26.7 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Pengungsi Erupsi Sinabung 7 Tahun Dibiarkan Menderita

Foto: Solideo/Sumut Pos
Ribuan pengungsi erupsi Gunung Sinabung dari empat desa melakukan aksi di Gedung DPRD Kabupaten Karo, Senin (11/9). Mereka ‘menculik’ sejumlah anggota dewan untuk ikut serta menuntut dan memperjuangkan hak-hak mereka ke Kantor Bupati Karo.

SUMUTPOS.CO – Tak sanggup lagi hidup dalam penderitaan, ribuan pengungsi erupsi Gunung Sinabung dari empat desa menggeruduk gedung DPRD Kabupaten Karo, Senin (11/9) pagi. Selain menggelar orasi, pengungsi yang terdiri dari lansia, anak-anak sekolah, dan orang dewasa itu juga “menculik” para anggota dewan untuk ikut serta menuntut dan memperjuangkan hak-hak mereka ke kantor Bupati Karo.

Para pengungsi yang berasal dari Desa Sigarang-garang, Kutagugung, Sukanalu Teran Kecamatan Naman Teran, dan Desa Mardingding Kecamatan Payung tersebut juga menilai, DPRD Karo hanya memerlukan suara rakyat saja saat pemilihan, tapi setelah terpilih, mereka tak peduli dengan nasib rakyat yang diwakilinya. “Sudah tujuh tahun kami hidup di posko pengungsian. Sampai hari ini, tak ada kejelasan mengenai nasib kami. Kalian (DPRD Karo) juga tak mau tau dengan penderitaan kami,” protes warga didampingi anggota Posko Perjuangan Rakyat (Pospera).

“Sudah 7 tahun kami tidur di tenda pengungsian beralaskan tanah. Tujuh tahun kami makan apa adanya. Tujuh tahun pula kami hidup dalam ketidakpastian dan tanpa tujuan. Apa yang anggota dewan lakukan selama ini? Kenapa kalian hanya diam? Jangankan berbuat untuk mengunjungi kami, ke posko pengungsian saja kalian tidak pernah,” teriak seorang warga dengan berderai air mata.

Massa juga mengaku sudah muak dengan janji-janji manis DPRD dan Penkab Karo yang tanpa dibarengi solusi dalam mengatasi masalah pengungsi. “Kalian enak-enak duduk di kursi empuk dan ruangan ber-AC. Kalian bisa makan enak dan tinggal pesan saja. Mana keperdulian kalian atas penderitaan kami? Jangankan ikut berjuang, menjenguk kami di posko saja kalian tidak sudi. Coba kalian sekali yang tidur di posko beralaskan tanah dan tenda yang bocor selama 3 hari saja. Tahan nggak kalian? Sementara kami sudah 7 tahun tinggal di sana tanpa tujuan, dari anak kami lahir sampai sekarang sudah kelas satu SD, kami bertahan di sana. Jadi apa yang kalian lakukan selama ini? Kalian hanya diam,” kecam mereka lagi.

Foto: Solideo/Sumut Pos
Ribuan pengungsi erupsi Gunung Sinabung dari empat desa melakukan aksi di Gedung DPRD Kabupaten Karo, Senin (11/9). Mereka ‘menculik’ sejumlah anggota dewan untuk ikut serta menuntut dan memperjuangkan hak-hak mereka ke Kantor Bupati Karo.

SUMUTPOS.CO – Tak sanggup lagi hidup dalam penderitaan, ribuan pengungsi erupsi Gunung Sinabung dari empat desa menggeruduk gedung DPRD Kabupaten Karo, Senin (11/9) pagi. Selain menggelar orasi, pengungsi yang terdiri dari lansia, anak-anak sekolah, dan orang dewasa itu juga “menculik” para anggota dewan untuk ikut serta menuntut dan memperjuangkan hak-hak mereka ke kantor Bupati Karo.

Para pengungsi yang berasal dari Desa Sigarang-garang, Kutagugung, Sukanalu Teran Kecamatan Naman Teran, dan Desa Mardingding Kecamatan Payung tersebut juga menilai, DPRD Karo hanya memerlukan suara rakyat saja saat pemilihan, tapi setelah terpilih, mereka tak peduli dengan nasib rakyat yang diwakilinya. “Sudah tujuh tahun kami hidup di posko pengungsian. Sampai hari ini, tak ada kejelasan mengenai nasib kami. Kalian (DPRD Karo) juga tak mau tau dengan penderitaan kami,” protes warga didampingi anggota Posko Perjuangan Rakyat (Pospera).

“Sudah 7 tahun kami tidur di tenda pengungsian beralaskan tanah. Tujuh tahun kami makan apa adanya. Tujuh tahun pula kami hidup dalam ketidakpastian dan tanpa tujuan. Apa yang anggota dewan lakukan selama ini? Kenapa kalian hanya diam? Jangankan berbuat untuk mengunjungi kami, ke posko pengungsian saja kalian tidak pernah,” teriak seorang warga dengan berderai air mata.

Massa juga mengaku sudah muak dengan janji-janji manis DPRD dan Penkab Karo yang tanpa dibarengi solusi dalam mengatasi masalah pengungsi. “Kalian enak-enak duduk di kursi empuk dan ruangan ber-AC. Kalian bisa makan enak dan tinggal pesan saja. Mana keperdulian kalian atas penderitaan kami? Jangankan ikut berjuang, menjenguk kami di posko saja kalian tidak sudi. Coba kalian sekali yang tidur di posko beralaskan tanah dan tenda yang bocor selama 3 hari saja. Tahan nggak kalian? Sementara kami sudah 7 tahun tinggal di sana tanpa tujuan, dari anak kami lahir sampai sekarang sudah kelas satu SD, kami bertahan di sana. Jadi apa yang kalian lakukan selama ini? Kalian hanya diam,” kecam mereka lagi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/