27.8 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

TNI Pamer Kekuatan Udara di Natuna

AFP PHOTO / PRESIDEN PALACE / AGUS Supart Foto ini diambil dan dirilis oleh Istana Kepresidenan pada 6 Oktober 2016, menunjukkan Presiden Indonesia Joko Widodo, duduk di kokpit pesawat Sukhoi Su-30 selama latihan militer di pulau-pulau Natuna terpencil. TNI AU mengadakan latihan besar di seluruh pulau di Laut Cina Selatan pada 6 Oktober, di mana telah terjadi bentrokan dengan kapal China di perairan yang diklaim oleh Beijing.
AFP PHOTO / PRESIDEN PALACE / AGUS Supart
Foto ini diambil dan dirilis oleh Istana Kepresidenan pada 6 Oktober 2016, menunjukkan Presiden Indonesia Joko Widodo, duduk di kokpit pesawat Sukhoi Su-30 selama latihan militer di pulau-pulau Natuna terpencil.
TNI AU mengadakan latihan besar di seluruh pulau di Laut Cina Selatan pada 6 Oktober, di mana telah terjadi bentrokan dengan kapal China di perairan yang diklaim oleh Beijing.

NATUNA, SUMUTPOS.CO – Meski masih berada di tengah suhu panas politik luar negeri di Laut Cina Selatan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) tetap melakukan unjuk kekuatan di Pulau Natuna, Kepulauan Riau (Kepri), tepatnya di Lanud Ranai, Natuna, Kamis (6/10). Unjuk kekuatan yang digelar sebagai rangkaian akhir dari latihan Angkasa Yudha 2016 oleh TNI AU tersebut dilakukan berselang sehari dari HUT ke-71 TNI.

Gelaran unjuk kekuatan TNI AU tersebut melibatkan puluhan pesawat tempur, pesawat angkut, dan helikopter dari berbagai jenis. Yakni 44 pesawat tempur dari jenis Sukhoi, F-16, T-50i, Hawk, dan Super Tucano. Kemudian 14 pesawat angkut jenis C-130, C-295, dan C-212. Serta 6 helikopter jenis NAS 332, dan SA 330. Kegiatan tersebut juga melibatkan 4 pesawat tanpa awak (drone) yang digunakan sebagai sasaran tembak rudal dan pemantauan sasaran dari udara.

Pesawat tempur yang dikerahkan TNI AU dalam latihan puncak tersebut mensimulasikan pertempuran di udara. Selain itu, pesawat tempur yang didatangkan dari berbagai skuadron di seluruh Indonesia tersebut mempertontonkan penghancuran target dari udara.

Selain memamerkan kemampuan tempur dari pesawat yang dimiliki, TNI AU melalui latihan puncak tersebut juga menampilkan sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) modern. Di antaranya meriam Oerlikon dan rudal QW 3. Personil yang dilibatkan berjumlah sekitar dua ribu personil dari berbagai satuan di jajaran TNI AU.

Kegiatan itu langsung disaksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Panglima TNI Jend Gatot Nurmantyo, dan sejumlah menteri kabinet, Menkopolhukam Wiranto, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Meski dilakukan di tengah krisis politik luar negeri di Laut Cina Selatan, pihak TNI menyatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan biasa, rutin, dan tidak ada sangkut pautnya dengan situasi yang terjadi di Laut Cina Selatan.

“Latihannya sudah berlangsung dua minggu kok,” kata Kepala Dinas Penerangan AU Marsma Jemy Tri Sonjaya, kemarin.

Dia menambahkan, latihan tersebut untuk menguji profesionalisme dan kesiapan prajurit TNI AU dalam menghadapi ancaman. “Tidak ada hubungannya dengan Laut Cina Selatan,” ujarnya.

Sebelumnya, Gatot juga menyampaikan, unjuk kekuatan TNI AU dalam bingkai latihan puncak tersebut tidak bersifat provokatif terkait Laut Cina Selatan. Dia menyatakan, TNI tidak akan menggelar latihan militer apapun dan dengan angkatan bersenjata negara manapun di kawasan Laut Cina Selatan.

“Sikap Indonesia adalah menjaga situasi damai dan stabil di Laut Cina Selatan. Jadi kami tidak akan melakukan kegiatan apapun yang akan meningkatkan instabilitas di kawasan itu,” tegasnya.

