24 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Loyalis Anas Yakin Kuasai KLB

KONGRES Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang bakal digelar dalam waktu dekat, diyakini akan dijadikan ruang unjuk kekuatan kubu loyalis Anas Urbaningrum menghadapi pengaruh Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Ydhoyono (SBY).

Kubu loyalis Anas cukup percaya diri akan mampu menguasai forum KLB dan suaranya bakal menentukan dalam pemilihan ketum Parti Demokrat pengganti Anasn Jika SBY tidak cermat dalam menentukan mekanisme pemilihan ketum PD, SBY bisa dipermalukan oleh forum KLB.

Demikian mengemuka dalam diskusi bertema ‘Panas Efek Anas’ di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (2/3). M Rahmat, loyalis Anas yang sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat (PD), optimis KLB bakal menjadi milik para loyalis Anas.
Argumen Rahmat tidak ngawur. Komposisi hak suara di KLB adalah 5 suara Dewan Pembina, 3 DPP, 2 DPD, dan 1 DPC.

“Nah, DPD dan DPC ini mayoritas merupakan kekuatan Mas Anas. Jadi, KLB sangat rawan bagi yang tak ingin loyalis Anas memimpin partai,” ujar Rahmat dalam diskusi itu.

Mengapa dia begitu yakin DPD dan DPC masih loyal ke Anas? Rahmat menjelaskan, sepanjang 2012 sudah terjadi penggantian pengurus DPD dan DPC, dimana ketua dan sekretaris DPD dan DPC yang baru ini masih dalam pengaruh Anas.

“DPD dan DPC ini yang punya suara, gelombangnya sama dengan Mas Anas,” ujar Rahmat.

Dia juga mengklaim tahu persis data peta kekuatan DPD dan DPC. Alasannya, tugas dia sewaktu masih duduk di wakil Direktur Eksekutif, adalah menggodok masalah peta kekuatan ini. “Direktorat Eksekutf merupakan dapurnya partai,” ucapnya.

Argumen lain dia paparkan. Selama memimpin partai, kata dia, Anas telah berupaya mengubah Partai Demokrat sebagai partai massa, menjadi partai kader. Demokrat menjadi partai massa sejak berdiri hingga 2002-2009. Di era ini, SBY menjadi tokoh sentral partai. Setelah Anas terpilih, kata Rahmat, Demokrat pelan-pelan menjadi partai kader, dimana loyalitas kader sudah mengarah ke Anas sebagai ketum.

Klaim Rahmat diperkuat penjelasan analis politik dari IndoBarometer, M Qodari, yang juga menjadi pembicara di diskusi itu. Qodari mengatakan, hingga 2009 memang SBY mampu mengendalikan Demokrat dengan baik. Nyaris, hingga 2009 tak ada konfik internal partai berlambang mercy itu. Tidak ada kubu-kubuan seperti sekarang.

Memasuki 2010, pamor SBY mulai surut. Gejala pertama terjadi saat Kongres PD di Bandung. Jago SBY, yakni Andi Mallarangeng, hanya mendapat 80 suara, hanya menempati peringkat ketiga di pemilihan ketum PD putaran pertama, dibawah Marzuki Alie dan Anas.

Karenanya, lanjut Qodari, jika SBY menyerahkan sepenuhnya pemilihan ketum PD ke forum KLB, maka dipastikan SBY bakal gagal menghendaki ‘orangnya’ menjadi pengganti Anas.

Jika SBY masih ingin punya pengaruh di Demokrat, Qodary menyarankan SBY dalam waktu cepat ini mencari dua atau tiga nama petinggi Demokrat yang dinilai punya basis massa di tingkat akar rumput, terutama DPD dan DPC. Nama-nama itu yang nantinya disodorkan ke forum KLB sebagai kandidat ketum.

Namun idealnya, kata Qodari, SBY menyerahkan sepenuhnya ke forum KLB, tanpa takut kehilangan lagi kendali ke partai yang didirikan itu. “Sudah lah, cukup lah SBY dicatat sejarah sebagai tokoh yang melahirkan dan membesarkan partai ini. Toh SBY sudah dua kali menjadi presiden. Sudah saatnya partai ini diserahkan ke generasi berikutnya. Ingat, partai itu milik publik,” saran Qodari. (sam)

KONGRES Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang bakal digelar dalam waktu dekat, diyakini akan dijadikan ruang unjuk kekuatan kubu loyalis Anas Urbaningrum menghadapi pengaruh Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Ydhoyono (SBY).

