31.7 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Apa Hal Paling Keren yang Pernah Anda Lakukan?

Belum lagi karakter handling sepeda tandem yang pasti lebih berat.

Untuk sepedanya, saya harus berterima kasih kepada teman baik saya Anne Sekita. Dia pemegang merek Cannondale di Indonesia, dan saya bisa membeli senjata keren dari dia. Sebuah Cannondale T1 alias Tandem 1, sepeda tandem model balap dengan komponen balap.

Apa hadiahnya? Yang kalah harus membayari istri-istri (istri kami dan istri teman-teman) berlibur ke Jepang. Termasuk uang belanjanya.

Saya menambahkan tantangan untuk diri sendiri: Andai menang, saya juga akan menyumbangkan uang ke panti asuhan dengan nilai yang sama. Kan tujuan balapannya untuk memotivasi, bukan cari uang.

Ternyata, balapan kami heboh luar biasa. Rasanya seperti semua teman ikut datang untuk menonton dan menyoraki. Bahkan, teman-teman dari luar kota ikut datang pagi itu untuk menonton. Jalanan di Surabaya Timur itu berubah menjadi sirkuit sepanjang 3 km yang dikelilingi begitu banyak penonton.

Lombanya lima lap alias total 15 km. Saya tahu, untuk menang, saya harus tancap gas dari awal, meninggalkan lawan sejak awal, dan tidak boleh membiarkan dia menempel di belakang dan ’’mencuri angin’’ (di balap sepeda, kalau di belakang, kita bekerja jauh lebih ringan).

Ada mobil teman memandu di depan, satu teman lagi memotret sepanjang balapan. Di belakang banyak teman lagi ikut bersepeda, menjadi penyemangat sekaligus ’’wasit’’.

Alhamdulillah, strategi saya berhasil, saya tancap gas habis-habisan di awal. Walau sepeda berat dan panjang, dan istri saya terus goyang di belakang (karena dia pasti sulit menjaga posisi duduk dengan kaki di atas wkwkwkwk), pada dua lap pertama, saya mampu meninggalkan lawan. Speed sering di atas 40 km/jam. Setelah saya lihat data komputer usai lomba, ternyata pada dua lap pertama itu saya terus memasuki red zone (zona merah) tanda memaksa maksimal.

Saya akhirnya menang setengah lap. Teman-teman bersorak-sorak ramai. Saya yakin mereka dapat hiburan seru hari itu.

Yang saya salut, teman saya yang kalah itu sportif. Hadiah memang direvisi. Menjadi duit Rp 100 juta. Kami lantas memutuskan tidak menggunakan uang itu untuk istri-istri ke Jepang. Kami memilih weekend ke Bali, jauh lebih murah, dan uang sisanya disumbangkan.

Jadi, balapan hari itu tidak hanya menghibur, tapi juga menghasilkan uang banyak untuk mereka yang membutuhkan…

Dan saya tahu, sejak saat itu, banyak teman yang makin semangat bersepeda atau berolahraga. Termotivasi untuk tidak kelebihan berat badan. Saya yakin, saya berhak mengklaim pahala atas hal tersebut. Wkwkwkwkwk…

Sampai hari ini, saya masih sesekali melihat foto-foto seru hari itu. Lebih mengasyikkan daripada pengalaman saya bertemu LeBron James, Michael Schumacher, Valentino Rossi, atau presiden berbagai negara!

Belum lagi karakter handling sepeda tandem yang pasti lebih berat.

Untuk sepedanya, saya harus berterima kasih kepada teman baik saya Anne Sekita. Dia pemegang merek Cannondale di Indonesia, dan saya bisa membeli senjata keren dari dia. Sebuah Cannondale T1 alias Tandem 1, sepeda tandem model balap dengan komponen balap.

Apa hadiahnya? Yang kalah harus membayari istri-istri (istri kami dan istri teman-teman) berlibur ke Jepang. Termasuk uang belanjanya.

Saya menambahkan tantangan untuk diri sendiri: Andai menang, saya juga akan menyumbangkan uang ke panti asuhan dengan nilai yang sama. Kan tujuan balapannya untuk memotivasi, bukan cari uang.

Ternyata, balapan kami heboh luar biasa. Rasanya seperti semua teman ikut datang untuk menonton dan menyoraki. Bahkan, teman-teman dari luar kota ikut datang pagi itu untuk menonton. Jalanan di Surabaya Timur itu berubah menjadi sirkuit sepanjang 3 km yang dikelilingi begitu banyak penonton.

Lombanya lima lap alias total 15 km. Saya tahu, untuk menang, saya harus tancap gas dari awal, meninggalkan lawan sejak awal, dan tidak boleh membiarkan dia menempel di belakang dan ’’mencuri angin’’ (di balap sepeda, kalau di belakang, kita bekerja jauh lebih ringan).

Ada mobil teman memandu di depan, satu teman lagi memotret sepanjang balapan. Di belakang banyak teman lagi ikut bersepeda, menjadi penyemangat sekaligus ’’wasit’’.

Alhamdulillah, strategi saya berhasil, saya tancap gas habis-habisan di awal. Walau sepeda berat dan panjang, dan istri saya terus goyang di belakang (karena dia pasti sulit menjaga posisi duduk dengan kaki di atas wkwkwkwk), pada dua lap pertama, saya mampu meninggalkan lawan. Speed sering di atas 40 km/jam. Setelah saya lihat data komputer usai lomba, ternyata pada dua lap pertama itu saya terus memasuki red zone (zona merah) tanda memaksa maksimal.

Saya akhirnya menang setengah lap. Teman-teman bersorak-sorak ramai. Saya yakin mereka dapat hiburan seru hari itu.

Yang saya salut, teman saya yang kalah itu sportif. Hadiah memang direvisi. Menjadi duit Rp 100 juta. Kami lantas memutuskan tidak menggunakan uang itu untuk istri-istri ke Jepang. Kami memilih weekend ke Bali, jauh lebih murah, dan uang sisanya disumbangkan.

Jadi, balapan hari itu tidak hanya menghibur, tapi juga menghasilkan uang banyak untuk mereka yang membutuhkan…

Dan saya tahu, sejak saat itu, banyak teman yang makin semangat bersepeda atau berolahraga. Termotivasi untuk tidak kelebihan berat badan. Saya yakin, saya berhak mengklaim pahala atas hal tersebut. Wkwkwkwkwk…

Sampai hari ini, saya masih sesekali melihat foto-foto seru hari itu. Lebih mengasyikkan daripada pengalaman saya bertemu LeBron James, Michael Schumacher, Valentino Rossi, atau presiden berbagai negara!

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/