31.7 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Leo: Golkar Bakal Mirip Dinosaurus

Leo Nababan, Politisi Golkar.
Leo Nababan, Politisi Golkar.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Leo Nababan tetap pada pendiriannya, menolak kebijakan Panitia Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar tentang sumbangan Rp 1 miliar dari calon ketua umum (caketum).

Meski besaran sumbangan sudah jauh dari rencana awal sebesar Rp 20 miliar, Leo tetap berpendapat cara tersebut akan menghancurkan citra Golkar di mata rakyat.

Menurut Leo, jika kebiasaan setor uang ini diteruskan oleh ketum Golkar terpilih mendatang, misal untuk menjadi calon kepala daerah harus bayar mahar ke DPP, maka nasib partai beringin rindang itu akan tamat.

“Partai Golkar akan mirip dinosaurus. Pernah besar dan akhirnya punah. Hanya akan menjadi partai kenangan,” cetus Leo Nababan kepada koran ini di Jakarta, kemarin (9/5).

Politikus Golkar yang juga orang dekat Agung Laksono itu mengatakan, di era modern dan serba digital sekarang ini, masalah uang menjadi gampang sekali merusak citra partai. Rakyat, lanjutnya, dengan cepat mencemooh dan menyebarkannya secara berantai lewat media sosial.

“Perkembangan seperti ini yang tidak disadari orang-orang Golkar yang saat ini sedang berkuasa. Mereka tidak sadar, bahwa rakyat menghendaki pertarungan ide, gagasan, dan sangat benci dengan segala urusan yang diukur dengan uang,” cetusnya lagi.

Dia memberi contoh melonjaknya pamor Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Pria yang akrab disapa Ahok itu begitu disanjung rakyat lantaran kinerjanya bagus dan memilih jalur independen untuk maju di pilgub DKI 2017. “Ahok menggunakan jalur yang tidak berbau uang, uang, uang. Yang dilihat rakyat adalah kinerja Ahok,” ujarnya lagi.

Yang dibutuhkan ke depan, lanjutnya, adalah partai yang kinerjanya benar-benar dirasakan rakyat. Bukan sebaliknya, malah bikin rakyat marah. “Dengan kasus Lapindo saja, suara Golkar sudah jeblok,” kata Leo.

Dikatakan, jika hingga pada menjelang Munaslub Golkar di Bali, 15-17 Mei mendatang, masalah setoran caketum masih terus didengung-dengungkan, maka akan semakin kuat persepsi di masyarakat bahwa liberalisasi di Partai Golkar semakin menguat.

“Dampaknya, rakyat akan membenci Golkar. Rakyat tidak suka dengan gaya mentang-mentang ada duit,” cetus Leo.

Kekhawatiran Leo bahwa Golkar akan jeblok, tidaklah mengada-ada. Caketum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, hasil survei terbaru sebuah lembaga memperlihatkan, peringkat Golkar berada di urutan ketiga di bawah PDI Perjuangan dan Gerindra.

Bahkan yang membuat sedih, angka perolehan antara partai berlambang banteng moncong putih dengan partai berlambang pohon beringin, selisihnya terpaut sangat jauh.

“Hasil survei hari ini (Senin,red), PDIP di urutan pertama dengan perolehan suara 30 persen. Kemudian Gerindra selisih kurang satu persen di atas kita dan Golkar 9 persen,” ujar Airlangga.

Menurut Airlangga, fakta tersebut memperlihatkan tantangan besar bagi kepemimpinan Golkar ke depan. Apalagi praktis hanya ada waktu dua tahun untuk berbenah, menghadapi pemilu 2019.

Leo Nababan, Politisi Golkar.
Leo Nababan, Politisi Golkar.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Leo Nababan tetap pada pendiriannya, menolak kebijakan Panitia Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar tentang sumbangan Rp 1 miliar dari calon ketua umum (caketum).

Meski besaran sumbangan sudah jauh dari rencana awal sebesar Rp 20 miliar, Leo tetap berpendapat cara tersebut akan menghancurkan citra Golkar di mata rakyat.

Menurut Leo, jika kebiasaan setor uang ini diteruskan oleh ketum Golkar terpilih mendatang, misal untuk menjadi calon kepala daerah harus bayar mahar ke DPP, maka nasib partai beringin rindang itu akan tamat.

“Partai Golkar akan mirip dinosaurus. Pernah besar dan akhirnya punah. Hanya akan menjadi partai kenangan,” cetus Leo Nababan kepada koran ini di Jakarta, kemarin (9/5).

Politikus Golkar yang juga orang dekat Agung Laksono itu mengatakan, di era modern dan serba digital sekarang ini, masalah uang menjadi gampang sekali merusak citra partai. Rakyat, lanjutnya, dengan cepat mencemooh dan menyebarkannya secara berantai lewat media sosial.

“Perkembangan seperti ini yang tidak disadari orang-orang Golkar yang saat ini sedang berkuasa. Mereka tidak sadar, bahwa rakyat menghendaki pertarungan ide, gagasan, dan sangat benci dengan segala urusan yang diukur dengan uang,” cetusnya lagi.

Dia memberi contoh melonjaknya pamor Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Pria yang akrab disapa Ahok itu begitu disanjung rakyat lantaran kinerjanya bagus dan memilih jalur independen untuk maju di pilgub DKI 2017. “Ahok menggunakan jalur yang tidak berbau uang, uang, uang. Yang dilihat rakyat adalah kinerja Ahok,” ujarnya lagi.

Yang dibutuhkan ke depan, lanjutnya, adalah partai yang kinerjanya benar-benar dirasakan rakyat. Bukan sebaliknya, malah bikin rakyat marah. “Dengan kasus Lapindo saja, suara Golkar sudah jeblok,” kata Leo.

Dikatakan, jika hingga pada menjelang Munaslub Golkar di Bali, 15-17 Mei mendatang, masalah setoran caketum masih terus didengung-dengungkan, maka akan semakin kuat persepsi di masyarakat bahwa liberalisasi di Partai Golkar semakin menguat.

“Dampaknya, rakyat akan membenci Golkar. Rakyat tidak suka dengan gaya mentang-mentang ada duit,” cetus Leo.

Kekhawatiran Leo bahwa Golkar akan jeblok, tidaklah mengada-ada. Caketum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, hasil survei terbaru sebuah lembaga memperlihatkan, peringkat Golkar berada di urutan ketiga di bawah PDI Perjuangan dan Gerindra.

Bahkan yang membuat sedih, angka perolehan antara partai berlambang banteng moncong putih dengan partai berlambang pohon beringin, selisihnya terpaut sangat jauh.

“Hasil survei hari ini (Senin,red), PDIP di urutan pertama dengan perolehan suara 30 persen. Kemudian Gerindra selisih kurang satu persen di atas kita dan Golkar 9 persen,” ujar Airlangga.

Menurut Airlangga, fakta tersebut memperlihatkan tantangan besar bagi kepemimpinan Golkar ke depan. Apalagi praktis hanya ada waktu dua tahun untuk berbenah, menghadapi pemilu 2019.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/