30 C
Medan
Wednesday, May 8, 2024

Ibunda Iriyanto: Tak Sanggup Saya Lihat Rumah Itu…

Foto: Fachril/PM
Rumah TKP pembunuhan Iriyanto sekeluarga di Jalan Mangaan, Mabar, Medan Deli, Kota Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Awan tebal menyelimuti matahari di sekitar Jalan Kayu Putih, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli , Rabu (12/4) siang. Cuaca mendung, seakan menggambarkan suasana hati keluarga almarhum Iriyanto, yang baru mengalami musibah.

Teratak dengan ukuran 3 x 5 meter yang terpasang di depan rumah orang tua almarhum Iriyanto sudah dibongkar. Gang dengan lebar 1,5 menuju rumah Iriyanto pun sudah tampak lengang.

Suasana keramaian sudah tak tampak lagi di sana. Hanya beberapa orang saja yang silih berganti datang untuk melihat rumah bercat kuning dengan pagar hitam berukuran 7 x 10 meter yang menjadi tempat pembunuhan satu keluarga itu.

Rumah yang masih terpasang Police Line itu seakan menjadi saksi bisu tragedi berdarah di Mabar yang menghebohkan masyarakat di Sumut, bahkan Indonesia itu. Dalam keadaan terkunci, rumah permanen itu menjadi ratapan bagi segelintir orang untuk mengenang masa hidup para korban. Dari berbagai sudut rumah tak satupun barang-barangnya berpindah tempat.

Salah satu ayunan yang terletak di teras rumah tak lagi bergoyang. Benda mati yang kerap dijadikan sebagai tempat bermainnya Naya dan adiknya Gilang itu hanya mengisahkan ratapan kesedihan tersendiri bagi keluarga yang ditinggalkan.

“Tidak sanggup saya melihat rumah itu, biasanya saya melihat dua cucu saya sering main di ayunan, sekarang mereka sudah tidak ada lagi. Saya benar-benar sedih melihat rumah itu,” ungkap ibu kandung Iriyanto, Murni dengan menetes air mata, Rabu (12/4).

Meratap dari jarak 60 meter ke arah rumah Iryanto, wanita berusia 54 dengan terduduk paku di depan pintu rumahnya tak kuasa membendung air mata, merasa kehilangan orang-orang yang disayangi.

“Biasanya kalau sore, si Gilang senang bermain angsa. Karena mereka memelihara angsa. Saya selalu lihat dari depan rumah sini ke arah si Gilang. Sungguh tega kali yang habisi cucu saya,” tangis Murni mengenang cucunya.

Walaupun semuanya telah pergi karena dikehendaki Yang Kuasa, Murni seakan tak percaya dengan peristiwa yang telah menewaskan anak cucunya itu.

Foto: Fachril/PM
Rumah TKP pembunuhan Iriyanto sekeluarga di Jalan Mangaan, Mabar, Medan Deli, Kota Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Awan tebal menyelimuti matahari di sekitar Jalan Kayu Putih, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli , Rabu (12/4) siang. Cuaca mendung, seakan menggambarkan suasana hati keluarga almarhum Iriyanto, yang baru mengalami musibah.

Teratak dengan ukuran 3 x 5 meter yang terpasang di depan rumah orang tua almarhum Iriyanto sudah dibongkar. Gang dengan lebar 1,5 menuju rumah Iriyanto pun sudah tampak lengang.

Suasana keramaian sudah tak tampak lagi di sana. Hanya beberapa orang saja yang silih berganti datang untuk melihat rumah bercat kuning dengan pagar hitam berukuran 7 x 10 meter yang menjadi tempat pembunuhan satu keluarga itu.

Rumah yang masih terpasang Police Line itu seakan menjadi saksi bisu tragedi berdarah di Mabar yang menghebohkan masyarakat di Sumut, bahkan Indonesia itu. Dalam keadaan terkunci, rumah permanen itu menjadi ratapan bagi segelintir orang untuk mengenang masa hidup para korban. Dari berbagai sudut rumah tak satupun barang-barangnya berpindah tempat.

Salah satu ayunan yang terletak di teras rumah tak lagi bergoyang. Benda mati yang kerap dijadikan sebagai tempat bermainnya Naya dan adiknya Gilang itu hanya mengisahkan ratapan kesedihan tersendiri bagi keluarga yang ditinggalkan.

“Tidak sanggup saya melihat rumah itu, biasanya saya melihat dua cucu saya sering main di ayunan, sekarang mereka sudah tidak ada lagi. Saya benar-benar sedih melihat rumah itu,” ungkap ibu kandung Iriyanto, Murni dengan menetes air mata, Rabu (12/4).

Meratap dari jarak 60 meter ke arah rumah Iryanto, wanita berusia 54 dengan terduduk paku di depan pintu rumahnya tak kuasa membendung air mata, merasa kehilangan orang-orang yang disayangi.

“Biasanya kalau sore, si Gilang senang bermain angsa. Karena mereka memelihara angsa. Saya selalu lihat dari depan rumah sini ke arah si Gilang. Sungguh tega kali yang habisi cucu saya,” tangis Murni mengenang cucunya.

Walaupun semuanya telah pergi karena dikehendaki Yang Kuasa, Murni seakan tak percaya dengan peristiwa yang telah menewaskan anak cucunya itu.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/