25.6 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Pulang dari Natuna, Mahasiswi Wuhan Asal Medan Bertemu Gubsu

Diza Sempat Dijauhi Teman dan Tetangga

BERTEMU: Diza Laila, mahasiswi Wuhan asal Medan yang sempat dikarantina di Natuna bertemu Gubernur Sumut Edy Rahmayadi didampingi Kadinkes Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan, di Rumah Dinas Gubsu Jl. Sudirman Medan, Selasa (25/2).
BERTEMU: Diza Laila, mahasiswi Wuhan asal Medan yang sempat dikarantina di Natuna bertemu Gubernur Sumut Edy Rahmayadi didampingi Kadinkes Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan, di Rumah Dinas Gubsu Jl. Sudirman Medan, Selasa (25/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Melalui proses panjang dari Wuhan, Tiongkok, hingga di karantina 14 hari di Natuna, Kepulauan Riau, akhirnya Diza Laila Barokah (18), mahasiswi Wuhan University of Technolgy, bisa kembali berkumpul bersama keluarganya di Medan. Diza pun menyampaikan rasa terimakasihnya kepada Gubernur Sumut , Edy Rahmayadi yang telah membantu kepulangannya ke Medan.

PENYAMPAIAN rasa terima kasih itu langsung disampaikan Diza kepada Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi saat diterima di Rumah Dinas Gubernur, Jalan Sudirman Medan, Selasa (25/2). Di kesempatan itu, Gubernur Edy didampingi Ketua dan Wakil TP PKK Sumut, Nawal Lubis dan Sri Ayu Mihari, serta Kadinkes Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan.

“Terimakasih juga kepada Bapak Kepala Dinkes Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan beserta tim yang telah menyambut di Medan dan mengantar saya sampai ke rumah di Helvetia Medan,” katanya.

Wanita 18 tahun ini menceritakan, selama berada di Wuhan, sejak virus korona atau COVID-19 mewabah dengan masif, mereka merasa takut menjalankan aktivitas di kota tersebut.

Sebab, begitu wabah COVID-19 menyerang, kota tersebut langsung sepi akan aktivitas masyarakat. “Sangat takut karena virus tersebut begitu cepat menyebar. Semenjak virus itu masuk, Wuhan seperti kota mati tidak ada penghuninya,” katanya.

Bahkan diakuinya, setiap hari selalu dihubungi orangtuanya untuk menanyai kabar kesehatan selama di Wuhan. “Orangtua juga selalu telepon nanya kabar bagaimana kesehatan,” ucapnya.

Saat berada di Wuhan, kendati masih diselimuti rasa takut, ia tetap memberanikan diri keluar rumah untuk melengkapi kebutuhan hidup. Terlebih setelah mendengarkan sosialisasi dari pemerintah setempat, seluruh masyarakat dilarang untuk bersentuhan langsung dengan fasilitas-fasilitas publik. “Menghindari sentuhan langsung, eskalator, bus dan lain-lain,” ucapnya.

Pada pertengahan Januari lalu, dia sempat ingin pergi ke Beijing karena kasus virus corona masih sedikit disana. “Tapi, satu hari sebelum keberangkatan, Kota Wuhan sudah di-lock down, sehingga tidak bisa lagi kemana-mana,” terang Diza.

Karena itu, ia hanya bisa berdiam diri di asrama kampus mereka. Hingga akhirnya, pada 1 Februari ia dan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Wuhan dijemput oleh Pemerintah Indonesia untuk di karantina di Natuna. “Kami di sana sudah sangat takut dan ingin cepat balik ke Indonesia. Di kampus kami, ada 14 orang WNI, dan hanya saya sendiri yang berasal dari Sumut,” sebut mahasiswi berhijab ini.

Selama 14 hari di Pulau Natuna, Diza mengaku setiap hari menjalani pemeriksaan kesehatan serta rutin menjalani olahraga. Akan tetapi saat karantina, ia mengaku sempat merasakan pusing. Namun setelah dicek ternyata hanya masuk angin biasa saja.

“Memang sempat mikir apa tertular? Rupanya hanya masuk angin saja. Tapi sekarang sudah yakin aman, apalagi kami yang dikarantina di Natuna juga mendapatkan sertifikat bahwa bebas dari virus corona,” ucapnya.

