25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Cermin Bening Pengusaha Berhati Mulia

Prinsip jujur dalam berbisnis itu seperti apa contohnya?

Dulu ada yang kerjakan timbangan untuk pabrik kelapa sawit saya. Setelah selesai, orang yang kerjakan proyek itu bilang, “Pak, ini timbangan sudah bagus saya stel. Nanti kalau sekian ton makan sekian, sekian ton lagi makan sekian.’’ Saya bilang makan apa? Saya suruh bongkar itu timbangan. Bikin yang standar, dari nol. Buah sawit dari kebun rakyat bisa jadi minyak ya, cukup untuk cost pabrik. Masak kita makan dari rakyat kecil.Kalau mau untung ya, dari kebun sendiri.

 

Ada pengalaman unik yang dikisahkan di buku ini?

Saya diberikan gelar ‘Raja Menggoyang Alam’ di Desa Tabuyung, daerah Pantai Barat. Pestanya tiga hari tiga malam.Duit sumbangan masyarakat dikumpulkan, ditaruh di tampah, diarak-arak. Begitulah tradisi adat masyarakat sekitar. Saya sambut penghormatan itu dengan senang hati.

 

Kabarnya ada dua desa yang didamaikan?

Memang, ada dua desa di sana yang bermusuhan terus gara-gara pertandingan bola. Katanya sudah potong kerbau, didamaikan pemuka adat, tapi terus bermusuhan juga. Saya datang dan mencoba mendamaikan. Setelah melalui berbagai proses dan pertemuan berkali-kali antara penduduk dua desa, tokoh -tokoh agama dan pemuka adat,Alhamdulillah, mereka mau berdamai.

 

Apa masalah paling berat yang pernah Bapak hadapi?

Masalah pembebasan lahan Sei Lepan. Itu ujian cukup berat yang pernah saya alami. Lahan yang sudah saya buka bertahun-tahun, diambil-alih sama orang-orang. Saya dihantam kiri-kanan, dipanggil DPR, didemo LSM. Kasusnya sampai ke luar negeri. Ada jenderal bintang dua menyarankan agar lahan itu dilepas saja. Saya tolak, saya bilang kalau hak saya pasti kembali. Betul. Saya berangkat umrah dan memohon kepada Allah untuk ditunjukkan jalan kebenaran yang ada. Saya berdoa kepada Allah, di tanah yang kering, hujanpun bisa dicurahkan jika Allah berkenan. Syukur Alhamdulillah, setelah pulang umrah, masalah Sei Lepan selesai.

 

Bagaimana prosesnya?

Seingat saya tak ada yang spesifik.Saya ikuti saja alurnya. Saya pernah ditanyai dalam seminar di USU, saya tak ingat kapan. Seperti apa Pak Anif menyelesaikan masalah-masalah berat dalam berbisnis. Saya bilang prinsip saya berbisnis cuma satu: tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan. Sebesar apapun, seberat apapun pasti ada jalan keluarnya. Saya istilahkan, cuma makan kepala sendiri, kita yang tak bisa.

 

Di buku ini ada orang-orang yang tak bisa dilupakan dalam perjalanan bisnis Bapak?

Oh, jelas. Orang yang mengenalkan saya kepada Soekanto Tanoto adalah Surya Paloh. Waktu itu Gubernur DKI Jakarta Tjokropronolo datang ke Medan bersama Surya Paloh. Saya dibawa dan dipertemukan dengan Soekanto Tanoto. Surya Paloh bilang ke Soekanto, ‘’Kanto kau perlu apa-apa kasih dia. Dia bisa bantu kau.’’ Sejak itu saya banyak bisnis dengan Soekanto, jaga kepercayaan dia. Dia pernah bilang ke orang-orang, saya ini gayanya saja yang preman tapi tak pernah mengeluh kalau ada masalah. Di buku ini Soekanto menulis catatannya tentang saya.

Prinsip jujur dalam berbisnis itu seperti apa contohnya?

Dulu ada yang kerjakan timbangan untuk pabrik kelapa sawit saya. Setelah selesai, orang yang kerjakan proyek itu bilang, “Pak, ini timbangan sudah bagus saya stel. Nanti kalau sekian ton makan sekian, sekian ton lagi makan sekian.’’ Saya bilang makan apa? Saya suruh bongkar itu timbangan. Bikin yang standar, dari nol. Buah sawit dari kebun rakyat bisa jadi minyak ya, cukup untuk cost pabrik. Masak kita makan dari rakyat kecil.Kalau mau untung ya, dari kebun sendiri.

 

Ada pengalaman unik yang dikisahkan di buku ini?

Saya diberikan gelar ‘Raja Menggoyang Alam’ di Desa Tabuyung, daerah Pantai Barat. Pestanya tiga hari tiga malam.Duit sumbangan masyarakat dikumpulkan, ditaruh di tampah, diarak-arak. Begitulah tradisi adat masyarakat sekitar. Saya sambut penghormatan itu dengan senang hati.

 

Kabarnya ada dua desa yang didamaikan?

Memang, ada dua desa di sana yang bermusuhan terus gara-gara pertandingan bola. Katanya sudah potong kerbau, didamaikan pemuka adat, tapi terus bermusuhan juga. Saya datang dan mencoba mendamaikan. Setelah melalui berbagai proses dan pertemuan berkali-kali antara penduduk dua desa, tokoh -tokoh agama dan pemuka adat,Alhamdulillah, mereka mau berdamai.

 

Apa masalah paling berat yang pernah Bapak hadapi?

Masalah pembebasan lahan Sei Lepan. Itu ujian cukup berat yang pernah saya alami. Lahan yang sudah saya buka bertahun-tahun, diambil-alih sama orang-orang. Saya dihantam kiri-kanan, dipanggil DPR, didemo LSM. Kasusnya sampai ke luar negeri. Ada jenderal bintang dua menyarankan agar lahan itu dilepas saja. Saya tolak, saya bilang kalau hak saya pasti kembali. Betul. Saya berangkat umrah dan memohon kepada Allah untuk ditunjukkan jalan kebenaran yang ada. Saya berdoa kepada Allah, di tanah yang kering, hujanpun bisa dicurahkan jika Allah berkenan. Syukur Alhamdulillah, setelah pulang umrah, masalah Sei Lepan selesai.

 

Bagaimana prosesnya?

Seingat saya tak ada yang spesifik.Saya ikuti saja alurnya. Saya pernah ditanyai dalam seminar di USU, saya tak ingat kapan. Seperti apa Pak Anif menyelesaikan masalah-masalah berat dalam berbisnis. Saya bilang prinsip saya berbisnis cuma satu: tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan. Sebesar apapun, seberat apapun pasti ada jalan keluarnya. Saya istilahkan, cuma makan kepala sendiri, kita yang tak bisa.

 

Di buku ini ada orang-orang yang tak bisa dilupakan dalam perjalanan bisnis Bapak?

Oh, jelas. Orang yang mengenalkan saya kepada Soekanto Tanoto adalah Surya Paloh. Waktu itu Gubernur DKI Jakarta Tjokropronolo datang ke Medan bersama Surya Paloh. Saya dibawa dan dipertemukan dengan Soekanto Tanoto. Surya Paloh bilang ke Soekanto, ‘’Kanto kau perlu apa-apa kasih dia. Dia bisa bantu kau.’’ Sejak itu saya banyak bisnis dengan Soekanto, jaga kepercayaan dia. Dia pernah bilang ke orang-orang, saya ini gayanya saja yang preman tapi tak pernah mengeluh kalau ada masalah. Di buku ini Soekanto menulis catatannya tentang saya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/