25 C
Medan
Tuesday, October 8, 2024
spot_img

Rhenald Kasali: Tak Cukup Panorama Toba, Siapkan juga Atraksi

Komisaris Utama PT Angkasa Pura II, Rhenald Kasali.
Komisaris Utama PT Angkasa Pura II, Rhenald Kasali.

SILANGIT, SUMUTPOS.CO – Pengamat Ekonomi yang juga Komisaris Utama PT Angkasa Pura II Rhenald Kasali optimistis kawasan wisata Danau Toba bakal segera ‘menyala’ dalam waktu cepat. Dia mengamati totalitas perhatian pemerintah dari berbagai lini dan keseriusan melakukan terobosan percepatan.

“Hitungan saya, tiga tahun sudah bisa running,” jawab Rhenald Kasali di Bandara Silangit, Selasa (22/3).

Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengejar percepatan itu? Tahap awal ini sudah on track, membereskan infrastruktur yang menjadi kendala akses menuju ke Toba. Perpanjangan landasan Silangit Airport, dari 2.400 meter menjadi 2.650 meter, lalu lebar dari 30 meter ke 45 meter. Dimensi Apron menjadi 140 x 300 meter persegi, mampu menampung 4 aircraft, pesawat berbadan lebar Boing 737-500.

Perbaikan terminal penumpang, dari 500 meter persegi ke 1.706 meter persegi, parkir menjadi 5.000 meter persegi, power house menjadi 240 meter persegi. Tetapi desain semua bangunan dan ornamennya tetap menggunakan pola budaya Batak, dengan bentuk mirip segitiga sama kaki. Dominasi warna merah, hitam dan putih.

“Tapi ingat, ini baru aksesibilitas lho ya? Atraksinya juga harus dibangun dan dirancang dengan baik,” jelas Rhenald.

Alam Danau Toba memang indah, semua orang mengakui itu. Tetapi mengandalkan keindahan danau dan panorama alam saja tidak cukup untuk menarik wisatawan. Harus lebih kreatif, melibatkan masyarakat, dan unik.

“Misalnya, ada unsur menanam pohon di bukit-bukit yang botak. Experience di homestay penduduk, agar menangkap local culture di sana. Itu jauh lebih bermakna dalam menjual pariwisata Danau Toba,” ungkap pengajar UI itu.

Soal kultur, Rhenald tidak begitu khawatir. Banyak penyanyi, pemusik, komposer, yang terlahir di tanah Batak. Mereka dikaruniai kelebihan suara yang merdu. Tarian dan kesenian lain juga cukup atraktif, dengan music tradisional yang membuat orang bisa bergoyang.

“Kesenian rakyat dan budaya turun-temurun itu harus dipelihara dan dihidupkan lagi,” ungkap Rhenald Kasali.

Rhenald juga melihat domestic market itu luar biasa besar. Daya beli orang Indonesia saat ini sudah makin kuat. Yang cepat menghidupkan kawasan wisata itu, ya pasar wisnus dulu.

“Keluarga-keluarga muda yang sering berbicara, kita liburan mau ke mana ya? Nah, itu target market yang potensial. Apalagi kalau tiket Jakarta-Silangit PP Rp1,2 juta? Itu akan sangat ideal dan terjangkau,” kata dia.

Komisaris Utama PT Angkasa Pura II, Rhenald Kasali.
Komisaris Utama PT Angkasa Pura II, Rhenald Kasali.

SILANGIT, SUMUTPOS.CO – Pengamat Ekonomi yang juga Komisaris Utama PT Angkasa Pura II Rhenald Kasali optimistis kawasan wisata Danau Toba bakal segera ‘menyala’ dalam waktu cepat. Dia mengamati totalitas perhatian pemerintah dari berbagai lini dan keseriusan melakukan terobosan percepatan.

“Hitungan saya, tiga tahun sudah bisa running,” jawab Rhenald Kasali di Bandara Silangit, Selasa (22/3).

Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengejar percepatan itu? Tahap awal ini sudah on track, membereskan infrastruktur yang menjadi kendala akses menuju ke Toba. Perpanjangan landasan Silangit Airport, dari 2.400 meter menjadi 2.650 meter, lalu lebar dari 30 meter ke 45 meter. Dimensi Apron menjadi 140 x 300 meter persegi, mampu menampung 4 aircraft, pesawat berbadan lebar Boing 737-500.

Perbaikan terminal penumpang, dari 500 meter persegi ke 1.706 meter persegi, parkir menjadi 5.000 meter persegi, power house menjadi 240 meter persegi. Tetapi desain semua bangunan dan ornamennya tetap menggunakan pola budaya Batak, dengan bentuk mirip segitiga sama kaki. Dominasi warna merah, hitam dan putih.

“Tapi ingat, ini baru aksesibilitas lho ya? Atraksinya juga harus dibangun dan dirancang dengan baik,” jelas Rhenald.

Alam Danau Toba memang indah, semua orang mengakui itu. Tetapi mengandalkan keindahan danau dan panorama alam saja tidak cukup untuk menarik wisatawan. Harus lebih kreatif, melibatkan masyarakat, dan unik.

“Misalnya, ada unsur menanam pohon di bukit-bukit yang botak. Experience di homestay penduduk, agar menangkap local culture di sana. Itu jauh lebih bermakna dalam menjual pariwisata Danau Toba,” ungkap pengajar UI itu.

Soal kultur, Rhenald tidak begitu khawatir. Banyak penyanyi, pemusik, komposer, yang terlahir di tanah Batak. Mereka dikaruniai kelebihan suara yang merdu. Tarian dan kesenian lain juga cukup atraktif, dengan music tradisional yang membuat orang bisa bergoyang.

“Kesenian rakyat dan budaya turun-temurun itu harus dipelihara dan dihidupkan lagi,” ungkap Rhenald Kasali.

Rhenald juga melihat domestic market itu luar biasa besar. Daya beli orang Indonesia saat ini sudah makin kuat. Yang cepat menghidupkan kawasan wisata itu, ya pasar wisnus dulu.

“Keluarga-keluarga muda yang sering berbicara, kita liburan mau ke mana ya? Nah, itu target market yang potensial. Apalagi kalau tiket Jakarta-Silangit PP Rp1,2 juta? Itu akan sangat ideal dan terjangkau,” kata dia.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/