28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

‘Dagangan Pengungsi’ Made In Ban-Erdogan Cap Istanbul

Negara-negara Eropa paling dibuat repot dengan krisis ini. Puluhan juta sudah masuk ke Eropa, dan jutaan lagi antri masuk. Soal-soal mudah hingga pelik silih berganti muncul. Tanpa kepastian. Timbangan antara kemanusiaan, keamanan, keselamatan, masa depan, hingga masalah yang bernuansa suku, agama, ras dan hak bekerja belum mendapat solusi permanen.

Turki punya ‘kartu kunci’ untuk urusan ini. Lebih dari 10 juta pengungsi kini sedang di Turki. Eropa sedang berharap pada kebaikan dan ketegasan Turki: agar tidak membuka pintu perbatasan. Sekali longgar saja, jutaan pengungsi itu akan mengalir ke Eropa. Masalah baru, pelik dan berkepanjangan.

Tragedi tak hanya berakhir di situ. Konlik selalu melindas mereka yang lemah: perempuan dan anak-anak. Di area konflik, 70% korbannya perempuan dan anak-anak. Hanya 43% wanita di daerah konflik punya akses pada pelayanan kesehatan reproduksi. Yang menyedihkan, hanya 0,5% donatur meluncurkan bantuan berbasis gender.

Daftar ancaman bagi kemanusiaan kian panjang: bencana alam. Sulit diperkirakan. Melibas negara damai atau sedang berperang. Pada periode 2008-2014, sebanyak 184 juta orang tercerabut dari tempat tinggalnya akibat bencana alam. Dalam catatan PBB, tiap detik 1 orang jadi korban bencana. Kini, 20% penduduk dunia tinggal di kawasan rawan bencana, dan 125 juta orang berisiko bermasalah dalam pendidikan, kesehatan, rumah yang layak, dan hidup tanpa masa depan.

Kawasan ASEAN penyumbang terbesar. Pada periode 2008-2014 itu, sekira 50% bencana di dunia terjadi di ASEAN. Tragedi tsunami di Aceh dan Sumut tempo hari berkontribusi signifikan pada angka kejadian itu.

Berapa biaya yang diperlukan untuk menanggulangi tragedi kemanusiaan akibat konflik dan bencana itu? Hingga April 2016, PBB butuh US$20 miliar untuk melaksanakan program-program kemanusiaan bagi 88,7 juta orang di 38 negara. Kebutuhannya naik 4 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Sayangnya, dana PBB hanya bisa membiayai 55% dari kebutuhan per tahun.

Ban Ki-moon melihat masalah ini sebagai krisis kemanusiaan ‘dimensi baru’ yang memerlukan perubahan fundamental untuk mengatasinya. Puluhan rangkaian kegiatan dilaksanakan oleh Sekjen PBB itu beserta perangkat dan kelengkapan di lembaga dunia bermarkas di New York ini. Hingga dicetuskanlah even dunia di Istanbul pada 23-24 Mei 2016: World Humanitarian Summit.

Negara-negara Eropa paling dibuat repot dengan krisis ini. Puluhan juta sudah masuk ke Eropa, dan jutaan lagi antri masuk. Soal-soal mudah hingga pelik silih berganti muncul. Tanpa kepastian. Timbangan antara kemanusiaan, keamanan, keselamatan, masa depan, hingga masalah yang bernuansa suku, agama, ras dan hak bekerja belum mendapat solusi permanen.

Turki punya ‘kartu kunci’ untuk urusan ini. Lebih dari 10 juta pengungsi kini sedang di Turki. Eropa sedang berharap pada kebaikan dan ketegasan Turki: agar tidak membuka pintu perbatasan. Sekali longgar saja, jutaan pengungsi itu akan mengalir ke Eropa. Masalah baru, pelik dan berkepanjangan.

Tragedi tak hanya berakhir di situ. Konlik selalu melindas mereka yang lemah: perempuan dan anak-anak. Di area konflik, 70% korbannya perempuan dan anak-anak. Hanya 43% wanita di daerah konflik punya akses pada pelayanan kesehatan reproduksi. Yang menyedihkan, hanya 0,5% donatur meluncurkan bantuan berbasis gender.

Daftar ancaman bagi kemanusiaan kian panjang: bencana alam. Sulit diperkirakan. Melibas negara damai atau sedang berperang. Pada periode 2008-2014, sebanyak 184 juta orang tercerabut dari tempat tinggalnya akibat bencana alam. Dalam catatan PBB, tiap detik 1 orang jadi korban bencana. Kini, 20% penduduk dunia tinggal di kawasan rawan bencana, dan 125 juta orang berisiko bermasalah dalam pendidikan, kesehatan, rumah yang layak, dan hidup tanpa masa depan.

Kawasan ASEAN penyumbang terbesar. Pada periode 2008-2014 itu, sekira 50% bencana di dunia terjadi di ASEAN. Tragedi tsunami di Aceh dan Sumut tempo hari berkontribusi signifikan pada angka kejadian itu.

Berapa biaya yang diperlukan untuk menanggulangi tragedi kemanusiaan akibat konflik dan bencana itu? Hingga April 2016, PBB butuh US$20 miliar untuk melaksanakan program-program kemanusiaan bagi 88,7 juta orang di 38 negara. Kebutuhannya naik 4 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Sayangnya, dana PBB hanya bisa membiayai 55% dari kebutuhan per tahun.

Ban Ki-moon melihat masalah ini sebagai krisis kemanusiaan ‘dimensi baru’ yang memerlukan perubahan fundamental untuk mengatasinya. Puluhan rangkaian kegiatan dilaksanakan oleh Sekjen PBB itu beserta perangkat dan kelengkapan di lembaga dunia bermarkas di New York ini. Hingga dicetuskanlah even dunia di Istanbul pada 23-24 Mei 2016: World Humanitarian Summit.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/