefie pengunjung. Yaitu Tugu IORA di Pantai Padang yang begitu identik dengan pengunjung. “Nah, di Sumatera banyak program yang dapat dikembangkan,” katanya.

Jani memastikan, program e-commerce dapat digunakan untuk para pengelola pariwisata. Seperti yang dilakukan pada banyuwangi-mall.com; situs online pertama Indonesia yang mengkhususkan pada pemasaran produk-produk spesifik daerah dalam upaya mendukung sektor pariwisata dan perkembangan UMKM.

“Selain itu, bermacam kredit yang bisa digunakan untuk mendukung pariwisata adalah dengan bunga 9,00 persen per tahun. Bahkan, dengan maksimal Rp500 juta melalui BNI KUR, kredit usaha rakyat, cepat mudah hingga lima tahun,” kata Jani promo programnya.

Para pelaku usaha wisata juga bisa mendapatkan pembiayaan sarana prasarana pariwisata seperti travel agent, transportasi, restoran, fasilitas rekreasi, entertainment dan hiburan, homestay, objek wisata, souvenir, handicraft dan shopping center. Melayani kredit pendukung pariwisata segmen kecil maksimal Rp100 juta, KUR Rp500 juta, BNI Wira Usaha Rp1 miliar, dan BCM Rp15 miliar. “Segmen menengah-sentra kredit menengah maksimal Rp15-300 miliar dan segmen korporasi lebih dari Rp300 miliar,” katanya.

Jani menegaskan, upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan sektor pariwisata juga telah dipelajari dan disimpulkan BNI. Karena itu lahirlah rekomendasi partnership antara pemerintah, pelaku usaha wisata, perbankan dan masyarakat lokal. Selanjutnya peningkatan kesadaran dan sikap masyarakat dalam melayani wisatawan. “Juga peningkatan akses, infrastruktur dan branding destinasi wisata sert percepatan investasi,” sebutnya.

Jani menyebut, investasi di bidang wisata adalah satu keharusan. Karena gambaran industri pariwista, adalah sektor andalan pemerintah untuk meraih devisa. Memiliki angka yang fantastis, pad 2014 mencapai USD 11.166,13 juta, berada pada posisi ke-4 di bawah migas 30.318,80, batubara (20.819,30) dan kelapa sawit (17.464,90).

“Pariwisata adalah bisnis yang menjanjikan, saat sektor migas terhempas saat ini. Karena itu, di mana saya mengabdi, di situ saya berbuat. Berbuat maksimal untuk fokus mendukung kegiatan pariwisata. Karena akan ada multiplier effect atau dampak positifnya,” kata Jani yang berharap, media se-Sumatera mendorong menjual pariwisata dan terus menggugah dengan kondisi apapun agar bergerak memajukan pariwisata. (***)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/