26.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Kawasan TNGL Dirambah, Warga Ngaku Pengungsi

Bupati Karo Terkelin Brahmana saat menghadiri rapat di Kantor Kemenko PMK, Jumat (19/1).

KARO, SUMUTPOS.CO -Bupati Karo Terkelin Brahmana menghadiri undangan rapat di kantor Kemenko PMK Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (19/1) sore. Rapat ini digelar sebagai bentuk persiapan pemerintah, terutama Pemkab Karo dalam menyambut kunjungan tim Reactive Monitoring Mission (RMM) oleh Internasional Union For Conservasition of Nature and Natural Resource (IUCN)-UNESCO Paris ke kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) pada Februari 2018 mendatang.

Kunjungan ini merupakan tindak lanjut hasil sidang WHC (World Heritage Centre) ke-41 2017 di Krakow Polandia untuk mengeluarkan TRHS ( Tropical Rainforest Heritage of Sumatra) dari daftar bahaya (Endangered List) 2018, terkait panas bumi kawasan Ekologi dan Aceh Spatial  Plan.

Dalam kesempatan itu/Bupati Karo mengatakan, selain menyamakan presepsi. Kedatangan UNESCO ke TNGL diharapkan dapat membantu tercapainya pembangunan jalan altetnatif Karo-Langkat sebagai jalur  evakuasi pengungsi erupsi Gunung Sinabung.

Selama ini kata Terkelin, Pemda Karo sudah melakukan lobi baik di tingkat provinsi mapun pusat terkait pembukaan jalur ini. Namun sampai hari ini, jalur evakuasi pengungsi menuju Binjai itu belum terealisasi karena kawasan tersebut masuk kawasan TNGL. Jalan alternatif Karo-Langkat ini melalui Desa Kutarakyat tembus Telagah Binjai. Selain untuk jalur evakuasi. Pembangunan jalan ini juga diperlukan untuk mengurai kemacetan jalur Berastagi-Medan.

“Karena masuk wilayah TNGL, maka proses pembangunan jalur tersebut  membutuhkan rekomendasi dari badan UNESCO untuk pemanfaatan kawasan hutan menjadi jalan penghubung Karo-Langkat. Kesempatan ini yang akan kita manfaatkan,” ungkap Bupati Karo.

Hal ini perlu disikapi karena sejak erupsi Gunung Sinabung, banyak masyarakat Karo di lapangan mengatasnamakan pengungsi menguasai lahan dekat TNGL. “Hal ini yang harus dicegah. Karena itulah, perlu penyamaan presepsi sebelum tim UNESCO turun ke lapangan,” ajaknya.

Pihak UNESCO harus mengetahui, kondisi kawasan TNGL terletak di bawah kaki Gunung Sinabung, sebab hampir wilayah kawasan hutan mulai Desa Kuta Rakyat sudah dirambah orang tak bertanggungjawab yang mengatasnamakan pengungsi.

“Beda dengan kawasan Tahura yang masuk kawasan TNGL, masih terawat dan terjaga.Maksut saya, apakah tim nantinya saat datang tidak terganggu di daerah Kutarakyat Ini sekedar informasi, agar tim segera mencari solusi,” tandasnya.

Kabid TNGL Rahmat Saleh menanggapi terkait apa  yang diutarakan Bupati Karo,tentang  adanya isu jalan tembus Karo-Langkat sebagai jalur evakuasi dan jalan alternative  sekaligus sebagai Jalur mengurai kemacetan Berastagi-Medan. Hal ini dibenarkan, Rahmat, sudah lama diusulkan ke dinas TNGL, untuk  diperuntukkan sebagai jalan tembus, ini semua sudah  di proses di TNGL. Hanya saja jalan tembus ini diminta untuk dibebaskan guna peningkatan jalan, dan tahap proses.

Sambungnya untuk kawasan hutan di Desa Kutarakyat yang dirambah dan dikuasai atas nama masyarakat pengungsi seputaran kaki Gunung Sinabung sementara tidak berbahaya. Karena masih masuk kawasan penyangga. “Jadi tugas tim UNESCO tidak terganggu saat monitoring, lain dengan kawasan Tahura, sementara ini yang dapat saya jelaskan,” ungkap Rahmat. (deo/saz)

Bupati Karo Terkelin Brahmana saat menghadiri rapat di Kantor Kemenko PMK, Jumat (19/1).

