26.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Ruhut Diduga Sengaja Disusupkan

Ruhut Sitompul, politisi Demokrat.
Ruhut Sitompul, politisi Demokrat.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kehadiran Ruhut Sitompul di kubu Ahok-Djarot dinilai sebagai langkah strategis jangka panjang Partai Demokrat. Apalagi, hingga kini Partai Demokrat belum juga mengambil keputusan tegas terhadap sikap Ruhut yang membelot di Pilkada DKI Jakarta.

Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, ada pembiaran yang dilakukan Partai Demokrat atas tindakan Ruhut Sitompul. Pembiaran itu menurutnya, terlihat dari belum adanya sanksi yang dijatuhkan Partai Demokrat tehadap Ruhut. Padahal, Ruhut jelas-jelas memilih sikap berseberangan dengan keputusan partai, bahkan masuk dalam tim pemenangan pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang diusung PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, dan Hanura itu.

Pembiaran ini, dinilainya bisa menimbulkan persepsi bahwa Ruhut memang ditugaskan Partai Demokrat untuk masuk dalam tim Ahok-Djarot. “Bisa dicitrakan, Ruhut memang ditugaskan Demokrat di Timses Ahok,” ujar Hendri, kemarin.

“Kalau didiamkan oleh Demokrat kan wajar bila publik ada yang memandang begitu,” lanjut dia.

Hendri mengatakan, Demokrat perlu mempertimbangkan sanksi bagi kader-kader yang membelot terhadap keputusan partai. “Tapi yang harus dipertimbangkan Demokrat adalah sisi karisma partai di mata rakyat dan pemilihnya bila mendiamkan isu Ruhut ini. Karena bisa saja langkah Ruhut diikuti tokoh Demokrat lain di daerah selain Jakarta,” kata Hendri.

Meski demikian, ia berpandangan, sanksi yang dijatuhkan jangan sampai berupa pemecatan. Sanksi ini dinilainya akan menjadi bumerang bagi Demokrat dan justru menaikkan popularitas Ruhut.

“Minimal teguran keras. Tapi saya rasa tidak akan sampai ke pemecatan. Bila sekarang dipecat, maka nama Ruhut akan menjulang karena dianggap dizalimi. Bila mau dipecat, sebaiknya nanti saat kondisi politik lebih tenang dan adem, usai Pilkada,” ujar Hendri.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Boni Hargens menilai, kehadiran Ruhut sebagai juru bicara di tim sukses akan merugikan pasangan Ahok-Djarot. Sebab, Ruhut dikenal sebagai politikus plin-plan.

“Semua orang tahu, 10 tahun bersama SBY, hari ini menyerang keluarga SBY. Jadi orang akan berpikir, apakah orang ini cocok mewakili Ahok? Saya kira merugikan Ahok,” kata Boni, Kamis (6/10).

Padahal, menurut Boni, seorang juru bicara merupakan sosok yang tidak kontroversial dan bisa diterima semua kalangan. Orang yang berpikir rasional, kata Boni, akan mempertanyakan kredibilitas dan kapabilitas Ruhut.

Kendati demikian, lanjut Boni, Ruhut juga memiliki sisi positif, yaitu orang Partai Demokrat yang melihat sosoknya sebagai pahlawan di masa lalu. Sehingga ada potensi akan ada kader Demokrat lainnya yang ikut denganya mendukung Ahok-Djarot.

Boni menuturkan, seorang juru bicara harus mampu menjual karakter Cagub-Cawagub serta visi-misinya. Misalnya, juru bicara harus mampu menyampaikan Ahok sebagai pembaharu, Anies Baswedan sebagai intelektual dan Agus tokoh muda dengan prestasi cemerlang di militer.

Untuk itu, Boni menegaskan, juru bicara harus mampu membahasakan sosok Cagub-Cawagub kepada masyarakat. “Bukan cuma banyak cuap-cuap kayak Ruhut,” kata Boni.

Boni menambahkan, tidak menjadi persoalan seorang juru bicara bukan dari kalangan yang terkenal. Menurut Boni, yang terpenting dia memiliki latar belakang yang baik dan tidak kontroversial.

