30 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Granat: Jika Perlu Ditembak Mati

Ketua Granat Sumut, Hamdani Harahap.

SUMUTPOS.CO – Oknum Polisi kembali terlibat dalam peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Bahkan kemarin, dua oknum Polisi diduga terlibat jaringan narkoba internasional yang dikendalikan bandar dari Malaysia. Ini bagaikan tamparan bagi Kapolda Sumut Irjen Pol Paulus Waterpau. Apalagi selama enam bulan dia menjabat, sudah dua kali pengungkapan besar nakoba jaringan internasional ada keterlibatan oknum Polisi di dalamnya.

Menyikapi kondisi ini, Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Sumut mendesak Kapolda Sumut untuk segera membenahi jajarannya. Menurut Ketua Granat Sumut, Hamdani Harahap, keterlibatan dua oknum Polisi dalam jaringan internasional yang baru diungkap kemarin, menjadi bukti kalau masih ada campur tangan oknum polisi dalam peredaran narkotika di negeri ini.

“Jadi kita berharap agar Kapolda Sumut tidak sekadar retorika untuk bersih-bersih ke dalam. Saya sebenarnya memberikan apresiasi cukup tinggi untuk pengungkapan narkoba kali ini, skala internasional barangbuktinya banyak,” kata Hamdani Harahap kepada Sumut Pos, Kamis (7/12).

Meski dia mengakui, mendeteksi anggota Polri yang terlibat dalam jaringan peredaran narkotika tidak mudah, setidaknya dia berharap jangan ada upaya menutup-nutupi oknum anggota Polri yang terlibat narkoba. “Bagaimana teknisnya biar Pak Kapolda yang memikirkan. Apakah sanksi tegas seperti ditembak mati seperti tersangka-tersangka bandar narkoba yang sebelum-sebelumnya atau bagaimana. Diharapkan upaya itu efektif menekan keterlibatan oknum anggota Polri terlibat penyalahgunaan dan peredaran narkotika,” jelasnya.

Kemudian lagi, kata Hamdani, ketegasan bukan cuma di tingkat polisinya, jaksa dan hakim juga harus melihat hal ini sama seriusnya. “Maksud saya, jangan nanti sudah banyak Polisi ditangkap terlibat narkoba, disidang vonisnya malah rendah. Di sinilah ketegasan jaksa dan hakim. Jangan pula mereka yang bermain, menuntut hukuman kecil sehingga vonis nya kecil pula,” tegas Hamdani.

Sebelumnya, kriminolog Redianto Sidi juga menilai, keterlibatan oknum penegak hukum dalam jaringan narkoba, semakin menambah kuat jaringan tersebut, bahkan merasa seperti dilindungi. “Jaringan mereka sudah kuat dan dibacking lagi oleh oknum-oknum aparat. Apalagi, peredaran narkoba ini sangat menjanjikan keuntungan besar,” tuturnya.

Karenanya, dia mendesak Irjen Pol Paulus Waterpauw sebagai kepala Kepolisian tertinggi diwilayah ini untuk lebih serius lagi mengungkap kasus yang lebih besar dalam peredaran narkoba ini. “Kenapa masih banyak saja jaringan narkoba beraksi? Karena masih banyak oknum aparat yang bermain, belum bisa ditembus dan diungkap jaringannya,” ucap Redianto.

Menyikapi ini, Kapolda Sumut Irjen Pol Paulus Waterpaw mengatakan, pihaknya tidak main-main kepada personel Polri yang terlibat dalam peredaran narkoba. “Pejabat Kapolsek di Nias kita tangkap karena bergaul dengan bandar di Tanjungbalai. Tapi, tidak ada barang buktinya. Namun, kita masih terus dalami kasus ini,” ucap Paulus saat menghadiri acara Dialog Umat Beragama, Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat Sumatera Utara di International Convention Center (MICC) Jalan Gagak Hitam Medan, kemarin siang.

