26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Kasus DBD di 2016 Meningkat

AMINOER RASYID/SUMUT POS
FOGGING: Seorang pekerja melakukan penyemprotan (fogging) untuk memberantas nyamuk demam berdarah. Pelaksanaan Fogging ini merupakan antisipasi dini untuk pencegahan penyakit berbahaya yang biasanya muncul pasca musim hujan di mana saat ini air hujan biasa tergenang dan membuat Nyamuk dapat mudah berkembang biak.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat tajam pada tahun 2016. Kondisi ini menunjukkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dicanangkan pemerintah belum efektif.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara, hingga November 2016, tercatat kasus DBD sebanyak 7.777, dimana 48 meninggal dunia. Jumlah itu meningkat 2.089 kasus dari tahun 2015, dimana kasus sebanyak 5.688 dengan 44 penderita meninggal dunia.

Menurut Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumut dr Delyuzar, peningkatan kasus DBD ini menunjukkan PSN belum efektif, sehingga populasi nyamuk aedes aegypti dapat dengan mudah berkembang biak.

“Program PSN memang belum efektif diterapkan. Padahal, PSN adalah satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah DBD,” ungkap Delyuzar di Medan, Senin (16/1).

Delyuzar menjelaskan, PSN dapat memusnahkan larva perpindahan (jentik). Oleh karena itu, dia menilai PSN harus diefektifkan. Namun, hal itu bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatam sendiri, tapi semua pihak, khusus yang berhubungan langsung ke masyarakat. “Bukan hanya Dinas Kesehatan saja. Lurah dan Kepling juga harus ikut menggerakkan masyarakat untuk melakukan PSN,” tambahnya.

Mengefektifkan PSN sendiri bukan pekara mudah, khususnya di Kota Medan. Sebab, masyarakat kota lebih cenderung eksklusif dalam bermasyarakat, sehingga sulit untuk diajak terlibat dalam pelaksanaan PSN.

Delyuzar menyarankan agar masyarakat kota harus memiliki komunitas, sehingga pemberantasan penyakit DBD ini dapat dilakukan secara efektif. “DBD ini bukan hanya menyerang masyarakat bawah saja. Tetapi juga seluruh masyarakat, termasuk untuk mereka yang tinggal dikawasan perumahan, ” tambah Delyuzar.

Sebelumnya, Kepala Bidang PMK Dinkes Sumut dr NG Hikmet MKes mengatakan, jumlah kasus DBD tertinggi Kabupaten/Kota selama 2015 hingga November 2016 adalah Kota Medan. Selama kurun waktu tersebut, 3.010 warga Medan menderita DBD, dimana 17 meninggal.Kabupaten Deliserdang berada di posisi kedua dengan 1.958 penderita dan 10 meninggal. (ain/dek)

AMINOER RASYID/SUMUT POS
FOGGING: Seorang pekerja melakukan penyemprotan (fogging) untuk memberantas nyamuk demam berdarah. Pelaksanaan Fogging ini merupakan antisipasi dini untuk pencegahan penyakit berbahaya yang biasanya muncul pasca musim hujan di mana saat ini air hujan biasa tergenang dan membuat Nyamuk dapat mudah berkembang biak.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat tajam pada tahun 2016. Kondisi ini menunjukkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dicanangkan pemerintah belum efektif.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara, hingga November 2016, tercatat kasus DBD sebanyak 7.777, dimana 48 meninggal dunia. Jumlah itu meningkat 2.089 kasus dari tahun 2015, dimana kasus sebanyak 5.688 dengan 44 penderita meninggal dunia.

Menurut Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumut dr Delyuzar, peningkatan kasus DBD ini menunjukkan PSN belum efektif, sehingga populasi nyamuk aedes aegypti dapat dengan mudah berkembang biak.

“Program PSN memang belum efektif diterapkan. Padahal, PSN adalah satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah DBD,” ungkap Delyuzar di Medan, Senin (16/1).

Delyuzar menjelaskan, PSN dapat memusnahkan larva perpindahan (jentik). Oleh karena itu, dia menilai PSN harus diefektifkan. Namun, hal itu bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatam sendiri, tapi semua pihak, khusus yang berhubungan langsung ke masyarakat. “Bukan hanya Dinas Kesehatan saja. Lurah dan Kepling juga harus ikut menggerakkan masyarakat untuk melakukan PSN,” tambahnya.

Mengefektifkan PSN sendiri bukan pekara mudah, khususnya di Kota Medan. Sebab, masyarakat kota lebih cenderung eksklusif dalam bermasyarakat, sehingga sulit untuk diajak terlibat dalam pelaksanaan PSN.

Delyuzar menyarankan agar masyarakat kota harus memiliki komunitas, sehingga pemberantasan penyakit DBD ini dapat dilakukan secara efektif. “DBD ini bukan hanya menyerang masyarakat bawah saja. Tetapi juga seluruh masyarakat, termasuk untuk mereka yang tinggal dikawasan perumahan, ” tambah Delyuzar.

Sebelumnya, Kepala Bidang PMK Dinkes Sumut dr NG Hikmet MKes mengatakan, jumlah kasus DBD tertinggi Kabupaten/Kota selama 2015 hingga November 2016 adalah Kota Medan. Selama kurun waktu tersebut, 3.010 warga Medan menderita DBD, dimana 17 meninggal.Kabupaten Deliserdang berada di posisi kedua dengan 1.958 penderita dan 10 meninggal. (ain/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/