25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Soekarno pun Pernah Mendarat di Silangit

Foto: New Tapanuli/Sumut Pos Grup Presiden Joko Widodo diulosi sebagai ungkapan selamat datang di Bonapasogit Taput, oleh  Bupati Tapanuli Utara (Taput) Drs Nikson Nababan dan jajarannya, disaksikan Plt. Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi, di Bandara Silangit Taput, Selasa (1/3/2016). Presiden tiba di Silangit dengan menumpang pesawat CN-295 pada pukul 12.40 WIB.
Foto: New Tapanuli/Sumut Pos Grup
Presiden Joko Widodo diulosi sebagai ungkapan selamat datang di Bonapasogit Taput, oleh
Bupati Tapanuli Utara (Taput) Drs Nikson Nababan dan jajarannya, disaksikan Plt. Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi, di Bandara Silangit Taput, Selasa (1/3/2016). Presiden tiba di Silangit dengan menumpang pesawat CN-295 pada pukul 12.40 WIB.

SUMUTPOS.CO – Siborong-borong merupakan salah satu dari tujuh Bandar Udara (Bandara) di propinsi yang termasuk dalam tatana kebandar udaraan Nasional dengan letak yang sangat strategis karena berada di pusat/tengah antara delapan) Kabupaten di sekitar Kawasan Danau Toba.

 

Pada 9 Maret 2005 Pengoperasiaan Bandar Udara Silangit diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia dimana sampai dengan saat ini telah menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan baik secara fisik maupun dari pergerakan penumpang dan terlihat dari pergerakan pesawat jenis CN-235 yang menerbangi rute Medan-Silangit , C 212, F-50,F-28, C 208, B 1900.

 

Di samping itu juga Bandara Silangit sudah melakukan penataan untuk dapat didarati oleh Pesawat yang berbadan besar jenis B 737-400 dan Air Bus A 319. Posisi Bandara Silangit itu sendiri, diperkirakan hanya berjarak sekitar 10 Km dari Danau Toba. Dan kini, penerbangan ke lokai itu bisa langsung dari Medan pula.

 

Bandara Silangit di Tapanuli Utara merupakan salah satu bandara tertua di Indonesia dan memiliki sejarah yang sangat panjang. Itu antara lain dikemukakan Letjen TNI Pur TB Silalahi, saat mendarat di sana dalam penerbangan perdana Wings Air” dari Batam ke Silangit, Siborongborong, beberapa waktu lalu.

 

Menurut TB Silalahi, hal itu dimulai ketika Jepang hampir kalah di Perang Dunia II pada tahun 1944, dimana semua armada pesawat tempurnya di Sumatera bagian Utara dipindahkan ke Bandara Silangit. Pada waktu itu landasannya masih dari rumput karena jenis pesawatnya juga masih ringan.

 

”Presiden RI pertama Ir Soekarno juga sudah pernah mendarat di Bandara Silangit pada tahun 1950-an. Waktu itu saya masih duduk di bangku SD dan ikut menyambut kedatangan Presiden Soekarno bersama rakyat Tapanuli,” kenangnya.

 

Kondisi Bandara Silangit yang kemudian kurang mendapat perhatian, membuat TB Silalahi sejak tahun 2005 mendorong agar pembangunan Bandara Silangit dijadikan salah satu prioritas. Termasuk dengan mendatangkan Presiden SBY ke Tapanuli dan mendarat di bandara tersebut.

 

“Orang Batak yang tinggal diperantauan, seperti Jabodetabek dan Batam sangat banyak, tetapi mereka enggan pulang ke kampung halaman karena akses darat yang cukup jauh dari Kota Medan ke kampungnya. Selain itu kondisi jalan yang kurang bagus.

 

“Semoga orang Batak juga dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk akses pulang kampung dengan cara cepat dan mudah. Begitu juga bagi para pebisnis, tentunya,” pungkas TB Silalahi.

 

Foto: New Tapanuli/Sumut Pos Grup Presiden Joko Widodo diulosi sebagai ungkapan selamat datang di Bonapasogit Taput, oleh  Bupati Tapanuli Utara (Taput) Drs Nikson Nababan dan jajarannya, disaksikan Plt. Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi, di Bandara Silangit Taput, Selasa (1/3/2016). Presiden tiba di Silangit dengan menumpang pesawat CN-295 pada pukul 12.40 WIB.
Foto: New Tapanuli/Sumut Pos Grup
Presiden Joko Widodo diulosi sebagai ungkapan selamat datang di Bonapasogit Taput, oleh
Bupati Tapanuli Utara (Taput) Drs Nikson Nababan dan jajarannya, disaksikan Plt. Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi, di Bandara Silangit Taput, Selasa (1/3/2016). Presiden tiba di Silangit dengan menumpang pesawat CN-295 pada pukul 12.40 WIB.

SUMUTPOS.CO – Siborong-borong merupakan salah satu dari tujuh Bandar Udara (Bandara) di propinsi yang termasuk dalam tatana kebandar udaraan Nasional dengan letak yang sangat strategis karena berada di pusat/tengah antara delapan) Kabupaten di sekitar Kawasan Danau Toba.

 

Pada 9 Maret 2005 Pengoperasiaan Bandar Udara Silangit diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia dimana sampai dengan saat ini telah menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan baik secara fisik maupun dari pergerakan penumpang dan terlihat dari pergerakan pesawat jenis CN-235 yang menerbangi rute Medan-Silangit , C 212, F-50,F-28, C 208, B 1900.

 

Di samping itu juga Bandara Silangit sudah melakukan penataan untuk dapat didarati oleh Pesawat yang berbadan besar jenis B 737-400 dan Air Bus A 319. Posisi Bandara Silangit itu sendiri, diperkirakan hanya berjarak sekitar 10 Km dari Danau Toba. Dan kini, penerbangan ke lokai itu bisa langsung dari Medan pula.

 

Bandara Silangit di Tapanuli Utara merupakan salah satu bandara tertua di Indonesia dan memiliki sejarah yang sangat panjang. Itu antara lain dikemukakan Letjen TNI Pur TB Silalahi, saat mendarat di sana dalam penerbangan perdana Wings Air” dari Batam ke Silangit, Siborongborong, beberapa waktu lalu.

 

Menurut TB Silalahi, hal itu dimulai ketika Jepang hampir kalah di Perang Dunia II pada tahun 1944, dimana semua armada pesawat tempurnya di Sumatera bagian Utara dipindahkan ke Bandara Silangit. Pada waktu itu landasannya masih dari rumput karena jenis pesawatnya juga masih ringan.

 

”Presiden RI pertama Ir Soekarno juga sudah pernah mendarat di Bandara Silangit pada tahun 1950-an. Waktu itu saya masih duduk di bangku SD dan ikut menyambut kedatangan Presiden Soekarno bersama rakyat Tapanuli,” kenangnya.

 

Kondisi Bandara Silangit yang kemudian kurang mendapat perhatian, membuat TB Silalahi sejak tahun 2005 mendorong agar pembangunan Bandara Silangit dijadikan salah satu prioritas. Termasuk dengan mendatangkan Presiden SBY ke Tapanuli dan mendarat di bandara tersebut.

 

“Orang Batak yang tinggal diperantauan, seperti Jabodetabek dan Batam sangat banyak, tetapi mereka enggan pulang ke kampung halaman karena akses darat yang cukup jauh dari Kota Medan ke kampungnya. Selain itu kondisi jalan yang kurang bagus.

 

“Semoga orang Batak juga dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk akses pulang kampung dengan cara cepat dan mudah. Begitu juga bagi para pebisnis, tentunya,” pungkas TB Silalahi.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/