AFP PHOTO / PRESIDEN PALACE / AGUS Supart Foto ini diambil dan dirilis oleh Istana Kepresidenan pada 6 Oktober 2016, menunjukkan Presiden Indonesia Joko Widodo, duduk di kokpit pesawat Sukhoi Su-30 selama latihan militer di pulau-pulau Natuna terpencil. TNI AU mengadakan latihan besar di seluruh pulau di Laut Cina Selatan pada 6 Oktober, di mana telah terjadi bentrokan dengan kapal China di perairan yang diklaim oleh Beijing.
AFP PHOTO / PRESIDEN PALACE / AGUS Supart
Foto ini diambil dan dirilis oleh Istana Kepresidenan pada 6 Oktober 2016, menunjukkan Presiden Indonesia Joko Widodo, duduk di kokpit pesawat Sukhoi Su-30 selama latihan militer di pulau-pulau Natuna terpencil.
TNI AU mengadakan latihan besar di seluruh pulau di Laut Cina Selatan pada 6 Oktober, di mana telah terjadi bentrokan dengan kapal China di perairan yang diklaim oleh Beijing.

NATUNA, SUMUTPOS.CO – Meski masih berada di tengah suhu panas politik luar negeri di Laut Cina Selatan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) tetap melakukan unjuk kekuatan di Pulau Natuna, Kepulauan Riau (Kepri), tepatnya di Lanud Ranai, Natuna, Kamis (6/10). Unjuk kekuatan yang digelar sebagai rangkaian akhir dari latihan Angkasa Yudha 2016 oleh TNI AU tersebut dilakukan berselang sehari dari HUT ke-71 TNI.

Gelaran unjuk kekuatan TNI AU tersebut melibatkan puluhan pesawat tempur, pesawat angkut, dan helikopter dari berbagai jenis. Yakni 44 pesawat tempur dari jenis Sukhoi, F-16, T-50i, Hawk, dan Super Tucano. Kemudian 14 pesawat angkut jenis C-130, C-295, dan C-212. Serta 6 helikopter jenis NAS 332, dan SA 330. Kegiatan tersebut juga melibatkan 4 pesawat tanpa awak (drone) yang digunakan sebagai sasaran tembak rudal dan pemantauan sasaran dari udara.

Pesawat tempur yang dikerahkan TNI AU dalam latihan puncak tersebut mensimulasikan pertempuran di udara. Selain itu, pesawat tempur yang didatangkan dari berbagai skuadron di seluruh Indonesia tersebut mempertontonkan penghancuran target dari udara.

Selain memamerkan kemampuan tempur dari pesawat yang dimiliki, TNI AU melalui latihan puncak tersebut juga menampilkan sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) modern. Di antaranya meriam Oerlikon dan rudal QW 3. Personil yang dilibatkan berjumlah sekitar dua ribu personil dari berbagai satuan di jajaran TNI AU.

Kegiatan itu langsung disaksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Panglima TNI Jend Gatot Nurmantyo, dan sejumlah menteri kabinet, Menkopolhukam Wiranto, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Meski dilakukan di tengah krisis politik luar negeri di Laut Cina Selatan, pihak TNI menyatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan biasa, rutin, dan tidak ada sangkut pautnya dengan situasi yang terjadi di Laut Cina Selatan.

“Latihannya sudah berlangsung dua minggu kok,” kata Kepala Dinas Penerangan AU Marsma Jemy Tri Sonjaya, kemarin.

Dia menambahkan, latihan tersebut untuk menguji profesionalisme dan kesiapan prajurit TNI AU dalam menghadapi ancaman. “Tidak ada hubungannya dengan Laut Cina Selatan,” ujarnya.

Sebelumnya, Gatot juga menyampaikan, unjuk kekuatan TNI AU dalam bingkai latihan puncak tersebut tidak bersifat provokatif terkait Laut Cina Selatan. Dia menyatakan, TNI tidak akan menggelar latihan militer apapun dan dengan angkatan bersenjata negara manapun di kawasan Laut Cina Selatan.

“Sikap Indonesia adalah menjaga situasi damai dan stabil di Laut Cina Selatan. Jadi kami tidak akan melakukan kegiatan apapun yang akan meningkatkan instabilitas di kawasan itu,” tegasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/