26.6 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Hal-Hal Kecil yang Menjadikan Rusia Sebagai Bangsa Besar

Bisa jadi hal itu hanya basa-basi. Tapi, saya meyakini itu adalah salah satu kultur warga Kazan. Akrab. Menerima pendatang dengan tangan terbuka. Tidak ada tatapan penuh curiga dari mata mereka.

Kenyamanan juga dirasakan ribuan suporter dari negara peserta Piala Dunia 2018. Ratusan fans Argentina masih bertahan di Kazan meski tim kesayangannya sudah disingkirkan Prancis akhir pekan lalu (30/1). Begitu juga pendukung dari negara-negara lain yang pernah bermain di Kazan. Timnas Jepang juga memilih kota ini sebagai tempat tinggal dan berlatih.

Saya melihat banyak teladan dari warga Kazan. Soal menyeberang jalan, misalnya. Meski lebar jalan hanya 2,5 meter, tetap harus menunggu lampu hijau. Padahal, tidak ada mobil yang melintas. Kalau mau, tinggal melangkah saja juga bisa. Insya Allah nggak ada yang nabrak juga. Tapi, Anda akan menjadi pusat perhatian pengguna jalan yang lain.

Pun demikian di persimpangan jalan yang tidak ada traffic light-nya. Begitu melihat ada yang mau menyeberang, pengendara mobil mengalah. Menghentikan kendaraannya untuk memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang. Sesederhana itu.

Teladan lain saya lihat di arena FIFA Fan Fest. Puluhan ribu orang datang untuk nonton bareng. Tapi, tidak ada sampah berserakan di sembarang tempat. Imbauan membuang sampah pada tempatnya benar-benar dipatuhi. Mereka tidak tergoda untuk membuang botol dengan pura-pura menjatuhkannya di tanah. Toh, tidak akan ketahuan karena ada puluhan ribu orang di sana.

Ketika babak pertama selesai, tiba-tiba ada rombongan besar yang serentak menuju salah satu sudut Fan Fest. Ratusan orang, bergerak berbarengan. Penasaran dong saya, apa yang membuat mereka berbondong-bondong menuju suuatu tempat. Jangan-jangan ada pembagian nasi bungkus gratis. Eh, rupanya mereka menuju smoking area! Tempat merokok.

Lokasinya dikelilingi kain penutup. Mungkin agar tidak dicontoh oleh anak-anak kecil di sana. Para penonton Fan Fest masuk ke area tersebut dengan tertib. Setelah menunaikan hajatnya, ratusan orang itu balik ke depan layar raksasa untuk menikmati pertandingan.

Saya yakin budaya baik itu tidak lahir dengan sendirinya. Selain tumbuh dari kesadaran dan rasa malu warga, peran pemerintah tidak kalah penting. Rusia menciptakan sistem yang membuat rakyatnya hidup lebih beradab. Setiap kali mengagumi kehebatan negara lain, saya lantas teringat dengan Indonesia. Bisakah kita seperti mereka? Jawabannya harus bisa. Meski entah kapan. (candra wahyudi)

Bisa jadi hal itu hanya basa-basi. Tapi, saya meyakini itu adalah salah satu kultur warga Kazan. Akrab. Menerima pendatang dengan tangan terbuka. Tidak ada tatapan penuh curiga dari mata mereka.

Kenyamanan juga dirasakan ribuan suporter dari negara peserta Piala Dunia 2018. Ratusan fans Argentina masih bertahan di Kazan meski tim kesayangannya sudah disingkirkan Prancis akhir pekan lalu (30/1). Begitu juga pendukung dari negara-negara lain yang pernah bermain di Kazan. Timnas Jepang juga memilih kota ini sebagai tempat tinggal dan berlatih.

Saya melihat banyak teladan dari warga Kazan. Soal menyeberang jalan, misalnya. Meski lebar jalan hanya 2,5 meter, tetap harus menunggu lampu hijau. Padahal, tidak ada mobil yang melintas. Kalau mau, tinggal melangkah saja juga bisa. Insya Allah nggak ada yang nabrak juga. Tapi, Anda akan menjadi pusat perhatian pengguna jalan yang lain.

Pun demikian di persimpangan jalan yang tidak ada traffic light-nya. Begitu melihat ada yang mau menyeberang, pengendara mobil mengalah. Menghentikan kendaraannya untuk memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang. Sesederhana itu.

Teladan lain saya lihat di arena FIFA Fan Fest. Puluhan ribu orang datang untuk nonton bareng. Tapi, tidak ada sampah berserakan di sembarang tempat. Imbauan membuang sampah pada tempatnya benar-benar dipatuhi. Mereka tidak tergoda untuk membuang botol dengan pura-pura menjatuhkannya di tanah. Toh, tidak akan ketahuan karena ada puluhan ribu orang di sana.

Ketika babak pertama selesai, tiba-tiba ada rombongan besar yang serentak menuju salah satu sudut Fan Fest. Ratusan orang, bergerak berbarengan. Penasaran dong saya, apa yang membuat mereka berbondong-bondong menuju suuatu tempat. Jangan-jangan ada pembagian nasi bungkus gratis. Eh, rupanya mereka menuju smoking area! Tempat merokok.

Lokasinya dikelilingi kain penutup. Mungkin agar tidak dicontoh oleh anak-anak kecil di sana. Para penonton Fan Fest masuk ke area tersebut dengan tertib. Setelah menunaikan hajatnya, ratusan orang itu balik ke depan layar raksasa untuk menikmati pertandingan.

Saya yakin budaya baik itu tidak lahir dengan sendirinya. Selain tumbuh dari kesadaran dan rasa malu warga, peran pemerintah tidak kalah penting. Rusia menciptakan sistem yang membuat rakyatnya hidup lebih beradab. Setiap kali mengagumi kehebatan negara lain, saya lantas teringat dengan Indonesia. Bisakah kita seperti mereka? Jawabannya harus bisa. Meski entah kapan. (candra wahyudi)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Bulan Madu Mahathir

Terpopuler

Artikel Terbaru

/