25.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Kakek Dibunuh di Gudang

Diuga dibunuh, pria ini tewas di belakang rumahnya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Nasib tragis dialami Bahtiar. Kakek 69 tahun ini ditemukan tewas dengan luka hantaman benda tumpul, Kamis (7/12) malam di gudang belakang rumahnya. Anehnya, keluarga menolak buat pengaduan.

Awalnya, malam itu Bahtiar disuruh istrinya, Asnida (69) menyalakan pompa air di gudang belakang mereka sekaligus tempat bekerja korban. Sembari menunggu suaminya, Asnida yang sedang sakit memilih istirahat dan tertidur sejenak.

Saat terbangun sekira pukul 21.00 wib, perempuan ini terbangun. Mengetahui suaminya belum pulang, dia menghubungi tetangganya bernama Fadlan agar melihat Bahtiar di gudang.

Mengetahui Asnida memang kurang sehat, Fadlan pun bergegas. Setiba di gudang, Fadlan mendapati korban tergeletak di lantai dengan posisi tubuh miring ke kanan.

Saat didekati, dia melihat kepala kiri Bahtiar mengeluarkan darah. Tidak hanya itu, punggungnya juga luka memar, ada luka di lutut kiri, serta telinga sebelah kiri mengeluarkan darah.

Panik, Fadlan segera memberitahu temuannya kepada Asnida. Sejurus kemudian dia memanggil tetangga lainnya yakni Rahmat, Tumin, dan Budi. Selanjutnya mereka berempat membawa korban ke RS Haji, Percut Sei Tuan. Sekitar setengah jam dirawat, pihak rumah sakit menyatakan bahwa Bahtiar sudah meninggal dunia.

Usai mengurus semua administrasi, jenasah Bahtiar dibawa ke rumah duka. Melihat ada kejanggalan atas kematian korban, tetangga melapor ke Polsek Percut Sei Tuan. Berselang hampir setengah jam polisi tiba dan melakukan olah TKP.

Di lokasi, petugas mendapati darah korban sudah ditimbun pakai pasir. Dasar itu, polisi menyarankan pihak keluarga membuat pengaduan, serta mengijinkan jenazah korban dibawa ke RS Bhayangkara Medan diotopsi.

Berdalih tidak bisa mengambil keputusan sendiri, Asnida meminta petugas agar menunggu anak-anak mereka tiba dari luar kota. Jumat (8/12) sekira pukul 10.00 wib, keempat anak korban yakni Desi Arda, Irfan Sani, Zulkifli Hardani, dan Fadli Arda akhirnya tiba di rumah duka.

Mengetahui kedatangan anak-anak korban, Kapolsek Percut Sei Tuan Kompol Pardamean Hutahaean, Kanit Reskrim Iptu Philip Antonio Purba dan personil lainnya tiba di rumah duka. Lagi-lagi, Kapolsek meminta persetujuan pihak keluarga supaya jasad korban diotopsi, namun pihak keluarga menolak.

Kapolsek kemudian menghubungi Tim Inavis Polrestabes Medan. Setibanya di lokasi, tim Inavis melakukan pengecekan TKP dan pemeriksaan terhadap tubuh korban.

Selanjutnya keluarga korban membuat surat pernyataan tak bersedia diotopsi/visum. Keluarga juga tidak membuat pengaduan kepada pihak kepolisian secara tertulis di atas materai. Pernyataan tersebut diketahui Kepala Dusun (Kadus) Dusun I Desa Bandar Setia, Suyatno.

Selanjutnya jenazah korban dimakamkan. Setelah itu Kapolsek beserta anggotanya kembali ke Mapolsek.

“Kita sudah membujuk pihak keluarga agar membuat laporan serta dilakukan otopsi, sebab terdapat beberapa luka di tubuh korban, diduga akibat benda tumpul, namun tak mau dan membuat surat pernyataan. Walaupun begitu, kita sudah membuat laporan polisi model A, melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi. Dan lokasi sudah dipasangi garis polisi/police line,” jelasnya. (sor/ras)

 

 

Diuga dibunuh, pria ini tewas di belakang rumahnya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Nasib tragis dialami Bahtiar. Kakek 69 tahun ini ditemukan tewas dengan luka hantaman benda tumpul, Kamis (7/12) malam di gudang belakang rumahnya. Anehnya, keluarga menolak buat pengaduan.