Ruhut Sitompul, politisi Demokrat.
Ruhut Sitompul, politisi Demokrat.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kehadiran Ruhut Sitompul di kubu Ahok-Djarot dinilai sebagai langkah strategis jangka panjang Partai Demokrat. Apalagi, hingga kini Partai Demokrat belum juga mengambil keputusan tegas terhadap sikap Ruhut yang membelot di Pilkada DKI Jakarta.

Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, ada pembiaran yang dilakukan Partai Demokrat atas tindakan Ruhut Sitompul. Pembiaran itu menurutnya, terlihat dari belum adanya sanksi yang dijatuhkan Partai Demokrat tehadap Ruhut. Padahal, Ruhut jelas-jelas memilih sikap berseberangan dengan keputusan partai, bahkan masuk dalam tim pemenangan pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang diusung PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, dan Hanura itu.

Pembiaran ini, dinilainya bisa menimbulkan persepsi bahwa Ruhut memang ditugaskan Partai Demokrat untuk masuk dalam tim Ahok-Djarot. “Bisa dicitrakan, Ruhut memang ditugaskan Demokrat di Timses Ahok,” ujar Hendri, kemarin.

“Kalau didiamkan oleh Demokrat kan wajar bila publik ada yang memandang begitu,” lanjut dia.

Hendri mengatakan, Demokrat perlu mempertimbangkan sanksi bagi kader-kader yang membelot terhadap keputusan partai. “Tapi yang harus dipertimbangkan Demokrat adalah sisi karisma partai di mata rakyat dan pemilihnya bila mendiamkan isu Ruhut ini. Karena bisa saja langkah Ruhut diikuti tokoh Demokrat lain di daerah selain Jakarta,” kata Hendri.

Meski demikian, ia berpandangan, sanksi yang dijatuhkan jangan sampai berupa pemecatan. Sanksi ini dinilainya akan menjadi bumerang bagi Demokrat dan justru menaikkan popularitas Ruhut.

“Minimal teguran keras. Tapi saya rasa tidak akan sampai ke pemecatan. Bila sekarang dipecat, maka nama Ruhut akan menjulang karena dianggap dizalimi. Bila mau dipecat, sebaiknya nanti saat kondisi politik lebih tenang dan adem, usai Pilkada,” ujar Hendri.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Boni Hargens menilai, kehadiran Ruhut sebagai juru bicara di tim sukses akan merugikan pasangan Ahok-Djarot. Sebab, Ruhut dikenal sebagai politikus plin-plan.

“Semua orang tahu, 10 tahun bersama SBY, hari ini menyerang keluarga SBY. Jadi orang akan berpikir, apakah orang ini cocok mewakili Ahok? Saya kira merugikan Ahok,” kata Boni, Kamis (6/10).

Padahal, menurut Boni, seorang juru bicara merupakan sosok yang tidak kontroversial dan bisa diterima semua kalangan. Orang yang berpikir rasional, kata Boni, akan mempertanyakan kredibilitas dan kapabilitas Ruhut.

Kendati demikian, lanjut Boni, Ruhut juga memiliki sisi positif, yaitu orang Partai Demokrat yang melihat sosoknya sebagai pahlawan di masa lalu. Sehingga ada potensi akan ada kader Demokrat lainnya yang ikut denganya mendukung Ahok-Djarot.

Boni menuturkan, seorang juru bicara harus mampu menjual karakter Cagub-Cawagub serta visi-misinya. Misalnya, juru bicara harus mampu menyampaikan Ahok sebagai pembaharu, Anies Baswedan sebagai intelektual dan Agus tokoh muda dengan prestasi cemerlang di militer.

Untuk itu, Boni menegaskan, juru bicara harus mampu membahasakan sosok Cagub-Cawagub kepada masyarakat. “Bukan cuma banyak cuap-cuap kayak Ruhut,” kata Boni.

Boni menambahkan, tidak menjadi persoalan seorang juru bicara bukan dari kalangan yang terkenal. Menurut Boni, yang terpenting dia memiliki latar belakang yang baik dan tidak kontroversial.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/