Ketua Granat Sumut, Hamdani Harahap.

SUMUTPOS.CO – Oknum Polisi kembali terlibat dalam peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Bahkan kemarin, dua oknum Polisi diduga terlibat jaringan narkoba internasional yang dikendalikan bandar dari Malaysia. Ini bagaikan tamparan bagi Kapolda Sumut Irjen Pol Paulus Waterpau. Apalagi selama enam bulan dia menjabat, sudah dua kali pengungkapan besar nakoba jaringan internasional ada keterlibatan oknum Polisi di dalamnya.

Menyikapi kondisi ini, Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Sumut mendesak Kapolda Sumut untuk segera membenahi jajarannya. Menurut Ketua Granat Sumut, Hamdani Harahap, keterlibatan dua oknum Polisi dalam jaringan internasional yang baru diungkap kemarin, menjadi bukti kalau masih ada campur tangan oknum polisi dalam peredaran narkotika di negeri ini.

“Jadi kita berharap agar Kapolda Sumut tidak sekadar retorika untuk bersih-bersih ke dalam. Saya sebenarnya memberikan apresiasi cukup tinggi untuk pengungkapan narkoba kali ini, skala internasional barangbuktinya banyak,” kata Hamdani Harahap kepada Sumut Pos, Kamis (7/12).

Meski dia mengakui, mendeteksi anggota Polri yang terlibat dalam jaringan peredaran narkotika tidak mudah, setidaknya dia berharap jangan ada upaya menutup-nutupi oknum anggota Polri yang terlibat narkoba. “Bagaimana teknisnya biar Pak Kapolda yang memikirkan. Apakah sanksi tegas seperti ditembak mati seperti tersangka-tersangka bandar narkoba yang sebelum-sebelumnya atau bagaimana. Diharapkan upaya itu efektif menekan keterlibatan oknum anggota Polri terlibat penyalahgunaan dan peredaran narkotika,” jelasnya.

Kemudian lagi, kata Hamdani, ketegasan bukan cuma di tingkat polisinya, jaksa dan hakim juga harus melihat hal ini sama seriusnya. “Maksud saya, jangan nanti sudah banyak Polisi ditangkap terlibat narkoba, disidang vonisnya malah rendah. Di sinilah ketegasan jaksa dan hakim. Jangan pula mereka yang bermain, menuntut hukuman kecil sehingga vonis nya kecil pula,” tegas Hamdani.

Sebelumnya, kriminolog Redianto Sidi juga menilai, keterlibatan oknum penegak hukum dalam jaringan narkoba, semakin menambah kuat jaringan tersebut, bahkan merasa seperti dilindungi. “Jaringan mereka sudah kuat dan dibacking lagi oleh oknum-oknum aparat. Apalagi, peredaran narkoba ini sangat menjanjikan keuntungan besar,” tuturnya.

Karenanya, dia mendesak Irjen Pol Paulus Waterpauw sebagai kepala Kepolisian tertinggi diwilayah ini untuk lebih serius lagi mengungkap kasus yang lebih besar dalam peredaran narkoba ini. “Kenapa masih banyak saja jaringan narkoba beraksi? Karena masih banyak oknum aparat yang bermain, belum bisa ditembus dan diungkap jaringannya,” ucap Redianto.

Menyikapi ini, Kapolda Sumut Irjen Pol Paulus Waterpaw mengatakan, pihaknya tidak main-main kepada personel Polri yang terlibat dalam peredaran narkoba. “Pejabat Kapolsek di Nias kita tangkap karena bergaul dengan bandar di Tanjungbalai. Tapi, tidak ada barang buktinya. Namun, kita masih terus dalami kasus ini,” ucap Paulus saat menghadiri acara Dialog Umat Beragama, Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat Sumatera Utara di International Convention Center (MICC) Jalan Gagak Hitam Medan, kemarin siang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/