25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Cermin Bening Pengusaha Berhati Mulia

Bapak juga banyak menyumbang kampus ya?

Bagi saya pribadi pendidikan itu sangat penting. Saya donasi pembangunan gedung untuk sejumlah kampus. Ada USU, Unimed, dan terakhir UIN (Universitas Islam Negeri, Red). Nama saya diabadikan untuk gedung yang saya sumbangkan.Bagi saya kehormatan besar ikut membantu dunia pendidikan di Sumatera Utara.

 

Kenapa tak bangun universitas sendiri?

Ha…ha…ha…Saya kan bukan orang kampus. Memang banyak sekali yang menawarkan. Saya tolak secara halus karena bukan bidang yang saya kuasai. Cukup menyumbang saja. Indonesia ini bisa maju kalau anak-anaknya sekolah, pintar-pintar. Banyakanak sebetulnya yang pintar, tapi nggak bisa sekolah karena kesempatan terbatas.

 

Bisa cerita sedikit soal Yayasan H Anif?

Oh ya, saya mendirikan Yayasan H Anif untuk membantu kemaslahatan umat. Yayasan ini bergerak dalam kegiatan sosial untuk masyarakat, kegiatan-kegiatan keagamaan, dan pembangunan rumah ibadah.

 

Dalam buku itu ada transfer ilmu kepada para wirausahawan muda agar bisa seperti Bapak kelak?

Ada tentunya. Saya sampaikan harus ada mimpi yang besar, tekad yang kuat, kerja keras, dan jujur. Itu kombinasi modal yang luar biasa, dan harus dilatih.Contoh kecilnya, wajah kita disukai orang saja sudah berkah, tinggal perilaku kita dalam bergaul. Bagaimana saya dapat proyek pembangunan gedung SMAN 2 yang dipindahkan dari Jalan Serdang, dari Surya Paloh.Saya membantu pembebasan lahan yang sekarang jadi Uniland, gedung JICA, Thamrin Plaza. Saya menjaga kepercayaan orang. Bayangkan dari miskin, tak punya rumah, tapi syukur Alhamdulillah, saya bisa beli rumah di Jalan Ahmad Rivai. Selain kerja keras dan jujur, juga menjaga kepercayaan orang. Semua saya jabarkan dalam buku itu.

 

Sejauh mana sifat sosial menjadi faktor keberhasilan bisnis Bapak?

Saya selalu bilang kepada anak-anak, masyarakat sekitar haruslah dirangkul. Kalau yang cakap bisa diangkat jadi pimpinan. Memang tak semua baik, tapi kan bisa diarahkan. Ada lagi yang lain. Contohnya program plasma di perkebunan.Di beberapa lokasi kebun ada yang menolak 70 persen, 80 persen, ada yang sampai 95 persen. Saya berikan pengertian ke masyarakat kalau kewajiban saya sesuai peraturan pemerintah itu cuma 2 hektare. Saya tak ikut pemerintah, saya kasih 3 hektare. Hitungan saya, dengan plasma 3 hektare itu mereka bisa dapat Rp7 juta-Rp10 juta sebulan. Mereka sudah mampu sekolahkan anak mereka sampai ke universitas.Jangan sampai anak-cucu saya hidup berkecukupan, tapi masyarakat di sekitar perkebunan miskin dan susah makan. Saya bilang itu berbahaya. Soal plasma 3 hektare itu sempat dituliskan sebuah majalah pertanian sebagai yang pertama di Indonesia. Saya nggak tahu sekarang.

Bapak juga banyak menyumbang kampus ya?

Bagi saya pribadi pendidikan itu sangat penting. Saya donasi pembangunan gedung untuk sejumlah kampus. Ada USU, Unimed, dan terakhir UIN (Universitas Islam Negeri, Red). Nama saya diabadikan untuk gedung yang saya sumbangkan.Bagi saya kehormatan besar ikut membantu dunia pendidikan di Sumatera Utara.

 

Kenapa tak bangun universitas sendiri?

Ha…ha…ha…Saya kan bukan orang kampus. Memang banyak sekali yang menawarkan. Saya tolak secara halus karena bukan bidang yang saya kuasai. Cukup menyumbang saja. Indonesia ini bisa maju kalau anak-anaknya sekolah, pintar-pintar. Banyakanak sebetulnya yang pintar, tapi nggak bisa sekolah karena kesempatan terbatas.

 

Bisa cerita sedikit soal Yayasan H Anif?

Oh ya, saya mendirikan Yayasan H Anif untuk membantu kemaslahatan umat. Yayasan ini bergerak dalam kegiatan sosial untuk masyarakat, kegiatan-kegiatan keagamaan, dan pembangunan rumah ibadah.

 

Dalam buku itu ada transfer ilmu kepada para wirausahawan muda agar bisa seperti Bapak kelak?

Ada tentunya. Saya sampaikan harus ada mimpi yang besar, tekad yang kuat, kerja keras, dan jujur. Itu kombinasi modal yang luar biasa, dan harus dilatih.Contoh kecilnya, wajah kita disukai orang saja sudah berkah, tinggal perilaku kita dalam bergaul. Bagaimana saya dapat proyek pembangunan gedung SMAN 2 yang dipindahkan dari Jalan Serdang, dari Surya Paloh.Saya membantu pembebasan lahan yang sekarang jadi Uniland, gedung JICA, Thamrin Plaza. Saya menjaga kepercayaan orang. Bayangkan dari miskin, tak punya rumah, tapi syukur Alhamdulillah, saya bisa beli rumah di Jalan Ahmad Rivai. Selain kerja keras dan jujur, juga menjaga kepercayaan orang. Semua saya jabarkan dalam buku itu.

 

Sejauh mana sifat sosial menjadi faktor keberhasilan bisnis Bapak?

Saya selalu bilang kepada anak-anak, masyarakat sekitar haruslah dirangkul. Kalau yang cakap bisa diangkat jadi pimpinan. Memang tak semua baik, tapi kan bisa diarahkan. Ada lagi yang lain. Contohnya program plasma di perkebunan.Di beberapa lokasi kebun ada yang menolak 70 persen, 80 persen, ada yang sampai 95 persen. Saya berikan pengertian ke masyarakat kalau kewajiban saya sesuai peraturan pemerintah itu cuma 2 hektare. Saya tak ikut pemerintah, saya kasih 3 hektare. Hitungan saya, dengan plasma 3 hektare itu mereka bisa dapat Rp7 juta-Rp10 juta sebulan. Mereka sudah mampu sekolahkan anak mereka sampai ke universitas.Jangan sampai anak-cucu saya hidup berkecukupan, tapi masyarakat di sekitar perkebunan miskin dan susah makan. Saya bilang itu berbahaya. Soal plasma 3 hektare itu sempat dituliskan sebuah majalah pertanian sebagai yang pertama di Indonesia. Saya nggak tahu sekarang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/