Setelah tiba di Medan, diakuinya beberapa teman dan lingkungan tempat tinggalnya masih ada yang takut berinteraksi dengannya. Namun menurut Diza, hal ini hanya karena kurangnya informasi yang didapatkan. “Alhamdulillah sekarang sudah bisa berkumpul bersama keluarga, dan bermain dengan teman-teman lagi,” katanya.

Diza juga mengaku, saat ini masih tetap menjalani perkuliahan tetapi secara live streaming dengan kampusnya di Wuhan. Dia pun berharap, virus corona dapat segera dihentikan penyebarannya oleh Pemerintah Wuhan. Karena ia ingin melanjutkan kuliah di kota tersebut. “Saya berharap agar virus corona dapat segera dihentikan, karena saya kepengin balik dan menyelesaikan kuliah. Saat ini, mau tidak mau saya hanya bisa belajar melalui kelas online,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan mengaku senang warga Sumut yang menjalani karantina di Natuna dalam keadaan sehat. Alwi menegaskan, semua warga Indonesia yang menjalani karantina dalam keadaan sehat dan tidak perlu dikhawatirkan. “Selama karantina kalau dia terinfeksi (virus corona), maka pasti akan terlihat. Makanya, selesai dari Natuna, mereka dipastikan sehat,” kata Alwi.

Alwi mengimbau agar masyarakat Sumut tidak perlu khawatir. Ia juga meminta agar setiap informasi terkait virus corona yang kurang baik agar dapat dicek dulu kebenarannya. “Kita juga meminta masyarakat agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), hal ini agar terhindar dari berbagai penyakit termasuk virus corona,” cetusnya.

Ia mengungkapkan, dari 84 warga baik WNI dan WNA yang menjalani karantina rumah, pada Minggu (23/2) semuanya sudah selesai menjalani observasi. Saat ini, semuanya juga sudah diperbolehkan untuk menjalani aktifitas seperti biasa. “Sudah kembali beraktifitas seperti biasa, bahkan mereka senang menjalani observasi karena merasa pemerintah memberikan perhatian,” pungkasnya. (prn/ris)

Diza Sempat Dijauhi Teman dan Tetangga

BERTEMU: Diza Laila, mahasiswi Wuhan asal Medan yang sempat dikarantina di Natuna bertemu Gubernur Sumut Edy Rahmayadi didampingi Kadinkes Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan, di Rumah Dinas Gubsu Jl. Sudirman Medan, Selasa (25/2).
BERTEMU: Diza Laila, mahasiswi Wuhan asal Medan yang sempat dikarantina di Natuna bertemu Gubernur Sumut Edy Rahmayadi didampingi Kadinkes Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan, di Rumah Dinas Gubsu Jl. Sudirman Medan, Selasa (25/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Melalui proses panjang dari Wuhan, Tiongkok, hingga di karantina 14 hari di Natuna, Kepulauan Riau, akhirnya Diza Laila Barokah (18), mahasiswi Wuhan University of Technolgy, bisa kembali berkumpul bersama keluarganya di Medan. Diza pun menyampaikan rasa terimakasihnya kepada Gubernur Sumut , Edy Rahmayadi yang telah membantu kepulangannya ke Medan.

PENYAMPAIAN rasa terima kasih itu langsung disampaikan Diza kepada Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi saat diterima di Rumah Dinas Gubernur, Jalan Sudirman Medan, Selasa (25/2). Di kesempatan itu, Gubernur Edy didampingi Ketua dan Wakil TP PKK Sumut, Nawal Lubis dan Sri Ayu Mihari, serta Kadinkes Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan.

“Terimakasih juga kepada Bapak Kepala Dinkes Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan beserta tim yang telah menyambut di Medan dan mengantar saya sampai ke rumah di Helvetia Medan,” katanya.

Wanita 18 tahun ini menceritakan, selama berada di Wuhan, sejak virus korona atau COVID-19 mewabah dengan masif, mereka merasa takut menjalankan aktivitas di kota tersebut.

Sebab, begitu wabah COVID-19 menyerang, kota tersebut langsung sepi akan aktivitas masyarakat. “Sangat takut karena virus tersebut begitu cepat menyebar. Semenjak virus itu masuk, Wuhan seperti kota mati tidak ada penghuninya,” katanya.

