27.8 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Tiba-tiba Air dan Bebatuan Menghantam… Semua Panik

Foto: Prans/Sumut Pos Novita Sinaga, rombongan RSU Adam Malik yang selamat dari banjir bandang yang menghantam pengunjung air terjun Dua Warna, di Sibolangit, tengah dirawat di RS, Senin (16/5/2016).
Foto: Prans/Sumut Pos
Novita Sinaga, rombongan RSU Adam Malik yang selamat dari banjir bandang yang menghantam pengunjung air terjun Dua Warna, di Sibolangit, tengah dirawat di RS, Senin (16/5/2016).

SIBOLANGIT, SUMUTPOS.CO – Peristiwa banjir bandang di Air Terjun 2 Warna tak akan pernah terlupa Novita Sinaga (22). Warga Sei Mencirim, Medan Sunggal ini mengaku merinding setelah melihat sesosok mayat wanita cantik mengambang usai air surut.

Novita adalah satu satu dari korban yang selamat dari hantaman air bah. Petugas kebersihan RS Adam Malik itu mengaku selamat setelah memanjat sebuah bukit dan berpegangan pada sebuah pohon di Air Terjun 2 Warna.

“Tadinya kami 15 sama kawan-kawan mau rekreasi di Air Terjun 2 Warna. Tapi malah berbuah bencana. Memang tadinya ada seorang warga, laki-laki berumur setengah baya sempat mengingatkan sam rombongan supaya segera pergi meninggalkan lokasi. Karena cuaca sedang buruk,” kata Novi saat menjalani perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Haji Adam Malik Medan.

“Disitulah tiba-tiba air besar datang dari atas air terjun waktu kami makan siang,” tambahnya
Dalam kondisi tangan kiri masih terpasang jarum infus Novita melanjutkan ceritanya. Saat itu, waktu jarum jam menunjukkan pukul 13.00 WIB. Kondisi cuaca buruk. Hujan gerimis.

Novita bersama rombongan yang berjumlah 15 orang (seluruhnya karyawan RSUP Adam Malik) bergabung dengan bersama kelompok mahasiswa dan pengunjung lainnya.

Tiba-tiba, beberapa orang dari rombongan Novita berteriak agar mereka seger naik ke atas bagian tanah yang lebih tinggi. “Waktu itu air datang lebih cepat dari perkiraan. Sehingga menerjang lalu menggulung seluruh pengunjung dan mahasiswa yang sedang menikmati keindahan air. Saat itulah  kami seluruh rombongan sebanyak 15 orang berlari ke sebelah kiri dari areal pemandian ke lokasi  lebih tinggi,” tutur Novita.

“Waktu berlari, aku sempat terjatuh dan terseret air hingga mengalami cedera. Tapi, Tuhan masih berkehendak lain. Aku selamat, kalau temanku nggak tahu bagaimana kabarnya,” tambah wanita yang akrab disapa Novi.

Saat itu, banyak orang terseret arus air keruh kekuningan bercampur ranting pohon hilang di dalam gelombang air.

“Setelah air surut aku melihat satu sosok mayat wanita dengan kondisi sangat menyedihkan. Sedangkan pakaian dan jilbab milik pengunjung yang terseret air berserakan disana sini,”  ungkap Novita dengan raut wajah ketakutan.

Setelah itu, tiga orang rekan Novita keluar dari lokasi. Meraka pergi turun ke pemukiman warga sekitar guna  mencari pertolongan.

Beberapa jam kemudian, tiga pria dewasa warga kampung sekitar memandu para korban yang selamat keluar dari lokasi hutan. Jarak dari hutan ke perkemahan Sibolangit hanya beberapa meter.

Namun, di tengah perjalanan mereka bertemu tiga korban tersangkut di jurang yang dalam. Tetapi mereka hanya mampu memberikan pertolongan kepada satu orang saja.