Kubu loyalis Anas cukup percaya diri akan mampu menguasai forum KLB dan suaranya bakal menentukan dalam pemilihan ketum Parti Demokrat pengganti Anasn Jika SBY tidak cermat dalam menentukan mekanisme pemilihan ketum PD, SBY bisa dipermalukan oleh forum KLB.

Demikian mengemuka dalam diskusi bertema ‘Panas Efek Anas’ di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (2/3). M Rahmat, loyalis Anas yang sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat (PD), optimis KLB bakal menjadi milik para loyalis Anas.
Argumen Rahmat tidak ngawur. Komposisi hak suara di KLB adalah 5 suara Dewan Pembina, 3 DPP, 2 DPD, dan 1 DPC.

“Nah, DPD dan DPC ini mayoritas merupakan kekuatan Mas Anas. Jadi, KLB sangat rawan bagi yang tak ingin loyalis Anas memimpin partai,” ujar Rahmat dalam diskusi itu.

Mengapa dia begitu yakin DPD dan DPC masih loyal ke Anas? Rahmat menjelaskan, sepanjang 2012 sudah terjadi penggantian pengurus DPD dan DPC, dimana ketua dan sekretaris DPD dan DPC yang baru ini masih dalam pengaruh Anas.

“DPD dan DPC ini yang punya suara, gelombangnya sama dengan Mas Anas,” ujar Rahmat.

Dia juga mengklaim tahu persis data peta kekuatan DPD dan DPC. Alasannya, tugas dia sewaktu masih duduk di wakil Direktur Eksekutif, adalah menggodok masalah peta kekuatan ini. “Direktorat Eksekutf merupakan dapurnya partai,” ucapnya.

Argumen lain dia paparkan. Selama memimpin partai, kata dia, Anas telah berupaya mengubah Partai Demokrat sebagai partai massa, menjadi partai kader. Demokrat menjadi partai massa sejak berdiri hingga 2002-2009. Di era ini, SBY menjadi tokoh sentral partai. Setelah Anas terpilih, kata Rahmat, Demokrat pelan-pelan menjadi partai kader, dimana loyalitas kader sudah mengarah ke Anas sebagai ketum.

Klaim Rahmat diperkuat penjelasan analis politik dari IndoBarometer, M Qodari, yang juga menjadi pembicara di diskusi itu. Qodari mengatakan, hingga 2009 memang SBY mampu mengendalikan Demokrat dengan baik. Nyaris, hingga 2009 tak ada konfik internal partai berlambang mercy itu. Tidak ada kubu-kubuan seperti sekarang.

Memasuki 2010, pamor SBY mulai surut. Gejala pertama terjadi saat Kongres PD di Bandung. Jago SBY, yakni Andi Mallarangeng, hanya mendapat 80 suara, hanya menempati peringkat ketiga di pemilihan ketum PD putaran pertama, dibawah Marzuki Alie dan Anas.

Karenanya, lanjut Qodari, jika SBY menyerahkan sepenuhnya pemilihan ketum PD ke forum KLB, maka dipastikan SBY bakal gagal menghendaki ‘orangnya’ menjadi pengganti Anas.

Jika SBY masih ingin punya pengaruh di Demokrat, Qodary menyarankan SBY dalam waktu cepat ini mencari dua atau tiga nama petinggi Demokrat yang dinilai punya basis massa di tingkat akar rumput, terutama DPD dan DPC. Nama-nama itu yang nantinya disodorkan ke forum KLB sebagai kandidat ketum.

Namun idealnya, kata Qodari, SBY menyerahkan sepenuhnya ke forum KLB, tanpa takut kehilangan lagi kendali ke partai yang didirikan itu. “Sudah lah, cukup lah SBY dicatat sejarah sebagai tokoh yang melahirkan dan membesarkan partai ini. Toh SBY sudah dua kali menjadi presiden. Sudah saatnya partai ini diserahkan ke generasi berikutnya. Ingat, partai itu milik publik,” saran Qodari. (sam)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/