Bahkan diakuinya, setiap hari selalu dihubungi orangtuanya untuk menanyai kabar kesehatan selama di Wuhan. “Orangtua juga selalu telepon nanya kabar bagaimana kesehatan,” ucapnya.

Saat berada di Wuhan, kendati masih diselimuti rasa takut, ia tetap memberanikan diri keluar rumah untuk melengkapi kebutuhan hidup. Terlebih setelah mendengarkan sosialisasi dari pemerintah setempat, seluruh masyarakat dilarang untuk bersentuhan langsung dengan fasilitas-fasilitas publik. “Menghindari sentuhan langsung, eskalator, bus dan lain-lain,” ucapnya.

Pada pertengahan Januari lalu, dia sempat ingin pergi ke Beijing karena kasus virus corona masih sedikit disana. “Tapi, satu hari sebelum keberangkatan, Kota Wuhan sudah di-lock down, sehingga tidak bisa lagi kemana-mana,” terang Diza.

Karena itu, ia hanya bisa berdiam diri di asrama kampus mereka. Hingga akhirnya, pada 1 Februari ia dan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Wuhan dijemput oleh Pemerintah Indonesia untuk di karantina di Natuna. “Kami di sana sudah sangat takut dan ingin cepat balik ke Indonesia. Di kampus kami, ada 14 orang WNI, dan hanya saya sendiri yang berasal dari Sumut,” sebut mahasiswi berhijab ini.

Selama 14 hari di Pulau Natuna, Diza mengaku setiap hari menjalani pemeriksaan kesehatan serta rutin menjalani olahraga. Akan tetapi saat karantina, ia mengaku sempat merasakan pusing. Namun setelah dicek ternyata hanya masuk angin biasa saja.

“Memang sempat mikir apa tertular? Rupanya hanya masuk angin saja. Tapi sekarang sudah yakin aman, apalagi kami yang dikarantina di Natuna juga mendapatkan sertifikat bahwa bebas dari virus corona,” ucapnya.

Setelah tiba di Medan, diakuinya beberapa teman dan lingkungan tempat tinggalnya masih ada yang takut berinteraksi dengannya. Namun menurut Diza, hal ini hanya karena kurangnya informasi yang didapatkan. “Alhamdulillah sekarang sudah bisa berkumpul bersama keluarga, dan bermain dengan teman-teman lagi,” katanya.

Diza juga mengaku, saat ini masih tetap menjalani perkuliahan tetapi secara live streaming dengan kampusnya di Wuhan. Dia pun berharap, virus corona dapat segera dihentikan penyebarannya oleh Pemerintah Wuhan. Karena ia ingin melanjutkan kuliah di kota tersebut. “Saya berharap agar virus corona dapat segera dihentikan, karena saya kepengin balik dan menyelesaikan kuliah. Saat ini, mau tidak mau saya hanya bisa belajar melalui kelas online,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan mengaku senang warga Sumut yang menjalani karantina di Natuna dalam keadaan sehat. Alwi menegaskan, semua warga Indonesia yang menjalani karantina dalam keadaan sehat dan tidak perlu dikhawatirkan. “Selama karantina kalau dia terinfeksi (virus corona), maka pasti akan terlihat. Makanya, selesai dari Natuna, mereka dipastikan sehat,” kata Alwi.

Alwi mengimbau agar masyarakat Sumut tidak perlu khawatir. Ia juga meminta agar setiap informasi terkait virus corona yang kurang baik agar dapat dicek dulu kebenarannya. “Kita juga meminta masyarakat agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), hal ini agar terhindar dari berbagai penyakit termasuk virus corona,” cetusnya.

Ia mengungkapkan, dari 84 warga baik WNI dan WNA yang menjalani karantina rumah, pada Minggu (23/2) semuanya sudah selesai menjalani observasi. Saat ini, semuanya juga sudah diperbolehkan untuk menjalani aktifitas seperti biasa. “Sudah kembali beraktifitas seperti biasa, bahkan mereka senang menjalani observasi karena merasa pemerintah memberikan perhatian,” pungkasnya. (prn/ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/