26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Bom Sarinah Ambisi Tokoh ISIS jadi Pemimpin Tertinggi

Dari penangkapan tersebut, dapat diketahui bahwa ada gabungan dari kelompok simpatisan ISIS di Indonesia. Hingga saat ini, kelompok itu masih didalami. ”Ya namanya bergabung karena sepemahaman, bisa jadi begitu,” jelasnya.

Pengamat masalah terorisme, yang juga Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas menyatakan bahwa kombinasi antara ledakan bom dan serangan Pos Polisi di depan Sarinah itu sesungguhnya sinyal bahwa ISIS benar-benar sudah ada di Indonesia. “Ledakan bom dan serangan bersenjata oleh sejumlah orang di situ baru pemberitahuan bahwa mereka sudah ada di sini,” kata Nasir Abbas.

Fakta tersebut lanjutnya, persis seperti yang sudah beberapa kali dia ingatkan dalam banyak kesempatan bahwa ISIS sudah ada di Indonesia.”Saya sudah beberapa kali menyatakan di banyak kesempatan, di Indonesia sudah ada operasi ISIS, seperti di Poso itu dan hari ini mereka memasuki ibukota,” ujar Nasir.

Melihat pola ledakan dan penyerangan, Nasir menilai ini hampir persis seperti yang terjadi Kota Paris. “Dalam banyak kesempatan saya berdoa, jangan sampai ini terjadi di Indonesia, tapi doa kita belum dikabulkan Allah, ternyata itu terjadi,” pungkasnya.

Terpisah, Pengamat intelijen Wawan Purwanto mengatakan, pola operasional teroris umumnya bersifat penanggulangan terhadap daerah-daerah yang pernah mereka serang atau tempati.

“Di mana saja aksi teroris di dunia, umumnya lebih banyak menggunakan teori recycle of story. Mereka akan beraksi kembali di daerah-daerah yang pernah diserang,” kata Wawan, di Jakarta, Kamis (14/1).

Hal itu dilakukan karena kelompok teroris sudah memiliki data sangat detail tentang daerah tersebut. “Mapping area yang sangat valid. Sementara logika publik menyatakan tak mungkin teroris kembali ke daerah yang pernah mereka serang,” ungkap Wawan.

Wawan mencontohkan, pertama kali aksi teror itu terjadi di Jakarta. Setelah itu, pindah ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Palembang, Medan, Aceh dan Poso, NTB dan kembali ke Jakarta lagi. “Oleh karena itu kita tidak boleh lengah, sebab mereka mencari celah. Pada akhir tahun 2015 tercatat ada sekitar 46 calon pengantin. Katakan dalam peristiwa Sarinah ini dilumpuhkan lima. Berarti ada 41 calon pengantin lagi yang siap menjalankan tugasnya,” imbuh Wawan. (fas/sam/mas/flo/idr/jpg/ril)

Dari penangkapan tersebut, dapat diketahui bahwa ada gabungan dari kelompok simpatisan ISIS di Indonesia. Hingga saat ini, kelompok itu masih didalami. ”Ya namanya bergabung karena sepemahaman, bisa jadi begitu,” jelasnya.

Pengamat masalah terorisme, yang juga Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas menyatakan bahwa kombinasi antara ledakan bom dan serangan Pos Polisi di depan Sarinah itu sesungguhnya sinyal bahwa ISIS benar-benar sudah ada di Indonesia. “Ledakan bom dan serangan bersenjata oleh sejumlah orang di situ baru pemberitahuan bahwa mereka sudah ada di sini,” kata Nasir Abbas.

Fakta tersebut lanjutnya, persis seperti yang sudah beberapa kali dia ingatkan dalam banyak kesempatan bahwa ISIS sudah ada di Indonesia.”Saya sudah beberapa kali menyatakan di banyak kesempatan, di Indonesia sudah ada operasi ISIS, seperti di Poso itu dan hari ini mereka memasuki ibukota,” ujar Nasir.

Melihat pola ledakan dan penyerangan, Nasir menilai ini hampir persis seperti yang terjadi Kota Paris. “Dalam banyak kesempatan saya berdoa, jangan sampai ini terjadi di Indonesia, tapi doa kita belum dikabulkan Allah, ternyata itu terjadi,” pungkasnya.

Terpisah, Pengamat intelijen Wawan Purwanto mengatakan, pola operasional teroris umumnya bersifat penanggulangan terhadap daerah-daerah yang pernah mereka serang atau tempati.

“Di mana saja aksi teroris di dunia, umumnya lebih banyak menggunakan teori recycle of story. Mereka akan beraksi kembali di daerah-daerah yang pernah diserang,” kata Wawan, di Jakarta, Kamis (14/1).

Hal itu dilakukan karena kelompok teroris sudah memiliki data sangat detail tentang daerah tersebut. “Mapping area yang sangat valid. Sementara logika publik menyatakan tak mungkin teroris kembali ke daerah yang pernah mereka serang,” ungkap Wawan.

Wawan mencontohkan, pertama kali aksi teror itu terjadi di Jakarta. Setelah itu, pindah ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Palembang, Medan, Aceh dan Poso, NTB dan kembali ke Jakarta lagi. “Oleh karena itu kita tidak boleh lengah, sebab mereka mencari celah. Pada akhir tahun 2015 tercatat ada sekitar 46 calon pengantin. Katakan dalam peristiwa Sarinah ini dilumpuhkan lima. Berarti ada 41 calon pengantin lagi yang siap menjalankan tugasnya,” imbuh Wawan. (fas/sam/mas/flo/idr/jpg/ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/