32.8 C
Medan
Tuesday, April 30, 2024

Hutaginjang & Taman Sipinsur Masuk Titik Geosite

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_
Luasnya danau toba di lihat dari puncak Hutaginjang Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Selasa (22/3)

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) tak ingin Danau Toba gagal lagi diakui UNESCO. Karenanya, Wakil Gubernur Sumut (Wagubsu) Hj Nurhajizah Marpaung terus berupaya menyatukan persepsi bersama seluruh pemerintah kabupaten se-kawasan Danau Toba, agar kesiapan menuju taman bumi (Geopark) benar-benar dilakukan bersama. Sehingga dalam beberapa bulan ke depan, semua faktor pendukung bisa disiapkan.

Kamis (17/5), Wagubsu Nurhajizah Marpaung bersama Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman Safri Burhanuddin, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Sabrina, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Wan Hidayati serta sejumlah pejabat lainnya melakukan simulasi persiapan Geopark Kaldera Toba (GKT) menjadi taman bumi yang diakui dunia. Mereka mengunjungi beberapa lokasi di kawasan Danau Toba yang menjadi lokasi penilaian Tim Assesor dari UNESCO.

“Ini memang masih simulasi, tetapi apapun ceritanya kita harus siap. Memang masih banyak yang belum selesai. Maka kami mohon disiapkan segala sesuatunya. Karena kita memang harus terus sinergi antara pusat dan daerah, tidak bisa hanya satu saja,” ujar Nurhajizah.

Dia juga menekankan pentingnya sosialisasi kepada generasi muda tentang pemahaman terhadap Geopark. Namun hal itu dapat dilakukan melalui ibu. Sehingga ketika ditanya soal Geopark, diharapkan masyarakat memahami serta dapat menjelaskan.

Sementara Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup, Sabrina memberikan masukan, agar panel (papan) informasi yang tersedia di titik-titik geosite dibuat dengan kalimat sederhana dan menampilkan bahasa yang mudah dimengerti. Karena tidak semua yang datang memahami istilah yang ilmiah. “Kecuali memang tidak ada bahasa lain yang bisa mewakili satu nama ilmiah,” sebutnya.

Beberapa titik geosite yang menjadi contoh kunjungan tersebut di antaranya Hutaginjang (Taput), Taman Sipinsur (Humbahas), Museum TB Silalahi dan Onan (Pasar) Balige (Tobasa). Seluruhnya merupakan bagian bukti kekayaan yang dimiliki Geopark Kaldera Toba, baik dari segi geologi, sejarah dan budaya serta faktor pendukung lainnya.

Karena itu, Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kemenko Kemaritiman Safri Burhanuddin menekankan pentingnya mengetahui secara umum, apa sebenarnya Geopark serta bagaimana menyiapkan diri agar mendapat pengakuan dari UNESCO. Mengingat pada beberapa tahun lalu, GKT belum diakui kalangan internasional, karena beberapa hal seperti ketidakselarasan antara pemerintah kabupaten se-kawasan.

“Bayangkan saja kalau Gunung Tambora itu, letusannya (1815) mampu merubah iklim di Indonesia. Gunung Toba yang meletus 74ribu tahun lalu, seratus kali lipat dahsyatnya dari Tambora. Inilah yang kita lihat sekarang ini,” sebutnya.

Safri pun menegaskan bahwa satu poin penting dari penilaian oleh UNESCO adalah kebersihan. Faktor tersebut menjadi satu keharusan dan mutlak harus dijaga oleh seluruh masyarakat.

Menyambut kedatangan rombongan, Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor mengatakan pihaknya mendukung upaya tersebut. Meskipun diakuinya masih ada beberapa yang perlu dibenahi, namun jajarannya terus berusaha membenahi kawasan tersebut. (bal)

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_
Luasnya danau toba di lihat dari puncak Hutaginjang Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Selasa (22/3)

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) tak ingin Danau Toba gagal lagi diakui UNESCO. Karenanya, Wakil Gubernur Sumut (Wagubsu) Hj Nurhajizah Marpaung terus berupaya menyatukan persepsi bersama seluruh pemerintah kabupaten se-kawasan Danau Toba, agar kesiapan menuju taman bumi (Geopark) benar-benar dilakukan bersama. Sehingga dalam beberapa bulan ke depan, semua faktor pendukung bisa disiapkan.

Kamis (17/5), Wagubsu Nurhajizah Marpaung bersama Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman Safri Burhanuddin, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Sabrina, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Wan Hidayati serta sejumlah pejabat lainnya melakukan simulasi persiapan Geopark Kaldera Toba (GKT) menjadi taman bumi yang diakui dunia. Mereka mengunjungi beberapa lokasi di kawasan Danau Toba yang menjadi lokasi penilaian Tim Assesor dari UNESCO.

“Ini memang masih simulasi, tetapi apapun ceritanya kita harus siap. Memang masih banyak yang belum selesai. Maka kami mohon disiapkan segala sesuatunya. Karena kita memang harus terus sinergi antara pusat dan daerah, tidak bisa hanya satu saja,” ujar Nurhajizah.

Dia juga menekankan pentingnya sosialisasi kepada generasi muda tentang pemahaman terhadap Geopark. Namun hal itu dapat dilakukan melalui ibu. Sehingga ketika ditanya soal Geopark, diharapkan masyarakat memahami serta dapat menjelaskan.

Sementara Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup, Sabrina memberikan masukan, agar panel (papan) informasi yang tersedia di titik-titik geosite dibuat dengan kalimat sederhana dan menampilkan bahasa yang mudah dimengerti. Karena tidak semua yang datang memahami istilah yang ilmiah. “Kecuali memang tidak ada bahasa lain yang bisa mewakili satu nama ilmiah,” sebutnya.

Beberapa titik geosite yang menjadi contoh kunjungan tersebut di antaranya Hutaginjang (Taput), Taman Sipinsur (Humbahas), Museum TB Silalahi dan Onan (Pasar) Balige (Tobasa). Seluruhnya merupakan bagian bukti kekayaan yang dimiliki Geopark Kaldera Toba, baik dari segi geologi, sejarah dan budaya serta faktor pendukung lainnya.

Karena itu, Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kemenko Kemaritiman Safri Burhanuddin menekankan pentingnya mengetahui secara umum, apa sebenarnya Geopark serta bagaimana menyiapkan diri agar mendapat pengakuan dari UNESCO. Mengingat pada beberapa tahun lalu, GKT belum diakui kalangan internasional, karena beberapa hal seperti ketidakselarasan antara pemerintah kabupaten se-kawasan.

“Bayangkan saja kalau Gunung Tambora itu, letusannya (1815) mampu merubah iklim di Indonesia. Gunung Toba yang meletus 74ribu tahun lalu, seratus kali lipat dahsyatnya dari Tambora. Inilah yang kita lihat sekarang ini,” sebutnya.

Safri pun menegaskan bahwa satu poin penting dari penilaian oleh UNESCO adalah kebersihan. Faktor tersebut menjadi satu keharusan dan mutlak harus dijaga oleh seluruh masyarakat.

Menyambut kedatangan rombongan, Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor mengatakan pihaknya mendukung upaya tersebut. Meskipun diakuinya masih ada beberapa yang perlu dibenahi, namun jajarannya terus berusaha membenahi kawasan tersebut. (bal)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/