28.9 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Mahasiswa UMSU Gorok Dosen di Toilet Kampus

Kapolresta mengaku penyidik masih mendalami motif pembunuhan ini karena pelaku masih belum mau memberikan keterangan.

“Tersangka masih diam, mungkin masih trauma, shock, dia hanya mengakui bahwa dia membunuh,” kata Kombes Mardiaz Kusin yang diwawancarai, Senin (2/5) malam.

Namun, menurut Mardiaz, pembunuhan yang terungkap pada Senin sore ini sudah direncanakan oleh pelaku. Pasalnya, saat datang ke tempat dosennya, RS sudah membawa pisau. Saat dievakuasi polisi, tubuh Nurain Lubis sudah dihujani sejumlah tusukan di berbagai tempat.

“Korban sudah meninggal dunia saat dievakuasi. Ada 8 tusukan di lehernya, 1 tusukan di dahi. Ada pula sayatan di lengan kiri, satu sayatan di jari manis, dan satu di telunjuk kiri,” kata Mardiaz.

Berita pembunuhan sang dosen tak menunggu waktu untuk menyebar. Tak lama kabar itu menyebar secara cepat lewat aplikasi media sosial seperti Blackberry Messenger (BBM) dan Whats App (WA). Bahkan, foto-foto korban saat tergeletak di lokasi kejadian seketika menyebar luas.

“Saya diberitahu oleh mahasiswa soal kejadian itu. Saya langsung ke TKP dan saya larikan Bunda ke Rumah Sakit Imelda. Kalau kronologis saya tak tahu, ” ujar petugas pengamanan kampus, Andiko Susilo, saat ditanyai Sumut Pos.

Tapi nyawa korban tak tertolong tim medis. Nuraini akhirnya menghembuskan nafas terakir di Rumah Sakit Imelda. Jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara di Jalan KH Wahid Hasyim, untuk kepentingan otopsi.

Sejumlah mahasiswa dan mahasiswi FKIP UMSU amat berduka atas tewasnya sang dosen. Mereka mengakui korban merupakan sosok pengajar yang baik. Oleh sebab itu pula, kalangan civitas akademisi kampus memberikan panggilan akrab ‘Bunda’ kepada dirinya. Para anak didiknya di kampus UMSU menilai korban adalah dosen yang tegas, namun tak pelit memberi nilai bagus. Kolega Nuraini, sesama dosen di UMSU menilai korban sosok yang baik dan mudah bergaul dengan siapa saja.

“Karena sosoknya yang mengayomi, Bunda Nuraini terpilih dua periode jadi dekan FKIP. Karir dosen sudah lama ditempuhnya, sudah tergolong lama sekali, ” ungkap seorang pegawai kampus UMSU di bagian Tata Usaha. (AIN/GUS)

Kapolresta mengaku penyidik masih mendalami motif pembunuhan ini karena pelaku masih belum mau memberikan keterangan.

“Tersangka masih diam, mungkin masih trauma, shock, dia hanya mengakui bahwa dia membunuh,” kata Kombes Mardiaz Kusin yang diwawancarai, Senin (2/5) malam.

Namun, menurut Mardiaz, pembunuhan yang terungkap pada Senin sore ini sudah direncanakan oleh pelaku. Pasalnya, saat datang ke tempat dosennya, RS sudah membawa pisau. Saat dievakuasi polisi, tubuh Nurain Lubis sudah dihujani sejumlah tusukan di berbagai tempat.

“Korban sudah meninggal dunia saat dievakuasi. Ada 8 tusukan di lehernya, 1 tusukan di dahi. Ada pula sayatan di lengan kiri, satu sayatan di jari manis, dan satu di telunjuk kiri,” kata Mardiaz.

Berita pembunuhan sang dosen tak menunggu waktu untuk menyebar. Tak lama kabar itu menyebar secara cepat lewat aplikasi media sosial seperti Blackberry Messenger (BBM) dan Whats App (WA). Bahkan, foto-foto korban saat tergeletak di lokasi kejadian seketika menyebar luas.

“Saya diberitahu oleh mahasiswa soal kejadian itu. Saya langsung ke TKP dan saya larikan Bunda ke Rumah Sakit Imelda. Kalau kronologis saya tak tahu, ” ujar petugas pengamanan kampus, Andiko Susilo, saat ditanyai Sumut Pos.

Tapi nyawa korban tak tertolong tim medis. Nuraini akhirnya menghembuskan nafas terakir di Rumah Sakit Imelda. Jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara di Jalan KH Wahid Hasyim, untuk kepentingan otopsi.

Sejumlah mahasiswa dan mahasiswi FKIP UMSU amat berduka atas tewasnya sang dosen. Mereka mengakui korban merupakan sosok pengajar yang baik. Oleh sebab itu pula, kalangan civitas akademisi kampus memberikan panggilan akrab ‘Bunda’ kepada dirinya. Para anak didiknya di kampus UMSU menilai korban adalah dosen yang tegas, namun tak pelit memberi nilai bagus. Kolega Nuraini, sesama dosen di UMSU menilai korban sosok yang baik dan mudah bergaul dengan siapa saja.

“Karena sosoknya yang mengayomi, Bunda Nuraini terpilih dua periode jadi dekan FKIP. Karir dosen sudah lama ditempuhnya, sudah tergolong lama sekali, ” ungkap seorang pegawai kampus UMSU di bagian Tata Usaha. (AIN/GUS)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/