KARO, SUMUTPOS.CO -Bupati Karo Terkelin Brahmana menghadiri undangan rapat di kantor Kemenko PMK Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (19/1) sore. Rapat ini digelar sebagai bentuk persiapan pemerintah, terutama Pemkab Karo dalam menyambut kunjungan tim Reactive Monitoring Mission (RMM) oleh Internasional Union For Conservasition of Nature and Natural Resource (IUCN)-UNESCO Paris ke kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) pada Februari 2018 mendatang.

Kunjungan ini merupakan tindak lanjut hasil sidang WHC (World Heritage Centre) ke-41 2017 di Krakow Polandia untuk mengeluarkan TRHS ( Tropical Rainforest Heritage of Sumatra) dari daftar bahaya (Endangered List) 2018, terkait panas bumi kawasan Ekologi dan Aceh Spatial  Plan.

Dalam kesempatan itu/Bupati Karo mengatakan, selain menyamakan presepsi. Kedatangan UNESCO ke TNGL diharapkan dapat membantu tercapainya pembangunan jalan altetnatif Karo-Langkat sebagai jalur  evakuasi pengungsi erupsi Gunung Sinabung.

Selama ini kata Terkelin, Pemda Karo sudah melakukan lobi baik di tingkat provinsi mapun pusat terkait pembukaan jalur ini. Namun sampai hari ini, jalur evakuasi pengungsi menuju Binjai itu belum terealisasi karena kawasan tersebut masuk kawasan TNGL. Jalan alternatif Karo-Langkat ini melalui Desa Kutarakyat tembus Telagah Binjai. Selain untuk jalur evakuasi. Pembangunan jalan ini juga diperlukan untuk mengurai kemacetan jalur Berastagi-Medan.

“Karena masuk wilayah TNGL, maka proses pembangunan jalur tersebut  membutuhkan rekomendasi dari badan UNESCO untuk pemanfaatan kawasan hutan menjadi jalan penghubung Karo-Langkat. Kesempatan ini yang akan kita manfaatkan,” ungkap Bupati Karo.

Hal ini perlu disikapi karena sejak erupsi Gunung Sinabung, banyak masyarakat Karo di lapangan mengatasnamakan pengungsi menguasai lahan dekat TNGL. “Hal ini yang harus dicegah. Karena itulah, perlu penyamaan presepsi sebelum tim UNESCO turun ke lapangan,” ajaknya.

Pihak UNESCO harus mengetahui, kondisi kawasan TNGL terletak di bawah kaki Gunung Sinabung, sebab hampir wilayah kawasan hutan mulai Desa Kuta Rakyat sudah dirambah orang tak bertanggungjawab yang mengatasnamakan pengungsi.

“Beda dengan kawasan Tahura yang masuk kawasan TNGL, masih terawat dan terjaga.Maksut saya, apakah tim nantinya saat datang tidak terganggu di daerah Kutarakyat Ini sekedar informasi, agar tim segera mencari solusi,” tandasnya.

Kabid TNGL Rahmat Saleh menanggapi terkait apa  yang diutarakan Bupati Karo,tentang  adanya isu jalan tembus Karo-Langkat sebagai jalur evakuasi dan jalan alternative  sekaligus sebagai Jalur mengurai kemacetan Berastagi-Medan. Hal ini dibenarkan, Rahmat, sudah lama diusulkan ke dinas TNGL, untuk  diperuntukkan sebagai jalan tembus, ini semua sudah  di proses di TNGL. Hanya saja jalan tembus ini diminta untuk dibebaskan guna peningkatan jalan, dan tahap proses.

Sambungnya untuk kawasan hutan di Desa Kutarakyat yang dirambah dan dikuasai atas nama masyarakat pengungsi seputaran kaki Gunung Sinabung sementara tidak berbahaya. Karena masih masuk kawasan penyangga. “Jadi tugas tim UNESCO tidak terganggu saat monitoring, lain dengan kawasan Tahura, sementara ini yang dapat saya jelaskan,” ungkap Rahmat. (deo/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/