Selanjutnya, satu dari dua orang lainnya berhasil menyelamatkan diri setelah memanjat tebing selama tiga jam. “Orang itu kemudian berjalan kaki sendiri ke tempat evakuasi,” papar Novita.

Saat tiba di lokasi evakuasi, kemudian korban dirawat di Puskemas Sibolangit. Kemudian bermalam dan siang harinya dievakuasi menuju RSUP H Adam Malik Medan.

“Lima belas karyawan Adam Malik yang ikut rekreasi ke air terjun dua warna selamat dari musibah dan hanya satu mengalami luka luka,” sebut Novita.

Di RS Bhayangkara, isak tangis tak terbendungkan saat satu persatu jenazah korban banjir bandang dimasukan dalam kamar jenazah RS Bhayangkara Medan. Suasana haru tampak di depan kamar jenazah RS Bhayangkara Medan. “Anak ku, anak ku itu. Kok bisa beginilah kau,” teriak seorang wanita di depan kamar jenazah Rumah sakit milik Polri itu.

Tak kuasa melihat sang ibu menangis, kerabat keluarga membawa wanita lajut usia itu ke dalam rumah sakit yang berada di Jalan Wahid Hasyim Medan. Untuk memastikan itu, jenazah yang dimaksud petugas kepolisian mengarah pihak keluarga untuk menghubungi posko Ante Mortem di RS Bhayangkara Medan.

Untuk di posko Ante Mortem, petugas kedokteran mengatakan sudah 20 data yang diterima dari 22 korban yang dinyatakan tewas dalam bencana alam tersebut. “Sudah 20 data yang kami terima sampai maghrib (kemarin petang, Red),” kata seorang dokter coast, Monica.

Sebanyak 14 jenazah sudah tiba di RS Bhayangkara Medan. Tapi, untuk 7 jenazah yang tiba terakhir tidak diidentifikasi hari ini, sehubungan dengan telah dihentikannya identifikasi oleh pihak RS Bhayangkara Medan, Senin (16/5).

Foto: Prans/Sumut Pos Novita Sinaga, rombongan RSU Adam Malik yang selamat dari banjir bandang yang menghantam pengunjung air terjun Dua Warna, di Sibolangit, tengah dirawat di RS, Senin (16/5/2016).
Foto: Prans/Sumut Pos
Novita Sinaga, rombongan RSU Adam Malik yang selamat dari banjir bandang yang menghantam pengunjung air terjun Dua Warna, di Sibolangit, tengah dirawat di RS, Senin (16/5/2016).

SIBOLANGIT, SUMUTPOS.CO – Peristiwa banjir bandang di Air Terjun 2 Warna tak akan pernah terlupa Novita Sinaga (22). Warga Sei Mencirim, Medan Sunggal ini mengaku merinding setelah melihat sesosok mayat wanita cantik mengambang usai air surut.

Novita adalah satu satu dari korban yang selamat dari hantaman air bah. Petugas kebersihan RS Adam Malik itu mengaku selamat setelah memanjat sebuah bukit dan berpegangan pada sebuah pohon di Air Terjun 2 Warna.

“Tadinya kami 15 sama kawan-kawan mau rekreasi di Air Terjun 2 Warna. Tapi malah berbuah bencana. Memang tadinya ada seorang warga, laki-laki berumur setengah baya sempat mengingatkan sam rombongan supaya segera pergi meninggalkan lokasi. Karena cuaca sedang buruk,” kata Novi saat menjalani perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Haji Adam Malik Medan.

“Disitulah tiba-tiba air besar datang dari atas air terjun waktu kami makan siang,” tambahnya
Dalam kondisi tangan kiri masih terpasang jarum infus Novita melanjutkan ceritanya. Saat itu, waktu jarum jam menunjukkan pukul 13.00 WIB. Kondisi cuaca buruk. Hujan gerimis.