Awalnya, malam itu Bahtiar disuruh istrinya, Asnida (69) menyalakan pompa air di gudang belakang mereka sekaligus tempat bekerja korban. Sembari menunggu suaminya, Asnida yang sedang sakit memilih istirahat dan tertidur sejenak.

Saat terbangun sekira pukul 21.00 wib, perempuan ini terbangun. Mengetahui suaminya belum pulang, dia menghubungi tetangganya bernama Fadlan agar melihat Bahtiar di gudang.

Mengetahui Asnida memang kurang sehat, Fadlan pun bergegas. Setiba di gudang, Fadlan mendapati korban tergeletak di lantai dengan posisi tubuh miring ke kanan.

Saat didekati, dia melihat kepala kiri Bahtiar mengeluarkan darah. Tidak hanya itu, punggungnya juga luka memar, ada luka di lutut kiri, serta telinga sebelah kiri mengeluarkan darah.

Panik, Fadlan segera memberitahu temuannya kepada Asnida. Sejurus kemudian dia memanggil tetangga lainnya yakni Rahmat, Tumin, dan Budi. Selanjutnya mereka berempat membawa korban ke RS Haji, Percut Sei Tuan. Sekitar setengah jam dirawat, pihak rumah sakit menyatakan bahwa Bahtiar sudah meninggal dunia.

Usai mengurus semua administrasi, jenasah Bahtiar dibawa ke rumah duka. Melihat ada kejanggalan atas kematian korban, tetangga melapor ke Polsek Percut Sei Tuan. Berselang hampir setengah jam polisi tiba dan melakukan olah TKP.

Di lokasi, petugas mendapati darah korban sudah ditimbun pakai pasir. Dasar itu, polisi menyarankan pihak keluarga membuat pengaduan, serta mengijinkan jenazah korban dibawa ke RS Bhayangkara Medan diotopsi.

Berdalih tidak bisa mengambil keputusan sendiri, Asnida meminta petugas agar menunggu anak-anak mereka tiba dari luar kota. Jumat (8/12) sekira pukul 10.00 wib, keempat anak korban yakni Desi Arda, Irfan Sani, Zulkifli Hardani, dan Fadli Arda akhirnya tiba di rumah duka.

Mengetahui kedatangan anak-anak korban, Kapolsek Percut Sei Tuan Kompol Pardamean Hutahaean, Kanit Reskrim Iptu Philip Antonio Purba dan personil lainnya tiba di rumah duka. Lagi-lagi, Kapolsek meminta persetujuan pihak keluarga supaya jasad korban diotopsi, namun pihak keluarga menolak.

Kapolsek kemudian menghubungi Tim Inavis Polrestabes Medan. Setibanya di lokasi, tim Inavis melakukan pengecekan TKP dan pemeriksaan terhadap tubuh korban.

Selanjutnya keluarga korban membuat surat pernyataan tak bersedia diotopsi/visum. Keluarga juga tidak membuat pengaduan kepada pihak kepolisian secara tertulis di atas materai. Pernyataan tersebut diketahui Kepala Dusun (Kadus) Dusun I Desa Bandar Setia, Suyatno.

Selanjutnya jenazah korban dimakamkan. Setelah itu Kapolsek beserta anggotanya kembali ke Mapolsek.

“Kita sudah membujuk pihak keluarga agar membuat laporan serta dilakukan otopsi, sebab terdapat beberapa luka di tubuh korban, diduga akibat benda tumpul, namun tak mau dan membuat surat pernyataan. Walaupun begitu, kita sudah membuat laporan polisi model A, melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi. Dan lokasi sudah dipasangi garis polisi/police line,” jelasnya. (sor/ras)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/