31.7 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Johanes Anak Tunggal Panjaitan

Johannes Liem

SUMUTPOS.CO – Cerita tentang Direktur Biomorf Lone LLC Amerika Serikat atau perusahaan pengelola automated finger print identification system (AFIS) merk L-1 pada proyek e-KTP, Johannes Marliem yang disebut-sebut saksi penting kasus dugaan korupsi e-KTP yang melibatkan Ketua DPR RI Setya Novanto, semakin menarik. Apalagi setelah diketahui, ternyata Johannes warga Medan Amplas. Tak banyak yang menyangka, Johanes ternyata bermarga Panjaitan, putra dari Sahat Panjaitan yang beristrikan wanita Tionghoa bernama Sufia.

Menelisik lebih jauh soal siapa Johanes Marliem di Kantor Camat Medan Amplas, Jalan Garu III, terungkap kalau Johanes adalah anak tunggal. Namanya terdata di kartu keluarga (KK) orangtuanya, Sahat Panjaitan. Menurut data di KK tersebut, ayah Johanes Marliem lahir di Rantauprapat, 14 Maret 1951. Sementara ibunya, Sufia juga lahir di Rantauprapat, 20 Desember 1954.

“Saya juga tidak menyangka, rupanya Johanes Marliem itu orang kita (suku) Batak. Tapi kok tidak dibuat marganya ya? Apalagi mukanya juga oriental, mungkin turunan dari ibunya,” ungkap Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan Kantor Camat Medan Amplas, Siska ketika ditemui di ruang kerjanya, Selasa (15/8).

Dia mengaku, sesuai dengan KK milik orangtuanya di kantor camat, Johanes Marliem masih terdata sebagai anggota keluarga Sahat Panjaitan. Pemerintah Kecamatan belum menerima perubahan data yang disampaikan keluarga.

Menurutnya, memang Johanes dan orangtuanya sudah jarang terlihat di komplek Villa Gading Mas 2. Itu juga, menurut Siska, menjadi alasan tak banyak warga yang tahu kalau Johames Marliem adalah anak dari Sahat Panjaitan. “Makanya kemarin kepling tidak tahu, karena sudah lama sekali mereka tak terlihat di sana,” ujarnya.

Menurut data tersebut, Johanes Marliem lahir di Kisaran, 26 Oktober 1984. Terkait riwayat pendididikan dan perjalanan hidup saksi kunci megakorupsi e-KTP ini tak dimuat dalam KK tersebut. “Yang kami punya cuma ini saja datanya. Di KK ini juga dia belum memiliki istri,” sambung Siska.

Terkait apakah pihak keluarga sudah melapor ke kelurahan untuk mengurus surat kematian Johanes Marliem, di menyarankan Sumut Pos menemui langsung Lurah Harjosari II. “Kalau soal itu, kelurahan yang lebih tahu. Coba tanyakan ke lurah saja,” ungkapnya.

Sementara itu, Lurah Harjosari II, Haryadi Chaniago yang diwawancarai soal keberadaan Johanes Marliem mengaku tak tahu banyak. Ketika ditanya apa pekerjaan orangtua Johanes, seadanya dia menjawab. “Setahu saya dia kerja di kebun,” ujar Hariyadi.

Dia menerangkan, KK keluarga besar Johanes Marliem sudah ada di Komplek Villa Gading Mas 2 sejak 2010 lalu. Mencoba mengulik apa saja yang biasa menjadi aktivitas keluarga ini, lagi-lagi Hariyadi minim informasi. “Kami sama sekali tidak tahu apa kegiatan mereka, ini saja belum ada pihak keluarga yang melapor untuk membuat surat kematian Johanes,” terangnya.

Sementara itu, tetangga sebelah kiri rumah orangtua Johanes di Komplek Villa Gading Mas 2, begitu mengetahui kalau anak Sahat Panjaitan ada saksi kunci korupsi proyek e-KTP yang tewas di Amerika, mengaku terkejut dan tidak menyangka. Menurutnya, dulu Johanes Marliem sempat melaksanakan rangkaian proses pernikahan di komplek tersebut.

“Setahu saya memang ada anak Pak Sahat, tapi nggak tahu kalau itu dia (Johanes Marliem). Seperti kemarin saya terangkan, semenjak anaknya menikah beberapa tahun lalu, sejak itulah mereka tidak pernah lagi muncul di sini,” ungkap Nita, tetangga Johanes Marliem.

Dia mengaku juga tidak banyak berinteraksi dengan tetangganya itu. Menurutnya, keluarga Johanes Marliem sedikit tertutup namun tak lantas sombong. “Adalah beberapa kali bertegur sapa, tapi tak sering. Sudah tua orangnya pak Sahat itu, sudah punya cucu pun,” ungkapnya.

