35.6 C
Medan
Saturday, May 25, 2024

Entah Kekuatan dari Mana kok Bisa Angkat Beton

Petugas mengevakuasi korban ambruknya selasar gedung Tower II gedung BEI, di Jakarta, Senin (15/1). Selasar Tower II Gedung Bursa Efek indonesia ambruk pada sekitar pukul 12.10 WIB, sedikitnya 72 orang luka luka akibat kejadian tersebut. Foto: Ismail Pohan/INDOPOS

Teti Siahaan, korban lain, juga mengaku masih pusing. Meski perempuan 50 tahun itu pasien pertama korban ambruknya balkon BEI yang diperbolehkan pulang oleh dokter. ”Cuma, nanti saya mau CT scan kepala. Punggung juga mau dirontgen,” kata karyawan BEI tersebut.

Teti merupakan karyawan BEI. Waktu kejadian, dia akan makan siang. ”Saya berada dekat dengan resepsionis,” ujarnya. Sebelum balkon runtuh, Teti sempat mendengar suara runtuhan. Dia menggambarkan suara tersebut seperti retakan tegel. Dia juga sempat merasakan debu runtuhan mulai jatuh. ”Gak lama langsung bruk. Alarm dan water spray-nya nyala,” ujarnya.

Untung, Teti sempat menyelamatkan diri. Dia bersembunyi di bawah meja. ”Kalau nggak loncat, mungkin saya mati,” kata dia. Alhasil, tubuh Teti bermandi kaca. ”Untung, tidak ada yang menancap di kulit,” imbuhnya.

Saat berada di bawah meja, Teti sempat terjebak. Salah satu jalan adalah merobohkan dinding pembatas Starbucks yang ada di lobi. ”Saya duduki dan dorong dindingnya,” ujarnya. Akibat upayanya tersebut, terdapat lubang seukuran orang jongkok yang bisa dilewati. ”Ada beberapa orang yang lewat lubang itu juga,” ungkapnya.

Mereka yang berada di lantai-lantai atas juga turut merasakan kengerian akibat ambruknya balkon tersebut. Vigur Rino, seorang pegawai flower guide, mengaku sedang berada di dalam lift dari lantai 22 menuju lobi saat suara bergemuruh itu terdengar. ”Dari dalam lift tersebut terdengar suara benda roboh,” ujar Rino yang sudah sembilan tahun bekerja di BEI.

Setelah sampai di lobi, Rino bingung antara harus lari menyelamatkan diri sendiri atau menolong. Hati nurani menggerakkan dia untuk melakukan yang kedua. Dengan sigap dia menolong mengeluarkan satu per satu korban dari gedung. Total, dia menolong lima korban perempuan yang sebagian besar merupakan mahasiswi.

MRCCC Siloam’s Business Development Division Head Triana Tambunan menjelaskan bahwa di tempatnya ada 28 orang yang dirawat. ”Mayoritas mahasiswa,” ucapnya.

Hingga berita ini ditulis, ada tujuh orang yang harus menjalani operasi karena patah tulang. Menurut Triana, patah tulang terjadi di kaki, paha, panggul, dan tangan. ”Untuk pembiayaan, ada yang ditanggung BPJS, ada yang ditanggung BEI,” terangnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat mengunjungi pasien di MRCCC Siloam Hospitals. Dalam kunjungannya tersebut, Anies mendatangi satu per satu korban. ”Saya katakan sekarang fokus terhadap penyembuhan,” tuturnya setelah menjenguk korban.

Anies juga mengatakan bahwa pihaknya segera mengevaluasi gedung BEI. Kelayakan gedung tersebut akan ditinjau. ”Audit akan dilakukan hari ini (kemarin, Red) karena besok (hari ini, Red) sudah efektif kerja,” ujarnya. (*/c9/ttg)

Petugas mengevakuasi korban ambruknya selasar gedung Tower II gedung BEI, di Jakarta, Senin (15/1). Selasar Tower II Gedung Bursa Efek indonesia ambruk pada sekitar pukul 12.10 WIB, sedikitnya 72 orang luka luka akibat kejadian tersebut. Foto: Ismail Pohan/INDOPOS

Teti Siahaan, korban lain, juga mengaku masih pusing. Meski perempuan 50 tahun itu pasien pertama korban ambruknya balkon BEI yang diperbolehkan pulang oleh dokter. ”Cuma, nanti saya mau CT scan kepala. Punggung juga mau dirontgen,” kata karyawan BEI tersebut.

Teti merupakan karyawan BEI. Waktu kejadian, dia akan makan siang. ”Saya berada dekat dengan resepsionis,” ujarnya. Sebelum balkon runtuh, Teti sempat mendengar suara runtuhan. Dia menggambarkan suara tersebut seperti retakan tegel. Dia juga sempat merasakan debu runtuhan mulai jatuh. ”Gak lama langsung bruk. Alarm dan water spray-nya nyala,” ujarnya.

Untung, Teti sempat menyelamatkan diri. Dia bersembunyi di bawah meja. ”Kalau nggak loncat, mungkin saya mati,” kata dia. Alhasil, tubuh Teti bermandi kaca. ”Untung, tidak ada yang menancap di kulit,” imbuhnya.

Saat berada di bawah meja, Teti sempat terjebak. Salah satu jalan adalah merobohkan dinding pembatas Starbucks yang ada di lobi. ”Saya duduki dan dorong dindingnya,” ujarnya. Akibat upayanya tersebut, terdapat lubang seukuran orang jongkok yang bisa dilewati. ”Ada beberapa orang yang lewat lubang itu juga,” ungkapnya.

Mereka yang berada di lantai-lantai atas juga turut merasakan kengerian akibat ambruknya balkon tersebut. Vigur Rino, seorang pegawai flower guide, mengaku sedang berada di dalam lift dari lantai 22 menuju lobi saat suara bergemuruh itu terdengar. ”Dari dalam lift tersebut terdengar suara benda roboh,” ujar Rino yang sudah sembilan tahun bekerja di BEI.

Setelah sampai di lobi, Rino bingung antara harus lari menyelamatkan diri sendiri atau menolong. Hati nurani menggerakkan dia untuk melakukan yang kedua. Dengan sigap dia menolong mengeluarkan satu per satu korban dari gedung. Total, dia menolong lima korban perempuan yang sebagian besar merupakan mahasiswi.

MRCCC Siloam’s Business Development Division Head Triana Tambunan menjelaskan bahwa di tempatnya ada 28 orang yang dirawat. ”Mayoritas mahasiswa,” ucapnya.

Hingga berita ini ditulis, ada tujuh orang yang harus menjalani operasi karena patah tulang. Menurut Triana, patah tulang terjadi di kaki, paha, panggul, dan tangan. ”Untuk pembiayaan, ada yang ditanggung BPJS, ada yang ditanggung BEI,” terangnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat mengunjungi pasien di MRCCC Siloam Hospitals. Dalam kunjungannya tersebut, Anies mendatangi satu per satu korban. ”Saya katakan sekarang fokus terhadap penyembuhan,” tuturnya setelah menjenguk korban.

Anies juga mengatakan bahwa pihaknya segera mengevaluasi gedung BEI. Kelayakan gedung tersebut akan ditinjau. ”Audit akan dilakukan hari ini (kemarin, Red) karena besok (hari ini, Red) sudah efektif kerja,” ujarnya. (*/c9/ttg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/