Novita bersama rombongan yang berjumlah 15 orang (seluruhnya karyawan RSUP Adam Malik) bergabung dengan bersama kelompok mahasiswa dan pengunjung lainnya.

Tiba-tiba, beberapa orang dari rombongan Novita berteriak agar mereka seger naik ke atas bagian tanah yang lebih tinggi. “Waktu itu air datang lebih cepat dari perkiraan. Sehingga menerjang lalu menggulung seluruh pengunjung dan mahasiswa yang sedang menikmati keindahan air. Saat itulah  kami seluruh rombongan sebanyak 15 orang berlari ke sebelah kiri dari areal pemandian ke lokasi  lebih tinggi,” tutur Novita.

“Waktu berlari, aku sempat terjatuh dan terseret air hingga mengalami cedera. Tapi, Tuhan masih berkehendak lain. Aku selamat, kalau temanku nggak tahu bagaimana kabarnya,” tambah wanita yang akrab disapa Novi.

Saat itu, banyak orang terseret arus air keruh kekuningan bercampur ranting pohon hilang di dalam gelombang air.

“Setelah air surut aku melihat satu sosok mayat wanita dengan kondisi sangat menyedihkan. Sedangkan pakaian dan jilbab milik pengunjung yang terseret air berserakan disana sini,”  ungkap Novita dengan raut wajah ketakutan.

Setelah itu, tiga orang rekan Novita keluar dari lokasi. Meraka pergi turun ke pemukiman warga sekitar guna  mencari pertolongan.

Beberapa jam kemudian, tiga pria dewasa warga kampung sekitar memandu para korban yang selamat keluar dari lokasi hutan. Jarak dari hutan ke perkemahan Sibolangit hanya beberapa meter.

Namun, di tengah perjalanan mereka bertemu tiga korban tersangkut di jurang yang dalam. Tetapi mereka hanya mampu memberikan pertolongan kepada satu orang saja.

Selanjutnya, satu dari dua orang lainnya berhasil menyelamatkan diri setelah memanjat tebing selama tiga jam. “Orang itu kemudian berjalan kaki sendiri ke tempat evakuasi,” papar Novita.

Saat tiba di lokasi evakuasi, kemudian korban dirawat di Puskemas Sibolangit. Kemudian bermalam dan siang harinya dievakuasi menuju RSUP H Adam Malik Medan.

“Lima belas karyawan Adam Malik yang ikut rekreasi ke air terjun dua warna selamat dari musibah dan hanya satu mengalami luka luka,” sebut Novita.

Di RS Bhayangkara, isak tangis tak terbendungkan saat satu persatu jenazah korban banjir bandang dimasukan dalam kamar jenazah RS Bhayangkara Medan. Suasana haru tampak di depan kamar jenazah RS Bhayangkara Medan. “Anak ku, anak ku itu. Kok bisa beginilah kau,” teriak seorang wanita di depan kamar jenazah Rumah sakit milik Polri itu.

Tak kuasa melihat sang ibu menangis, kerabat keluarga membawa wanita lajut usia itu ke dalam rumah sakit yang berada di Jalan Wahid Hasyim Medan. Untuk memastikan itu, jenazah yang dimaksud petugas kepolisian mengarah pihak keluarga untuk menghubungi posko Ante Mortem di RS Bhayangkara Medan.

Untuk di posko Ante Mortem, petugas kedokteran mengatakan sudah 20 data yang diterima dari 22 korban yang dinyatakan tewas dalam bencana alam tersebut. “Sudah 20 data yang kami terima sampai maghrib (kemarin petang, Red),” kata seorang dokter coast, Monica.

Sebanyak 14 jenazah sudah tiba di RS Bhayangkara Medan. Tapi, untuk 7 jenazah yang tiba terakhir tidak diidentifikasi hari ini, sehubungan dengan telah dihentikannya identifikasi oleh pihak RS Bhayangkara Medan, Senin (16/5).

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/