Johannes Liem

SUMUTPOS.CO – Cerita tentang Direktur Biomorf Lone LLC Amerika Serikat atau perusahaan pengelola automated finger print identification system (AFIS) merk L-1 pada proyek e-KTP, Johannes Marliem yang disebut-sebut saksi penting kasus dugaan korupsi e-KTP yang melibatkan Ketua DPR RI Setya Novanto, semakin menarik. Apalagi setelah diketahui, ternyata Johannes warga Medan Amplas. Tak banyak yang menyangka, Johanes ternyata bermarga Panjaitan, putra dari Sahat Panjaitan yang beristrikan wanita Tionghoa bernama Sufia.

Menelisik lebih jauh soal siapa Johanes Marliem di Kantor Camat Medan Amplas, Jalan Garu III, terungkap kalau Johanes adalah anak tunggal. Namanya terdata di kartu keluarga (KK) orangtuanya, Sahat Panjaitan. Menurut data di KK tersebut, ayah Johanes Marliem lahir di Rantauprapat, 14 Maret 1951. Sementara ibunya, Sufia juga lahir di Rantauprapat, 20 Desember 1954.

“Saya juga tidak menyangka, rupanya Johanes Marliem itu orang kita (suku) Batak. Tapi kok tidak dibuat marganya ya? Apalagi mukanya juga oriental, mungkin turunan dari ibunya,” ungkap Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan Kantor Camat Medan Amplas, Siska ketika ditemui di ruang kerjanya, Selasa (15/8).

Dia mengaku, sesuai dengan KK milik orangtuanya di kantor camat, Johanes Marliem masih terdata sebagai anggota keluarga Sahat Panjaitan. Pemerintah Kecamatan belum menerima perubahan data yang disampaikan keluarga.

Menurutnya, memang Johanes dan orangtuanya sudah jarang terlihat di komplek Villa Gading Mas 2. Itu juga, menurut Siska, menjadi alasan tak banyak warga yang tahu kalau Johames Marliem adalah anak dari Sahat Panjaitan. “Makanya kemarin kepling tidak tahu, karena sudah lama sekali mereka tak terlihat di sana,” ujarnya.

Menurut data tersebut, Johanes Marliem lahir di Kisaran, 26 Oktober 1984. Terkait riwayat pendididikan dan perjalanan hidup saksi kunci megakorupsi e-KTP ini tak dimuat dalam KK tersebut. “Yang kami punya cuma ini saja datanya. Di KK ini juga dia belum memiliki istri,” sambung Siska.

Terkait apakah pihak keluarga sudah melapor ke kelurahan untuk mengurus surat kematian Johanes Marliem, di menyarankan Sumut Pos menemui langsung Lurah Harjosari II. “Kalau soal itu, kelurahan yang lebih tahu. Coba tanyakan ke lurah saja,” ungkapnya.

Sementara itu, Lurah Harjosari II, Haryadi Chaniago yang diwawancarai soal keberadaan Johanes Marliem mengaku tak tahu banyak. Ketika ditanya apa pekerjaan orangtua Johanes, seadanya dia menjawab. “Setahu saya dia kerja di kebun,” ujar Hariyadi.

Dia menerangkan, KK keluarga besar Johanes Marliem sudah ada di Komplek Villa Gading Mas 2 sejak 2010 lalu. Mencoba mengulik apa saja yang biasa menjadi aktivitas keluarga ini, lagi-lagi Hariyadi minim informasi. “Kami sama sekali tidak tahu apa kegiatan mereka, ini saja belum ada pihak keluarga yang melapor untuk membuat surat kematian Johanes,” terangnya.

Sementara itu, tetangga sebelah kiri rumah orangtua Johanes di Komplek Villa Gading Mas 2, begitu mengetahui kalau anak Sahat Panjaitan ada saksi kunci korupsi proyek e-KTP yang tewas di Amerika, mengaku terkejut dan tidak menyangka. Menurutnya, dulu Johanes Marliem sempat melaksanakan rangkaian proses pernikahan di komplek tersebut.

“Setahu saya memang ada anak Pak Sahat, tapi nggak tahu kalau itu dia (Johanes Marliem). Seperti kemarin saya terangkan, semenjak anaknya menikah beberapa tahun lalu, sejak itulah mereka tidak pernah lagi muncul di sini,” ungkap Nita, tetangga Johanes Marliem.

Dia mengaku juga tidak banyak berinteraksi dengan tetangganya itu. Menurutnya, keluarga Johanes Marliem sedikit tertutup namun tak lantas sombong. “Adalah beberapa kali bertegur sapa, tapi tak sering. Sudah tua orangnya pak Sahat itu, sudah punya cucu pun,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/