31.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Harga Sayur Mayur Kembali Naik

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Aktivitas warga dan pedagang sayur mayur di pusat pasar Medan.
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Aktivitas warga dan pedagang sayur mayur di pusat pasar Medan.

 

MEDAN- Gunung Sinabung di Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut), kembali meletus pada Selasa (15/10) dini hari membuat pasokan sayur di pasar tradisional Medan menurun. Akibatnya, harga pun melambung. Padahal, hingga saat ini harga sayuran di pasar belum lagi normal akibat letusan yang terjadi sekitar sebulan lalu.

Pantauan Sumut Pos di Pusat Pasar Sambu Medan, Rabu (16/10), bahwa beberapa pedagang mengeluhkan situasi ini. Mereka khawatir kalau harga komoditas sayuran semakin tinggi, sebab pasokan dan harga saat ini saja belum lagi stabil akibat letusan sebulan lalu. Khususnya cabe merah yang bertahan mahal di level Rp40 ribu perkilo serta sayuran lain seperti sawi putih dan wortel.

Rita, seorang pedagang saat ditemui Rabu (16/10) mengatakan kenaikan harga sayur bervariasi. Ada sayur yang harga sebelumnya sudah naik tambah naik, dan pula yang harganya sudah kembali normal menjadi naik kembali. Seperti kacang panjang, kemarin harganya sudah kembali normal di level Rp6 ribu per kilo, kini naik kembali menjadi Rp8 ribu per kilo. Sementara harga wortel yang sudah naik sejak letusan terdahulu, kini mengalami kenaikan lagi.

“Sebelum terjadi letusan bulan lalu, harga wortel normalnya Rp3 ribu per kilo, setelah letusan September lalu menjadi Rp5 ribu hingga Rp7 ribu perkilo. Harga ini masih bertahan hingga kemarin, dan kini terjadi letusan lagi, harga malah naik lagi menjadi Rp9 ribu perkilo,”jelasnya.

Dikatakan Rita, harga kenaikan yang bertubi-tubi ini juga terjadi pada sejumlah komoditas horti lain seperti sawi putih, cabe merah, kentang dan gambas. Menurut Rita, kenaikan harga akibat pasokan minim akibat terganggunya distribusi dari centra produksi ke Medan.

Senada, R Hutabarat membenarkan jika pasokan sayur untuk hari ini memang minim. Dikatakannya, selain akibat letusan yang baru terjadi, juga diakibatkan curah hujan yang tidak menentu sehingga berpengaruh pada pasokan dari centra produksi lain seperti Langkat, Deliserdang dan lainnya. Hutabarat mengatakan, kenaikan sayuran tersebut berdampak pada penjualan. Biasanya dia mampu menjual 50 kilogram cabe per hari, kini hanya terjual sepertiganya saja dalam sehari.

“Bukan hanya cabe yang mengalami penurunan daya beli saat harganya bertahan mahal, tetapi juga pada sayuran lain. Kalau dihitung penurunan daya beli pada sayuran sekitar 50 persen dari normalnya,”jelasnya.

Diharapkan Hutabarat pemerintah harusnya peduli terhadap situasi seperti ini, seperti membantu untuk pelancaran distribusi atau membantu memperbaiki tanaman para petani di centra produksi. Hal ini supaya terjadi keseimbangan antara produksi dan kebutuhan. (mag-9)

 

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Aktivitas warga dan pedagang sayur mayur di pusat pasar Medan.
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Aktivitas warga dan pedagang sayur mayur di pusat pasar Medan.

 

MEDAN- Gunung Sinabung di Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut), kembali meletus pada Selasa (15/10) dini hari membuat pasokan sayur di pasar tradisional Medan menurun. Akibatnya, harga pun melambung. Padahal, hingga saat ini harga sayuran di pasar belum lagi normal akibat letusan yang terjadi sekitar sebulan lalu.

Pantauan Sumut Pos di Pusat Pasar Sambu Medan, Rabu (16/10), bahwa beberapa pedagang mengeluhkan situasi ini. Mereka khawatir kalau harga komoditas sayuran semakin tinggi, sebab pasokan dan harga saat ini saja belum lagi stabil akibat letusan sebulan lalu. Khususnya cabe merah yang bertahan mahal di level Rp40 ribu perkilo serta sayuran lain seperti sawi putih dan wortel.

Rita, seorang pedagang saat ditemui Rabu (16/10) mengatakan kenaikan harga sayur bervariasi. Ada sayur yang harga sebelumnya sudah naik tambah naik, dan pula yang harganya sudah kembali normal menjadi naik kembali. Seperti kacang panjang, kemarin harganya sudah kembali normal di level Rp6 ribu per kilo, kini naik kembali menjadi Rp8 ribu per kilo. Sementara harga wortel yang sudah naik sejak letusan terdahulu, kini mengalami kenaikan lagi.

“Sebelum terjadi letusan bulan lalu, harga wortel normalnya Rp3 ribu per kilo, setelah letusan September lalu menjadi Rp5 ribu hingga Rp7 ribu perkilo. Harga ini masih bertahan hingga kemarin, dan kini terjadi letusan lagi, harga malah naik lagi menjadi Rp9 ribu perkilo,”jelasnya.

Dikatakan Rita, harga kenaikan yang bertubi-tubi ini juga terjadi pada sejumlah komoditas horti lain seperti sawi putih, cabe merah, kentang dan gambas. Menurut Rita, kenaikan harga akibat pasokan minim akibat terganggunya distribusi dari centra produksi ke Medan.

Senada, R Hutabarat membenarkan jika pasokan sayur untuk hari ini memang minim. Dikatakannya, selain akibat letusan yang baru terjadi, juga diakibatkan curah hujan yang tidak menentu sehingga berpengaruh pada pasokan dari centra produksi lain seperti Langkat, Deliserdang dan lainnya. Hutabarat mengatakan, kenaikan sayuran tersebut berdampak pada penjualan. Biasanya dia mampu menjual 50 kilogram cabe per hari, kini hanya terjual sepertiganya saja dalam sehari.

“Bukan hanya cabe yang mengalami penurunan daya beli saat harganya bertahan mahal, tetapi juga pada sayuran lain. Kalau dihitung penurunan daya beli pada sayuran sekitar 50 persen dari normalnya,”jelasnya.

Diharapkan Hutabarat pemerintah harusnya peduli terhadap situasi seperti ini, seperti membantu untuk pelancaran distribusi atau membantu memperbaiki tanaman para petani di centra produksi. Hal ini supaya terjadi keseimbangan antara produksi dan kebutuhan. (mag-9)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/